Ketika Iblis dan Kafir Quraisy Lebih Berakhlak daripada Anda yang Beda Pilihan Politik - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

07 April 2019

Ketika Iblis dan Kafir Quraisy Lebih Berakhlak daripada Anda yang Beda Pilihan Politik

Caping

Penulis: Kanthongumor

Atorcator.Com - Hanya karena beda pilihan dalam pilpres, kita menjadi mudah marah dan melontarkan kata-kata yang kurang baik.

Lihatlah bagaimana Iblis, walaupun kafir dengan nash Al-Qur'an:

أبى واستكبر وكان من الكافرين

Ia (iblis) enggan bersujud dan takabur dan ia adalah termasuk golongan orang-orang kafir

Namun ia tidak berani melontarkan cemoohan terhadap Tuhan, ia masih beradab dalam ucapan dan sumpahnya: فبعزتك "Maka dengan kemuliaan-Mu aku bersumpah".

Orang-orang kafir Quraisy yang sudah sepakat akan membunuh Nabi sebelum peristiwa Hijrah, mereka menunggu di sekitar rumah Nabi untuk menunggu nabi keluar untuk sholat Shubuh. Mereka tidak langsung mendobrak paksa rumah, walaupun sebenarnya mereka mampu untuk melakukannya.

Sebagian orang dari mereka berfikir untuk mendongkrak paksa rumah dan membunuh Nabi, tetapi Abu Jahal melarang dengan keras sambil berkata: "Kita lindungi rumah kita dengan tembok, tetapi merusak pagar pelindung putri-putri Muhammad?".

Orang-orang kafir Quraisy masih memiliki batas sebagai manusia yang memiliki adab. Mereka tahu bahwa di dalam rumah ada orang perempuan, yang tidak boleh diserang, tidak boleh dibuka auratnya dan harus dijaga kehormatannya.

Suatu saat Abu Jahal kafir memukul wajah Asma' binti Abu Bakar, seketika ia meminta maaf kepada Asma' dan berkata: "Sembunyikan ia dariku"... Ia seolah berkata: "Jangan katakan kepada orang-orang bahwa aku telah menampar wajahmu".

Saat Abu Sufyan masih dalam keadaan kafir, ia berdagang bersama kafilah pedagang ke Negeri Romawi. Di sana ia dan pedagang lain dihadapkan kepada raja Romawi yang saat itu mencari kabar tentang Nabi Muhammad yang telah mengirimkan surat yang ditujukan kepada sang Raja.

Sang Raja bertanya kepada Abu Sufyan tentang Muhammad yang saat itu masih menjadi musuhnya: "Apakah kalian mencurigai Muhammad sebagai tukang bohong?. Atau pernah membunuh?. Dan berbagai macam pertanyaan".

Tetapi Abu Sufyan masih mempunyai jiwa laki-laki jantan dan berkata: "Kalau saya tidak malu untuk berbohong, maka aku akan membohonginya".

Ia takut dan malu, bila berbohong dan kembali ke Makkah ia akan dicap sebagai pembohong. Padahal dirinya masih dalam keadaan kafir.

Kita tidak sedang memuji Abu Jahal atau Abu Sufyan saat masih kafir. Tapi lihatlah masyarakat yang masih belum beriman, tetapi sudah mempunyai Akhlak yang begitu mulia.

Tetapi lihatlah keadaan kita yang sudah dicap beriman, tetapi akhlak terhadap orang yang berbeda pilihan, bahkan kepada guru yang berbeda pilihan sudah seperti berhadapan dengan musuh. Padahal Iman mengikuti Nabi yang pemimpin orang beriman yang berkata:

بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Saya diutus oleh Allah semata-mata hanya untuk memperbaiki akhlak

Dan dinash oleh Allah dalam Al-Qur'an:

وإنك لعلى خلق عظيم

Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung

Apakah akhlak kita sebagai orang beriman lebih rendah dari pada akhlak orang kafir Quraisy?.

Marilah kita bersama-sama kita renungi doa dalam wirid Naqsyabandy:

واهدنا لأحسن الأخلاق فإنه لا يهدي لأحسنها إلا أنت.

Dan berikanlah kami hidayah untuk kebaikan akhlak, karena sesungguhnya tidak ada satupun yang mampu memberikan hidayah untuk kebaikan akhlak kecuali engkau

Semoga bermanfaat.