Selingkuh dan Pelakor Sama Saja - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

12 Maret 2018

Selingkuh dan Pelakor Sama Saja

.

Atorcator.Com - Rumah tangga yang dibangun oleh pasangan suami istri merupakan manifestasi dari sebuah perjuangan cinta. Setiap orang pasti mengharapkan kehidupan yang baik, bahagia dan jauh dari perselisihan dan perseteruan, karena di dalam pernikahan yang solid, segala permasalahan yang menghadang dan mengancam akan dapat teratasi dengan mudah. Ironisnya, perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga adalah hal yang lumrah terjadi akibat perselingkuhan


Hubungan gelap atau selingkuh merupakan salah satu pemicu pertengkaran dalam rumah tangga, hal ini jelas merupakan perbuatan buruk dan tidak berprikemanusian. Perselingkuhan adalah sebuah penghianatan dan kejahatan dalam rumah tangga yang penuh dengan kekerasan yang bersifat batiniah dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan kekerasan dzohir (fisik). Perselingkuhan atau hubungan gelap sering terjadi di mana-mana, dan hampir bisa dikatakan kejahatan yang membabi buta, tanpa tujuan yang jelas, dan bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Belakangan ini muncul istilah pelakor (perebut laki orang) dan walingmi (wanita maling suami). Udah buming toh…? Jelas semua ini, tidak jauh beda dengan selingkuh. Menurut saya istilah pelakor dan walingmi merupakan bagian dari upaya mendiskreditkan perempuan, bagaimana tidak? Setiap kasus perselingkuhan dengan pria yang berstatus suami orang lain terungkap publik, sang perempuan langsung mendapatkan julukan pelakor. Maka saya pribadi sangat tidak setuju ketika laki-laki berselingkuh dianggap wajar sedangkan perempuan dianggap nakal. Padahal sebuah hubungan terjadi lantaran ada kesepakatan dari kedua belah pihak

Perselingkuhan mungkin sudah ideal dikatakan salah satu kebiasaan hidup karena mereka berasumsi bahwa perselingkungan merupakan kebutuhan biologis yang kentara dan perbedaan rasa yang sangat memuaskan sehingga mereka merasa ada yang kurang jika tidak melakukannya (menurut sebagian orang). Membangun rumah tangga tidak semudah membangun gubuk, butuh waktu dan kesiapan baik kesiapan dzohir maupun bathin sehinggga pasangan suami istri (pasutri) menjalin bahtera perkawinan hampir bisa dipastikan atas dasar kasih sayang bukan atas dasar paksaaan. Walaupun memang ada sebagian yang berdasarkan paksaan namun hal itu tidak akan bertahan lama. Maka dari itu, kenapa perselingkuhan masih bisa terjadi? Berdasarkan pengalaman dan bukti empirisnya pemicu sebuah perselingkuhan yang sangat dominan disebabkan kurangnya perhatian dan rasa kasih sayang yang diberikan dari masing-masing pasangan suami istri baik berupa materi maupun non materi,sehingga muncul inisiatif  untuk selingkuh.

Masih banyak faktor dan  keadaan lain yang cenderung dapat menyebabkan perselingkuhan, dalam sebuah daerah ada seseorang yang berselingkuh disebabkan oleh keterlenaan yang bersifat sementara dan relatif contoh wanita tertarik terhadap  ketampanan laki-laki lain dibanding suaminya, laki-laki bisa jadi terlena dengan kecantikan wanita lain dan terlena dengan kekayaan harta orang lain, semua ini merupakan cobaan atau ujian yang sangat luar biasa dalam  keluarga sehingga seseorang bisa mengukur dan mengetahui kapasitas dan kualitas keimanannya serta kekuatan cintanya. Sifat manusia tidak akan pernah menemukan kepuasan, apalagi semacam kebutuhan biologis, jika hanya didasarkan atas hawa nafsu semata tanpa didasari kesadaran akan pentingnya sebuah pernikahan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan orientasi masa depan baik di dunia maupun di akhirat. Kecakapan moral juga sangat menentukan sikap seseorang dalam bertindak lebih-lebih dalam rumah tangga, memiliki pedoman dan orientasi dalam membangun masa depan.

Di sisi lain faktor perselingkuhan kadang sulit dideteksi dan sulit dipahami karena sifatnya yang irasional mengapa seseorang masih berselingkuh padahal semua apa yang mereka butuhkan sudah terpenuhi. Maka dengan itu semua, faktor internal rumah tangga mungkin juga berpotensi bercerai-berainya pasangan suami istri contoh hubungan suami istri yang labil, masing- masing pasutri yang tidak dapat mengenali problem dalam diri masing-masing, kurangya berkumpul dalam setiap harinya. Apalagi di era milenial ini suami dan istri sudah memiliki gadget masing-masing sehingga interaksi yang dibangun tersampaikan lewat media terus menerus, akibatnya tidak ada tatapan mata langsung yang dimana hal itu menentukan sekali terhadap perilaku dan hati seseorang.

