Sempat Mengagumi Nusron Wahid, Bapak Saya Kok Tiba-tiba Menyesal - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

13 Februari 2019

Sempat Mengagumi Nusron Wahid, Bapak Saya Kok Tiba-tiba Menyesal


Atorcator.Com - Jarang-jarang bapak saya nonton ILC apalagi mengikuti berita politak-politik kekinian. Kalau mau nonton TV, tontonannya hanya Indosiar saja yang isinya penuh dengan dangdutan kece badai, tapi biasanya habis ngarit dia suka mendengarkan radio saja, radio yang menyuguhkan berita daerah yang diselingi lagu-lagu lawas yang aduhai sambil ngerokok ngepal-ngepul dengan kopinya yang super pahit.

Tapi malam itu bapak saya benar-benar serius menemani saya yang lagi nonton #ILcPotretHukumIndonesia "Benarkah Hukum Tajam Sebelah?" yang dihotsi oleh Abang yang super hot, Karni Ilyas. Bapak yang sehari-harinya hanya nonton dangdut dan mendengarkan radio ya mana mungkin akan paham dengan hal kayak gituan. Kan mustahil banget paham hukum undang-undang.

Namun begitulah luar biasanya bapak saya, jika sudah ada yang mengutip Alquran dan hadis, atau sejarah Rasulullah dia sangat tertarik dan sangat fokus mendengarnya, seolah-olah dia paham betulan dan berani angkat bicara untuk berkomentar.

Bapak saya sangat kagum ke Nusron yang diundang ke ILC yang mengutip Alquran dan sejarah sayyidina Umar yang dianalogikan dengan praktik hukum perundangan-undangan di Indonesia. Tak pelak, bapak saya membenarkan pernyataan Nusron yang selaras dengan pengetahuannya. Saya yakin bapak saya nggak paham betul dengan perkataan Nusron itu secara utuh.


Baca juga:Pilpres dan Pileg Memang Tidak Seagresif Pilkades

Saya tidak meragukan keilmuan bapak saya soal agama, dia keluaran pesantren tahun 70 an yang masih santer dan pinter dengan ilmu nahwu dan sharafnya. Bapak saya memang alergi dengan ustadz yang berbicara tanpa dasar Alquran, hadis dan ijma'. Maklum saja bapak saya memang beda dengan bapak anda. Tapi soal hukum perundangan-undangan saya kurang yakin bapak saya paham betul.

"Alem onggu oreng reyah" (alim benar orang ini), ujarnya pelan-pelan sambil melototi Tv.

"Keae reyah" (kiai ini), tambahnya. Maklum, bapak saya nggak kenal dengan Nusron.

Ungkapan itu jelas dilontarkan ketika Nusron yang saat itu berbaju putih cemerlang dan berkopiah mentereng itu diberi kesempatan berbicara yang mengutip Alquran dan sejarah Sayyidina Umar bin Khattab.

Namun, ternyata belakangan bapak saya paham juga dengan alur bicaranya Nusron yang mengangkat dan membela kasus Ahok yang dianggap menistakan agama yang menyamakan dengan kasus Rocky.

"Korang ajer" (kurang ajar), kalau bahasa jawanya mungkin "Bajangkreeek", sesalnya sambil merengsek ke dapur untuk ngambil makan malam yang tak kembali lagi ke depan layar televisi dan tidak tau entah kemana.

Saya sudah tau dari dulu, bapak saya itu termasuk dari salah satu rakyat Indonesia yang pro kalau Ahok itu menistakan agama. Cuma dia nggak termasuk alumni 212 dan 411 yang suka demo berjilid-jilid tanpa lelah dan ngantuk di bawah monas.

Sumber Foto: YouTube