Munajat 212 dan Beberapa Persoalannya - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

24 Februari 2019

Munajat 212 dan Beberapa Persoalannya



Oleh: Santri Kiri

Perlu diketahui bahwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata munajat memiliki arti sebagai doa sepenuh hati kepada tuhan untuk mengharapkan keridhaan, ampunan, bantuan, hidayat, dan sebagainya. Pengertian munajat ini harus dipahami terlebih dahulu sebalum beranjak pada pragraf berikutnya, karena berdasarkan pengalam penulis banyak kata yang familiar dalam pendengaran namun tidak diketahui maknanya.

Konser Munajat 212 yang beralangsung pada 21 februari itu menyisakan banyak permasalahan. Gerakan yang seharusnya memberikan ketenangan bagi semesta ini, tidak lebih baik dari konser Eminem beberapa hari lalu di Sydnei, Australia yang berlangsung sangat meriah karena Eminem berhasil membawa histeris para pengemarnya tanpa perlu koar-koar dialah yang terbaik. Kalau Munajat 212 kan tidak, mereka, apalagi ketika Neno Warisman membacakan puisi yang mengancam tuhan itu, seolah kelompok merekalah yang terbaik dan benar.


Baca juga: Doa Neno Warisman Mencoba Mengatur Tuhan


Sangat disayangkan adalah monas sudah tidak lagi menjadi ikon Indonesia yang di ekspektasikan oleh Bung Karno dahulu kala. Monas yang seharusnya menjadi ikon keindahan Indonesia, keramahan Indonesia, keberagaman Indonesia, sebab ulah mereka, kini Monas justru menjadi ikon kerusakan cara kita berpolitik. Ini soal pertama.

Soal kedua, ummat islam sudah seharusnya menunnjukkan kecerdasannya untuk membadakan, dan menentukan mana yang harus dibela atas nama agama dan mana yang tidak. Para pengikut konser munjat 212 tampaknya tidak bisa menunjukkan kecerdasan itu sebab lagi-lagi banyak terlihat dalam konser itu lantunan doa dalam bentuk puisi yang ujung-ujungnya kampanye.

Hal ini menjadi penting karena ummat islam tidak boleh buta dan harus bisa membedakan mana tingkah yang dilandasi oleh nafsu dan mana yang bukan. Jangan serta merta kita berdoa karena nafsu yang seharusnya di taklukkan itu. Ditambah lagi ini wilayah do’a yang kesuciannya harus dijaga.


Soal ketiga, kecenderungan ummat islam untuk bersikap reaktif terhadap suatu kejadian haruslah tepat penggunaannya. Mungkin karena memang terpengaruh oleh situasi politik yang memanas atau memang disebabkan oleh kebiasaan lama yang tidak bisa dihindarkan, yang jelas sikap reaktif ummat harus segara diperbaiki.

Sumber Foto: Nasional Tempo