Golput dan Beban Moral Santri - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

16 April 2019

Golput dan Beban Moral Santri

tribun

Penulis: Muhammad Al-Fayyadl

Atorcator.com - Beban moral kaum santri akan berat, juga dosa-dosa struktural yang ditanggung, jika nanti Jokowi terpilih dan tetap menjalankan agenda-agenda politik dan kebijakannya yang pro-investor, tetap gemar dengan tambang (kapitalisme ekstraktif) dan energi kotor (karena pemain di bisnis ini para jenderal, di antaranya), dan tetap mempertahankan kebijakan infrastruktur yang rakus SDA dan lahan -- berbagai penggusuran akan terus terjadi -- dan kemudian, Kiai Ma'ruf tak berdaya menghadapi siasat Luhut, Rini Soemarni, dan para pemodal di lingkaran Megawati dan Jokowi sendiri. Apalagi tahun ini para elite ini resmi meneken skema investasi OBOR (One Belt One Road), artinya resmi masuk dalam imperialisme ekonomi Tiongkok.

Bagaimana kaum santri akan menagih keberpihakan Kiai Ma'ruf? Rasanya, tak mungkin. Apalagi selama ini mendemo kiai bukan hal lazim bagi kaum santri. Selain itu, Kiai Ma'ruf tidak disuplai oleh blok politik politisi NU yang punya kepekaan pada persoalan-persoalan kapitalisme.

Di sisi lain, memilih Prabowo bukan jaminan pemerintahan baru akan balik arah dan menghindarkan kebijakan ekonomi dan politik Indonesia dari hal-hal di atas. Sandi salah satu aktor kapitalisme ekstraktif. Tak ada jaminan. Tapi setidaknya, beban moral kaum santri mengkritik pemerintah lebih ringan, karena Prabowo-Sandi tidak dibaca sebagai representasi "ulama", meski didukung oleh sebagian kaum santri dan kelompok Islam.

Ini salah satu sudut pandang mengapa Golput, sambil memperkuat jejaring kekuatan politik alternatif, adalah yang paling "selamat". Tak memikul dosa rezim yang nanti akan terpilih, sambil membangun kesadaran kritis tentang konstelasi kekuasaan. Bukan sekadar berpangku tangan menonton "sinetron lima tahunan".