Di saat kehabisan Ide Dalam Menulis atau Writers block  - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

15 April 2018

Di saat kehabisan Ide Dalam Menulis atau Writers block 


Penulis: Moh. Syahri

Hari-hari kujalani dengan terus membiasakan menulis, belajar Istiqomah menulis, belajar berkomitmen. Namun kadang ada saja hambatan yang selalu saya yakini itu merupakan halangan dalam menulis yakni kehabisan ide dalam menulis. Di saat saya harus dihadapkan dengan berbagai macam kegiatan yang semestinya itu sebuah kesempatan untuk dijadikan ladang dalam berpikir, justru kadang saya abaikan begitu saja.

Tatkala saya mencoba untuk berpikir, terlintas di pikiran apa yang akan saya pikirkan. Kenapa harus saya pikirkan, bukannya itu sudah jelas dan tidak perlu saya pikirkan. Nah ini kadang yang justru datang dalam pikiran saya. Saya tidak pernah berpikir, disaat saya kehabisan ide justru itulah ide yang harus saya bahas dan kiranya perlu saya tulis.

Kehilangan ide merupakan hal yang biasa dialami oleh siapa saja penulis, lebih-lebih penulis pemula. Karena yang dipikirkan hanya keinginan untuk menulis saja. Tanpa menoleh apa yang harus  ditulis. Apakah ide sudah ada. Jika hal demikian yang dialami maka ibarat mobil yang kehabisan bensin, sulit untuk dijalankan. Sebenarnya bisa dijalankan tapi butuh dorongan yang juga tidak sedikit akan menghabiskan energi sehingga kehilangan keproduktifan dalam menulis.

Dua hari ini, saya sudah mulai males menulis karena dirasa sudah capek dengan pikiran yang mulai tidak bisa diajak kompromi seperti biasanya. Apa karena saya males baca, atau karena badan ini terlalu capek dengan aktivitas yang harus mengeluarkan banyak energi. Lantas dikira hanya membaca buku yang bisa mengeluarkan ide. Ternyata tidak, disaat saya mulai jenuh membaca buku dan buka internet untuk membaca berbagai macam berita harian, seperti berita kompas, news detik, dan lain-lain. Inisiatif saya, memberanikan diri untuk jalan-jalan. Apa perlu jalan-jalan ke tempat yang istimewa, seperti taman wisata. Tidak, cukup menikmati jalan setapak yang tidak butuh banyak mengeluarkan dana dan energi. Atau cukup ngobrol dan sharing-sharing dengan tetangga orang-orang sebelah mengenai siklus hidup ini.

Yah memang benar, menulis itu membutuhkan kerja keras otak, butuh keseriusan, kejelian dan menguras energi otak. Jadi menulis tidak hanya sekadar menuangkan tinta di atas kertas, namun perlu adanya gagasan-gagasan yang harus dicerna sedemikian rupa. Butuh konsentrasi, jadi maklum jika kemudian ada penulis yang tiba-tiba cuek. Mungkin ia butuh menyendiri. Kecuekannya tidak berangkat dari hati hanya sekadar lari dari kebisingan.

Menulis rutin seperti apa yang saya utarakan ini cukup menarik untuk tatap dilestarikan serta diistiqomahkan, tak lebih hanya sekadar menuangkan kegelisahan dan pengalaman namun banyak ilmu dan pengalaman yang seharusnya orang lain juga tau akan semua itu. Untuk bisa mengambil pelajaran dan peringatan. Jadi setelah saya pikir-pikir kehabisan ide yang banyak dirasakan oleh penulis pemula seperti saya ini dikarenakan kemalasan untuk berpikir, membaca, dan mengamati alam sekitar yang skala prioritasnya cukup tinggi.

Waktu terus berjalan. Ibarat mesin motor yang lama tidak digunakan maka sulit untuk dihidupkan apalagi untuk dijalankan. Otak pun demikian, semakin otak ini terus dibiasakan stagnan dalam berpikir karena malas maka berpotensi akan mengakibatkan kedunguan yang cukup berisiko tinggi. Disamping memang butuh energi, otak juga butuh asupan gizi yang sekiranya bisa menopang kebuntuan itu. Asupan yang paling ringan adalah membaca buku, jurnal ilmiah, dan berita harian yang mana semua itu tidak akan pernah kehabisan ide. Jangan pernah memberikan sekat untuk berdialog dengan buku.

Hal yang juga perlu menjadi perhatian ketika kehabisan ide dalam menulis adalah biasakan berdiskusi dengan siapapun, sebab era sekarang ini sudah sangat mudah untuk membangun diskusi bisa lewat sosial media dan lain-lain. Dan ini pengalaman yang sering saya dapatkan. Juga jangan enggan ikut berbagai macam kegiatan seperti workshop penulisan, sekolah jurnalistik, dan seminar-seminar.

Tentu juga memperbanyak membaca kitab suci Al-Qur'an yang mana sumber inspirasi banyak keluar dari membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an merupakan sumber utama segala macam pengetahuan. Namun inspirasi yang bisa didapat dari Al-Qur'an adalah dengan cara memahami makna yang terkandung didalamnya. Semoga kita termasuk orang yang cinta dan senang membaca Al-Qur'an dan segala macam pengetahuan yang ada jagad raya ini. Wallahu a'lam bisshowab

Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang