HTI dan FPI Sebaiknya Belajar Lagi Tentang Ketegasan dan Kekerasan Sayyidina Umar - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

23 April 2019

HTI dan FPI Sebaiknya Belajar Lagi Tentang Ketegasan dan Kekerasan Sayyidina Umar

redaksi-indonesia

Penulis: Muhammad Nur kholis
(Redaktur)

Atorcator.Com - Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, kita sering mendapati orang-orang yang sangat radikal dalam menyampaikan pesan-pesan agama islam. Salah satu contoh yang menjadi perhatian penulis adalah adanya kelompok seperti Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Habib Rizieq Syihab, dan Hizbut Tahrir yang biasanya dikompori oleh Ustaz Bachtiar Nashir sebagai tokoh utama di balik kelompok yang menjadikan kalimat tauhid sebagai bendera resmi mereka.

Mengapa penulis anggap kedua kelompok ini radikal. Karena sudah jelas, mereka terlalu memaksakan apa yang menjadi kehendak mereka. FPI yang terpusat di ibukota Jakarta berdasarkan track recordnya pernah beberapa kali melakukan sweeping kepada warung-warung yang tetap buka ketika siang hari dibulan Ramadhan. Dan tidak segan-segan mengobrak-abrik tempat penjualan minuman keras.

HTI, walau jarang sekali kita lihat melakukan konfrontasi, namun setidaknya kegiatan massif mereka baik di dunia maya atau di kampus-kampus dalam menggaet anggota untuk mendirikan negara khilafah, setidaknya perlu dicap sebagai tindakan yang radikal dan jelas membahayakan untuk NKRI. Dapat kita saksikan pula beberapa pidato yang dilontarkan oleh pentolan-pentolannya betapa di dalamnya sangat mengandung dendam-dendam yang ingin segara dibalaskan.

Ucapan “Ummat islam harus memiliki orang-orang tegas seperti sayyidina umar agar tidak ditindas. Dan kami akan berusaha untuk itu.” menjadi semacam alibi bagi mereka untuk menghakhiri perdebatan jika diprotes mengapa harus mengambil tindakan seperti itu. Alibi ini jelas mengkambing hitamkan karakter sayyidina umar yang bahkan setan sekalipun akan lari ketika melihat beliau melintas.

Lantas apakah sikap mereka, yang mereka anggap sebagai bentuk ketegasan dapat disamakan dengan sikap sayyidina umar? Ini yang patut dianalisis lebih dalam. Karena bagaimanapun juga mengambil sikap/tindakan orang lain tidak bisa dijadikan sebagai legalitas mereka dalam bertindak. Perlu adanya pertimbangan matang untuk melakukan hal itu.

Terkait dengan hal itu, ada kisah menarik yang ditulis oleh Imam al-ghazali dalam magnum opusnya Ihya’ Ulumuddin. Dimana suatu ketika sayyidina umar memergoki seorang pria dan perempuan dengan sebotol khamar dalam satu rumah. Sayyidina umar memergoki mereka dengan memanjat dinding tanpa melalui pintu dan meminta izin sebelumnya kepada pemilik rumah. Sayyidina umar yang sudah memanas menyaksikan kejadian itu tidak bisa berkutik dan memaafkan perbuatan pria itu setelah pria itu mengajukan banding dikarenakan kesalahan sayyidina umar yang masuk tanpa melalui pintu dan memohon izin sebelumnya dimana tindakan yang dilakukan oleh sayyidina umar dilarang dalam Al-Qur’an. Demikianlah tegas yang ada dalam pribadi sayyidina umar. Selain tegas pada orang lain dia juga bersifat tegas untuk menerapkan aturan pada pribadinya sendiri.

Demikianlah pesan yang sulit dan bahkan enggan untuk ditiru oleh kedua kelompok tersebut. Mereka lebih menonjolkan sifat-sifat kerasnya tanpa memerhatikan sisi lemah lembut dan pemaafnya sayyidina umar dan betapa sayyidina umar mampu dengan segenap kerendahan hatinya menerima kesalahan dirinya sendiri dengan lapang dada.

Dan lewat kisah ini, penulis dapat mengambil sebuah pelajaran berharga bahwa cara untuk mencegah kemaksiatan yang dilakukan oleh orang lain atau cara kita bertindak harus tetap dalam koridor yang dibenarkan oleh peraturan yang berlaku. Bukan dengan cara main hakim sendiri.

Dengan ini, penulis berharap adanya kejelasan antara kekerasan dan ketegasan. Sayyidina Umar cenderung lebih mendahulukan sebuah kebijaksanaan daripada nafsu. Berbeda dengan kemarahan yang cenderung memutuskan sebuah tindakan dengan emosi tinggi dan nafsu belaka.


Wallahu a’lam bisshowab.