Menyoal Orientasi Pendidikan di Perguruan Tinggi - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

05 Desember 2018

Menyoal Orientasi Pendidikan di Perguruan Tinggi


Penulis: Moh Syahri

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang banyak memberikan pengaruh besar terhadap perubahan anak-anak didik. Lembaga pendidikan seharusnya menjadi tonggak sejarah pembangunan bangsa, yang didalamnya memuat semacam tujuan utama yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dulu ketika belajar di kampung halaman, saya diajari ilmu akhlak, tajwid, dan fikih, tauhid, tarikh Islam dan pelajaran agama-agama lain, tujuannya supaya pemahaman agamanya kuat, aqidahnya kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh apapun. Ini pelajaran yang sangat fundamental untuk diterapkan kepada anak-anak didik. Karena disamping memang perangkat keilmuan di atas merupakan bagian ajaran Islam yang niscaya, juga bagian dari benteng pertahanan Islam yang harus terus dijaga dan dilestarikan.

Namun, walaupun demikian, perkembangan zaman, teknologi informasi dan komunikasi yang mengitari perjalanan hidup seseorang yang begitu pesat, masif dan agresif, pendidikan harus menempatkan diri pada posisi yang tepat dan strategis. Menolak pun tidak mungkin, maka yang pasti adalah menerima kenyataan, dan harus selalu mendukung. Karena dari masa ke masa corak pendidikan harus terus diperbarui berdasarkan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin meningkat.

Maka upaya yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi untuk mengoptimalkan potensi kualitas pendidikanya adalah dengan memperbaiki orientasi pendidikan itu sendiri. Misalkan seperti bagaimana mahasiswa tidak hanya menerima ilmu tapi juga mampu memberi bahkan jika mampu membuat gagasan baru dengan memberikan kebebasan berpikir. Kebebasan ini tentu sesuai dengan ketentuan yang ada. Seorang pendidik seharusnya tidak punya tugas membatasi cara berpikir murid tapi pendidik hanya bertugas untuk mengawasi cara berpikirnya murid.

Maka yang akan diperoleh dari hasil tersebut adalah keberanian siswa dalam menuangkan gagasan-gagasannya. Dan hal ini sangat penting untuk diterapkan pada pendidikan saat ini.

Mahasiswa sebaiknya tidak hanya sebagai komponen pendidikan tapi juga sebagai penggerak dan penentu pendidikan itu sendiri sebagai estafet kepemimpinan kelak di masa depan. Jika cara-cara yang demikian itu diterapkan maka bukan sesuatu yang tidak mungkin bisa menghilangkan pilihan-pilihan hidup mahasiswa yang cenderung pragmatis yang saat ini sudah banyak bermunculan.

Perguruan tinggi seharusnya tidak hanya mencetak generasi muda yang unggul dalam hal prestasi. Namun yang lebih penting adalah kemampuan dalam mencetak mahasiswa yang berkarakter.

Maka pengembangan akademik dan kompetensi mahasiswa harus terus dilakukan oleh perguruan tinggi. Dan proses transformasi keilmuan pun harus seimbang, pembicaraan tidak boleh hanya didominasi oleh pendidik tapi siswa diberikan kesempatan yang sama untuk selalu proaktif.

Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana pendidikan bisa membangun peradaban kemanusiaan. Termasuk yang sering terjadi saat ini adalah kesalahan dalam menginterpretasikan ayat-ayat Alquran, sepeti ayat-ayat jihad.

Mahasiswa dan orang-orang yang ada dalam kampus harus didorong dan dibentuk agar memiliki kepekaan, memiliki keberpihakan pada kemanusian dan keadilan. Daya juang dan nalar kritis mahasiswa jangan dibungkam dan dicekal apalagi dibatasi. Membatasi ruang pergerakan dan semangat juang mahasiswa adalah sama halnya dengan menggagalkan proses kemajuan dan peradaban bangsa itu sendiri.

Maka sangat penting sekali bagi perguruan tinggi untuk selalu mendialogkan ilmu pengetahuan yang humanis kepada mahasiswa. Maka jalan satu-satunya adalah mendorong mahasiswa memahami Alquran yang benar, cari guru yang benar-benar paham dengan agama. Keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas merupakan bagian terpenting dalam membangun peradaban keilmuan di negeri ini.

Sumber foto: Spiritriau.com