Konflik dalam rumah tangga akibat perselingkuhan dapat menyebabkan terputusnya tali silaturrahim baik dari pihak suami maupun istri sehingga sulit untuk merajut kembali seperti semula, seperti halnya kaca yang pecah bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi permusuhan yang berkelanjutan. Akibat yang timbul dari perselingkuhan atau hubungan gelap dapat mengakibatkan kekerasan fisik karena kemarahan yang berlebihan. Sebab perselingkuhan merupakan sebuah penghianatan dari janji suci yang sudah disepakati bersama saat berlangsungnya akad nikah, bisa dibayangkan betapa sakitnya hati seseorang ketika dihianati apalagi semacam  perselingkuhan.

Dampak positif yang terjadi akibat perselingkuhan adalah membuat orang-orang sekitar lebih waspada dan saling menjaga hubungan keluarganya dengan rasa saling percaya dan  positif thinking  sehingga orang-orang sekitar dapat mengambil pelajaran dari peristiwa itu. Dan dampak negatif akibat perselingkuhan adalah membuat orang-orang sekitar gelisah dan mudah sensitif dengan keluarganya sendiri, dan faktanya perselingkuhan membuat orang-orang ketagihan dan penasaran sehingga tidak memikirkan efek yang akan terjadi karena sudah dipenuhi dengan hawa nafsu. Dari masing-masing pengaruh  ini, dapat saya simpulkan bahwa perselingkuhan dapat menyebabkan hidup sengsara, gelisah, dan dapat menghilangkan harkat dan martabat seseorang.

Perselingkuhan bisa dikatakan jarang untuk ditindak lanjuti oleh aparat yang berwajib apalagi di pedesaan yang mana perselingkuhan hanya di buat bahan guncingan semata dan dibuat bahan tontonan. Jadi siapakah sebenarnya orang yang berhak mengentaskan dan mengatasi perselingkuhan itu? Ketika saya melakukan interview dengan beberapa warga sekitar yang mana tempat itu sering terjadi perselingkuhan, setiap ada perselingkuhan memang sulit untuk mendapatkan bukti validnya, sehingga laporan perselingkuhan tidak bisa di tindaklanjuti, persepsi warga atas perselingkuhan dibilang sebuah hukum karma, jadi mereka enggan untuk memberikan nasihat dan menegurnya tidak akan berefek jera sebab di anggap sebagai faktor bawaan sesuai dengan sabda rasul,“ Barang siapa yang berzina maka akan dizina”. Jadi warga awam menafsirkan bahwa hadis ini seolah-olah peristiwa sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan leluhur kepada anak cucunya. Padahal tidak semua seperti itu,dalam hadis itu menjelaskan bahwa perzinahan yang dilakukan seseorang akan mengakibatkan turun temurun, tapi bukan berarti bisa dipastikan karena manusia dituntut untuk selalu memperbaiki diri.

Perselingkuhan lain terjadi disebuah desa yang jauh dari peradaban, masyarakat awam yang masih kental dengan paham-paham konservatif, sehingga setiap apa yang terjadi dan  itu menyimpang dari aturan  syari’at tanpa banyak berpikir  masyarakat berani dan mudah main hakim sendiri sesuai dengan kemauannya sendiri tanpa harus memikirkan dampak yang akan terjadi setelahnya. Mungkin dari sisi lain bisa dimaklumi karena kehidupan mereka yang sangat primitive tapi disisi lain seandainya mereka mau berpikir, agama islam yang mereka yakini  tidak seperti apa yang mereka lakukan, islam yang Rahmatan lil ‘alamin  islam yang seharusnya mampu memberi kesejukan terhadap seseorang apalagi masih seagama, walaupun tidak seagama islam tetap harus bahkan wajib mengayomi dan dan melindungi agama lain.

Tindakan yang diambil masyarakat untuk membuat efek jera tidak semuanya mampu untuk merubahnya bahkan tambah parah, dan tentunya hal ini perlu ditinjau kembali maksud dan tujunnya, sebab setelah saya soroti banyak sekali seseorang melakukan amar ma’ruf nahi munkar hanya berdasarkan nafsu saja, marah-marah, tidak di ikuti di ancam, padahal rasulullah tidak seperti itu. Tugas kita sebenarnya mengajak kepada kebaikan di ikuti atau tidak itu urusan Allah SWT, sama halnya menjegah kemungkaran. Cara yang halus akan lebih disenangi oleh seseorang dari pada sikap yang keras dan  marah-marah.

Tugas utama manusia dimuka bumi adalah menyembah  tuhan, amar ma’ruf, nahi munkar, berprikemanusian, peduli dengan sesama. Kepedulian terhadap sesama manusia merupakan wujud dari kualitas keilmuan kita. Ilmu yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia akan lebih dipandang oleh sesama manusia, dan akhir-akhir ini rasanya sukar sekali menemukan para ilmu yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, para ilmuan sekarang yang banyak terjadi adalah berusaha untuk bisa di ikuti tapi cara mereka yang salah, sehingga kalau gagal mereka marah-marah bahkan mengambil sikap anarkis, ini yang membedakan ilmuan  zaman  now dan zaman old.

