Ikhlas dan Sabar Kunci Utama Menjaga Nahdhatul Ulama - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

16 Januari 2019

Ikhlas dan Sabar Kunci Utama Menjaga Nahdhatul Ulama


Penulis: Moh Syahri

Atorcator.Com - Kalau bicara NU, tentu juga tidak lepas dari bicara amaliah NU. Kekuatan NU itu rerata memang ada di pesantren. Pesantren adalah salah satu tonggak dan benteng pertahanan amaliah NU.


Dalam suatu kesempatan, saya dipertemukan dengan seorang kiai kharismatik, alim, tawaduknya luar biasa beliau pengasuh pesantren semi salaf yang kegiatan sehari-harinya didedikasikan Untuk NU. Sepanjang perbincangan saya diajak berpikir tentang NU beserta amaliah-amaliahnya. Karena kebetulan beliau sedang menjabat sebagai Wakil Syuriah PCNU Kota, tentu beliau memiliki tugas dan tanggung jawab penting dan besar dalam menjaga dan melestarikan ajaran NU.


Sekalipun saya sendiri tidak jelas NU apa nggak tapi bagi saya kiai NU itu sangat luar biasa. Perjalanan akrobatik spiritualnya membuat saya tertegun dan bertanya-tanya pada diri ini, apa yang sudah dibuat untuk negeri ini.


"NU ini organisasi terkuat, terbesar di Nusantara ini," ujarnya. Orang-orang yang ikhlas menjaga NU sedikit demi sedikit diambil oleh Allah SWT, artinya NU ini lagi butuh orang ikhlas bukan hanya butuh orang yang pintar dan cerdas, NU dibangun atas dasar keikhlasan yang luar biasa dari Syaikhona Hasyim Asy'ari. Lanjutnya


Baca juga: Mengenang Humor Gus Dur yang Lebih Memilih Pidato Ala Pesantren daripada Ala Pejabat


Organisasi Ini (NU) akan lebih kuat menghadapi tantangan jika para pengurusnya ikhlas dan sabar. Sekalipun demikian, bukan berarti kecerdasan dan kepintaran tidak penting dalam menjaga NU tapi keihklasan adalah merupakan fondasi terpenting dalam melanjutkan perjuangan syaikhona Hasyim Asy'ari. Jika kepintaran tidak diimbangi dengan keikhlasan maka kepintaran tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap bangsa dan negeri ini.


Misalkan, kata beliau sambil menunjukkan sedikit senyum manis dan tawa, " Kita menghadiri Bahtsul Masail saja dijemput oleh mobil milik NU, ini sudah sangat berbeda sekali dengan kiai Hasan Genggong dulu, yang menghadiri Bahtsul Masail dengan menaiki kendaraan pribadinya, kadang juga berjalan kaki, kadang naik taksi. Sekarang sudah dijemput, masak mau males dan gak karuan-karuan wong semuanya sudah difasilitasi oleh NU, seharusnya lebih semangat dan keihklasan harus dilatih dan ditata.


Di tengah-tengah pembicaraan beliau juga menyempatkan untuk membahas tentang relasi NU dengan bangsa ini. "Jika NU sudah kuat bukan tidak mungkin bangsa ini akan lebih kokoh dan kuat. Namun jika NU sudah bercerai berai maka bukan sesuatu yang tidak mungkin bangsa ini akan carut marut dan koyak moyak.


Juga dalam perbincangan itu beliau sangat mengimbau kepada siapapun para penjaga dan pengurus NU untuk tidak ikut campur dalam politik praktis, karena NU dibangun bukan untuk politik praktis tapi politik kebangsaan yang jauh lebih besar tugasnya dan tantangannya lebih berat dan manfaatnya untuk bangsa.


Dari ini saya tahu bahwa di tubuh organisasi Nahdlatul Ulama memiliki kekuatan dan pengetahuan dan ajaran rohaniah luar biasa yang sebenarnya ini harus dimiliki oleh siapapun yang mau mengurus NU. Tidak hanya NU nya anshor, muslimat, dan bansernya pun harus terus menata diri dalam keikhlasan dan kesabaran.


Wallahu a'lam


Sumber Foto: Nasional Tempo


Baca juga: Gus Dur Bertamu Ke Saya