Revolusi Medsos Menurut D. Zawawi Imron - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Senin, Desember 31, 2018

Revolusi Medsos Menurut D. Zawawi Imron


Penulis: Moh Syahri

Dikenal dengan panggilan "sang clurit emas" segudang karya puisinya mengitari perjalanan hidupnya hingga saat ini. Tokoh yang tidak pernah lekang dengan peradaban keilmuan. Selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin tau kepribadiannya. Begitulah sosok beliau, kelahiran berdarah Madura memang dikenal dengan keterbukaannya dalam menerima siapapun yang ingin bertamu.

Selain menjadi penyair, beliau kerap sekali berdakwah ke penjuru Nusantara. Sebagai juru dakwah beliau sangat lihai dalam mengartikulasikan agama sebagai solusi hidup. Lewat puisinya yang sarat dengan nilai-nilai keislaman yang ramah, tidak kaku, toleran, dan penuh cinta dan kasih sangat mudah diterima oleh masyarakat.

Kalau mendengar dakwah dan puisi beliau, seolah-olah saya dibawa pada ruangan yang tak bertepi. Membuat sanubari tertekun dengan dosa. Beliau selalu mendialogkan ilmu dengan kehidupan lewat puisinya yang ciamik dan penuh keikhlasan. Mulai dari isu aktual sampai pada kegelisahan yang membuat beliau tak berhenti berpikir dan sangat prihatin.


Adanya pergeseran otoritas keagamaan yang semula bertumpu pada sosok kiyai konvensional berubah ke otoritas digital, membuat sosok D. Zawawi Imron berkomentar bahwa inilah akibatnya jika agama hanya dijadikan tesis tapi tidak dijadikan pengamalan" ujarnya saat  jadi nara sumber mengaji Indonesia. Banyaknya ahli atau pakar keagamaan di era digital ini seolah-olah memang tak lagi membutuhkan sosok kiai, santri, dan ustadz-ustadz yang kompeten dalam keilmuan.

Pak D. Zawawi Imron menyadari bahwa adanya revolusi medsos, membuat sanad keilmuan seseorang tak jelas siapa dosennya, tak jelas siapa gurunya. Dekadensi moral terus terjadi dimana-mana akibat kurangnya kontrol rohaniah yang seharusnya menjadi pijakan utama dalam segala tindakan.

Menurut pak D. Zawawi prakiraan ilmiah Alexis Carrel sudah terjadi hari ini, bahwa nanti revolusi komunikasi setiap manusia akan diserbu oleh ribuan informasi dan dia akan lupa pada ilmunya, dia sudah ada di stadium lupa pada rohaninya, jati diri. Sehingga apapun yang mereka tangkap dari informasi itu tak lagi sadar akan berdampak apa selanjutnya.


Sebagian kita banyak yang suka marah-marah, benci, dendam, bahkan sangat lekat dengan permusuhan akibat sebuah perbedaan yang sudah menjadi keniscayaan. Nampak sebuah kegagalan dalam mengimplementasikan pengetahuan agama dan jauh dari menjadi orang muslim yang otentik dan mudah dipolitisasi. Tak heran jika beliau selalu menyeru bahwa ilmu itu bukan hanya pengetahuan kata di atas kertas, tapi pengetahuan hati dan perasaan.


Wallahu'alam

sumber foto: LiterasiPribumi-Wordpres.com