Kira-kira apa yang sudah kita lakukan dalam mengentaskan dan mengatasi hal seperti ini? Sudah cukupkah kepedulian kita kepada manusia? Ataukah kita masih pandang bulu terhadap manusia? Hidup ini tak selamanya istimewa dan indah, maka yang membuat hidup ini indah dan istimewa adalah dinamika kehidupannya, dan tantangan  hidupnya. Agama mengajarkan kita untuk selalu berpikir, sehingga dalam berpikir kita akan menemukan gagasan, dan ide-ide yang luar biasa.
Tantangan ini merupakan momen reflektif yang menuntut keseriusan  berpikir dalam upaya menemukan solusi. Setidaknya bisa dapat meminimalisir beragam masalah, dan ini merupakan amunisi baru dalam dalam menciptakan perdamaian, rasa solidaritas serta kepekaan dalam berbudi luhur.

Dalam kasus perselingkuhan yang sering terjadi di pedesaan , pelaku dari masing-masing itu memang  mayoritas berpendidikan  rendah, lulusan SD atau ada yang belum lulus SD bahkan ada yang belum pernah menyentuh pendidikan sama sekali baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Satu sisi mungkin bisa di maklumi tapi disisi lain harus diperbaiki (ishlah). Menurut saya pendidikan sangat menunjang terhadap tingkah laku manusia, sehingga pemerataan pendidikan harus terus di perjuangkan, semua orang memiliki hak yang sama dalam mengenyam pendidikan, terutama pendidikan agama, untuk terus menata hati bagaimana diri kita selalu sadar akan pengawasan tuhan.

Tentunya, penerapan pendidikan  tidak harus dengan cara yang formal, terstruktur, dan sistematis, kita harus bisa melihat kondisi sekitar, melalui pendekatan-pendekatan secara persuasif  untuk menarik simpati sehingga belajarnya menjadi nyaman, tanpa ada paksaan, tidak merasa terbebani. Cara seperti ini sepertinyacocok buat pelaku perselingkuhan yang memang didominasi orang-orang yang berpendidikan rendah, sedikit demi sedikit di nasehati, di ajak bicara yang halus-halus.

Kepedulian sosial sangatlah penting, bukan karena mereka seagama, seormas, ataupun separpol, tapi karena kita manusia yang sama-sama membutuhkan manusia yang lain. Merubah pola hidup untuk bisa lebih baik sangatlah sulit butuh proses, dan proses itu butuh kesabaran, keikhlasan dan kejujuran. Apalagi yang dihadapi adalah kelompok masyarakat awam. Mereka ini, disamping dari sananya hanya dianugerahi IQ pas-pasan, juga tidak memililki fasilitas untuk mengembangkan IQ-nya itu. Sehingga peristiwa kekerasan seperti perselingkuhan tidak lagi mendapatkan perhatian khusus dan serius.

Dengan demikian, saya sebagai kader penerus bangsa dan pengamat sosial, sangat prihatin terhadap keadaan pendidikan di desa-desa. Maka dari itu, saya akan memberikan dan mengajak kepada oran-orang untuk belajar memperbaiki diri dan masyarakat lewat pendidikan, menanamkan kesadaran akan pentingnya ilmu agama dan sains ketika mereka dibiarkan seperti itu maka di khawatirkan generasi selanjutnya lebih parah maka harus dijegah supaya tidak menular kegenarasi berikutnya, memang agak sulit ketika harus mencegah orang yang sudah terlanjurkan melakukan keburukan seperti perselingkuhan diatas, setidaknya kita berusaha bagaimana cara orang-orang sekitar yang tidak selingkuh itu tidak bisa terpengaruh, tertarik dan ikut melakukannya.

Sebagai sarjana agama, saya harus menanamkan kesadaran akan bahayanya perselingkuhan dan larangan keras dalam agama lewat sosialisasi keagamaan,, seperti mengadakan perkumpulan atau pengajian rutin yang dikemas dengan arisan, atau  lagu-lagu islam tapi moderen supaya menarik perhatian, sebab jika hanya fokus ke pengajian saja tanpa dicampuri sesuatu yang menghibur saya rasa tidak akan bertahan lama dan mereka akan merasa jenuh, karena kita tahu  sendiri karakter manusia seperti apa, butuh hiburan dan permainan, akan tetapi di dalamnya membahas seputar keagamaan yang berkaitan dengan masalah social. Sehingga sedikit demi sedikit dengan izin Allah mereka akan sadar.



Cara seperti ini butuh dukungan dari pihak lain, tidak cukup dengan satu dua orang saja, maka saya harap anak muda khusunya para sarjana yang sudah memiliki peran dan tugas penting dalam membina masyarakat menuju masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera.