Khofifah Indar Parawansa: Gubernur Jawa Timur Politikus Kosmopolitan - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

30 Juni 2018

Khofifah Indar Parawansa: Gubernur Jawa Timur Politikus Kosmopolitan

Foto: Regional Kompas
Khofifah indar parawansa adalah tokoh kartini masa kini, perempuan pejuang yang tak kenal lelah. Profesi yang ia tekuni sebagai politikus tak pernah menyurutkan semangat untuk tetap berkhidmat kepada Nahdhatul Ulama. Sebagai tokoh visionir yang konsisten terjun ke dunia politik dan aktivis nahdhatul ulama mengantarkan dirinya menjadi orang nomor satu sejawa timur setelah banyak melewati beberapa rintangan dan tantangan. Perempuan yang tepatnya sudah berada dalam posisi zona nyaman sebagai menteri presiden yang berbeda tentu bagi dia masih banyak tugas yang lebih strategis untuk mengabdikan dirinya kepada republik ini, termasuk mencalonkan diri sebagai gubernur jawa timur tiga kali berturut-turut.

Kekalahan dua kali berturut-turut dalam proses yang cukup panjang itu, saya rasa beliau sudah tidak mau lagi mencalonkan diri sebagai gubernur jawa timur demi menghindari hattrick kekalahan. Namun karena ini adalah sebuah panggilan hati nurani dan masyarakata sekitar, beliau tetap berjuang sampai tiga kali berturut-turut. Menurut hemat saya, apa yang dilakukan ibu nomor satu jawa timur saat ini tak banyak dilakukan oleh para calon kandidat lain dan sampai saat ini saya belum menemukan sosok yang berkali-kali maju bahkan tiga kali berturut-turut, apalagi seorang perempuan tanpa suami.

Tokoh seperti khofifah indar parawansa memiliki spirit demokrasi yang kosmopolitan, terbukti dengan majunya beliau berkali-kali, tak pernah menyerah dan berputus asa. Ini bukan lagi soal ambisium, melihat rekam jejak dan prestasi ibu muslimat ini memang banyak menadapatkan apresiasi, baik apresiasi tingkat nasional maupun internasional mulai jadi menteri prsiden Abdurrahman Wahid dan presiden Joko Widodo. Maju dalam kontestasi pemilihan gubernur yang lumayan besar wilayah kekuasaannya tentu harus benar-benar memiliki kesiapan yang cukup matang, baik kesiapan dhohir maupun batin. Bagi ibu khofifah indar parawansa perhelatan politik jawa timur sudah bisa dibilang di atas daun bukan lagi naik daun.

Kemenangan ini merupakan akumulasi hasil dari perjuangan beliau sepuluh tahun sebelumnya. Melihat kompetisi pilgub jawa timur memang tidak sekreatif daerah-daerah lain, calonnya itu itu saja. Dan ini menandakan bahwa jawa timur didominasi oleh satu golongan yang sangat kuat militan yaitu Nahdhatul Ulama. Apakah golongan yang lain sudah tidak punya tempat di jawa timur seperti Muhammadiyah? Tidak, semua memiliki tempat yang sama di republik ini, namun hanya kesempatannya yang berbeda, negara ini adalah negara majemuk. Tidak boleh ada diskriminasi di republik. Boleh jadi sepuluh tahun yang akan dating justru dari kelompaok Muhammadiyah yang menjadi pemimpin di jawa timur.

Khofifah Indar Parawansa merupakan tokoh pemimpin yang sangat peduli terhadap kepentingan bangsa tanpa dibatasi sekat-sekat sektoral, baik agama, etnis, maupun emosional kelompok yang bisa menafikan keberadaan yang lain (die politik). Di posisikan sebagai menteri sosial oleh dua presiden republik Indonesia karena memang memilki potensi besar dalam mengelola dan menjaga kerukunan. Sebagai komplementer yang bisa memperkuat sendi-sendi kehidupan bernegara. Dari sekian masalah sosial yang terjadi di Indonesia, beliau sangat reaktif dan turun lapangan.
Perempuan kosmopolitan ini, memang sudah saatnya memimpin jawa timur. Kesunahan melakukan sesuatu sampai tiga kali ini sudah mampu dijalani oleh sosok penyandang aktivis muslimat Nahdhatul ulama. Kemampuan cara berpikir posistif dalam menyikapi era globalisasi termasuk demokrasi yang sarat kompetisi ini sudah banyak dilalui dan dilakukan oleh beliau. Sehingga proses pendewasaan dalam menjalani pilkada sudah sampai pada ujung tombak. Sebagai kelompok Nahdhiyyin, saya sangat bangga memiliki gubernur yang basicnya masih NU, ibu warga jawa timur sekaligus ibu Muslimat NU jawa timur.

Mari kita sama-sama menjaga suasana pasca pilkada ini tetap kondusif, aman, tentram dan damai. Tentu yang menjadi hal paling fundamental pasca pilkada kali ini adalah sikap legowo. Keikhlasan dalam menerima keadaan psikologis maupun sosiologis. Sikap tulus ini ditunjukkan melalui kesediaan dan keberanian mengendalikan emosi ketika di posisi beruntung ataupun buntung. Filosofi jawa, yen kalah orak ngamuk yen menang orak umuk, adalah pelajaran berharga bagi siapapun yang terlibat dalam pemilu.

Mari kita sama-sama bangun jawa timur lebih maju dan bersaing. Pasca pilkada seyogyanya kita harus bersatu tak ada lagi pilihan politik yang saling sikut menyikut satu sama lain. Kearifan dalam mengelola egosentris baik yang berkaitan dengan etnisitas, ideologi keagamaan, maupun politik sangatlah penting usai pilkada ini. Setiap kekalahan dan kemenangan tidak dimaknai sebagai ancaman ataupun peluang sebagai balas dendam, tetapi sebagai kesadaran transcendental yang menggerakkan hati si pemenang untuk merangkul yang kalah dan yang kalah menghormati yang menang. Dengan cara ini proses demokrasi bisa mengantarkan kita ke kehidupan bernegara, beragama, berbangsa, dan bermasyarakat yang beradab dan kosmopolit.

Wallahu A’lam Bisshowab


Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang