Jangan Pecahkan Mangkok Nasi Orang - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

09 April 2018

Jangan Pecahkan Mangkok Nasi Orang

Azlamcosm

Pernah gak kamu bekerja di salah satu restaurant, yang asalnya hanya jadi bagian depertemen service serabutan kemudian diangkat jadi supervisor restaurant dengan tanpa mempertimbangkan keahlian yang dimiliki orang itu. Ini lah kisah saya dulu yang sempat mendapatkan banyak kecaman dari para karyawan.

Bagian depertemen di restaurant tersebut , secara garis besar mengharuskan karyawan untuk selalu tampil bersih, ramah, sopan dan santun. Memiliki keterampilan komunikasi dan bahasa yang fasih, senang berinteraksi dengan orang lain, cekatan dan terampil serta sedikit banyak memiliki jiwa enterpreneur dan inovasi tinggi. Dan juga memiliki kemampuan pelayanan terbaik terhadap konsumen.

Saya adalah salah satu bagian karyawan yang diangkat menjadi supervisor di restaurant itu. Nah saya kaget, masak iya orang seperti saya ini diangkat jadi supervisor dalam jangka 20 hari saja. Bukankah dalam satu bulan masih masa-masa training. Sedangkan karyawan yang lain sudah memiliki pengalaman bekerja di restaurant lain. Kenapa harus saya? Pertanyaan ini belum bisa saya jawab sampai saat ini. Mungkinkah ini keajaiban ataukah cobaan? Wallahu a'lam bisshowab.

Tau tugas apa yang harus dilakukan supervisor itu, melakukan kontrol terhadap tugas waiter dan admin, membuat jadwal kerja, memberikan training terhadap karyawan, membantu staff dalam handling complain dan masalah operasional lainnya, serta memastikan stock barang dan peralatan kerja. Ini lho tugasnya.... Berat dan saya pikir ini bukan tugas saya kalau melihat dari track record saya.

Saya ini santri, anak desa yang hanya bisa bekerja di sawah-sawah dan pegunungan, bekerja serba dengan terik matahari dan hujan yang mengguyur. Tidak pernah bekerja di perusahaan yang memiliki aturan-aturan seperti itu. Mana mungkin saya bisa melakukan hal-hal yang sesuai dengan kriteria di atas. Dan ini saya alami ketika saya di Jogja, kisah yang sungguh membuat saya merasa tersiksa dalam dunia yang penuh keajaiban ini. Mengharukan sekaligus menyedihkan diri ini. Tak apalah, saya jalani dengan penuh kesederhanaan tanpa harus berpikir ini berat dan ini saya tidak mampu, toh akhirnya ini menjadi pengalaman saya juga.

Pernah gak bertemu seseorang yang satu mitra kerja yang iri lah cara kasarnya terhadap keberhasilan kita, iyahhhhhhh siapapun akan pernah mengalami seperti ini, jika tidak soal pangkat dan jabatan, maka soal perempuan dan harta kekayaan. Jika tidak soal kualitas barang yang dijual maka soal marketing yang handal dan profesional.

Dengan penuh kesadaran atas keterbatasan saya yang memang tidak bisa dipungkiri. Saya memberanikan diri untuk menolak, namun apa daya. Manajer tidak bisa menerima alasan yang saya sudah utarakan. Alasan saya dinilai berbuat-buat dan tidak logis. Ya elah...jengkel guyssss, sumpah gak nyangka ini bisa terjadi secepat mungkin. Masuk masa-masa kejayaan, para karyawan sudah mulai risih dengan keberadaan saya dan sudah mulai membuat berita hoax untuk menjatuhkan harga diri saya, yahh....banyak cara yang mereka lakukan sampai-sampai saya pun juga tidak betah sebenarnya.

Kasus seperti ini tidak hanya terjadi dalam satu motif saja. Bahkan saya pernah menemukan di salah satu pasar tradisional sering kali terjadi saling tarik menarik konsumen bahkan parahnya saling menjatuhkan diantara pedagang. Yang ini barangnya tidak higienis lah, kalau punya saya kan dibungkus plastik dengan label halal dari MUI , yah walaupun kadang ditulis sendiri dengan spidol, wah pengin nipu ne ceritanya. Gak taunya barangnya busuk di dalam. Mendingan beli tapai aja, tidak dibungkus tapi enak. Tidak perlu ada label halal tapi dijamin halal, yah masak iya tapai dibungkus dengan kemasan bagus sepert pizza guyssss kan gak adil namanya.wkwkwk

Padahal justru tidak adil jika masih ada yang lebih pantas dan lebih berhak dalam mengurus restaurant karena dia memenuhi semua kepantasan sedangkan saya belum. Ini lah mungkin yang mereka-mereka itu tidak terima dengan keputusan ini. Bahkan berontak dari dalam cara curang, culas dan lain-lain.

Ada memang kesannya orang gak ketara menghambat rizki orang lain, caranya halus dan seolah logis. Tapi jika orang konsisten dengan rule, ketergelinciran mendengarkan orang yang membusuki tentu tak terjadi. Tapi manusia mana ga bimbang jika agitasi itu terlihat kuat alasannya? Jika orang mengiyakan si pembusuk, kalah sudah musuh dia. Mengunakan tangan orang lain menjatuhkan lawannya. Pernah lu jadi tangan orang kayak gitu yang tanpa sadar lu jadi alat dia jatuhin musuhnya? Banyak  yang telah jadi alat seseorang kayak gini. Yah.......kebanyakan berhasil dan juga tidak sedikit yang tidak berhasil.

Gak suka sama seseorang bikin kita gak bisa tidur nyenyak karena kepikiran melulu. Seperti saya lah, walaupun tiap hari udah penuh otak mikir tema postingan dengan tantangan menulis rutin setiap hari tanpa jeda dan udzur syar'i dan mikirin ayang juga, dan lauk di dapur takut habis setelah beberapa kali kecolongan terus. Ditambah mikirin kasur yang sering diserang serangga yang namanya "tinggi" tiap malem hampir susah tidur, masak harus terus mikirin kamu yang nyusahin aku. Kamu aja lah yang susah jangan saya juga, biar gak susah berjamaah maksudnya.

Kalaupun ada, satu-satunya alasan adalah dengki terhadap keberhasilan seseorang. Nyindir doang kurang greget, kudu ada upaya real, jatuhin seseorang kapanpun dan dimanapun. Tapi tentu orang zaman sekarang berpendidikan dan gak mau kelihatan jahat, jadi pakai cara seelegan mungkin dan itu sering artinya pakai tangan orang lain agar dia tidak terlihat dengki.

Itulah susahnya jika seseorang yang jadiin kita rivalnya ada dalam lingkungan proyek kita. Hidup ini terasa sempit, yang seharusnya sama-sama bergerak maju, justru dengan ketidaksadaran kolektif malah membuat bangkrut dan membuat mereka sendiri tidak leluasa dalam bekerja.

Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang