Kepada Prabowo: Anda Telah Memantik Kegelisahan dan Rasa Takut - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

18 April 2019

Kepada Prabowo: Anda Telah Memantik Kegelisahan dan Rasa Takut

 
tribun-kaltim
Penulis: Jilal Mardhani

Atorcator.Com - Saya sebetulnya tak ingin membicarakan soal siapa yang menang atau kalah dalam persaingan Anda dengan Joko Widodo untuk memperebutkan suara pemilih hari ini.

Sore tadi, setelah berbagai hitung cepat mengeluarkan hasil sementaranya, Joko Widodo justru menyampaikan kepada kita semua untuk menunggu hasil resmi perhitungan suara yang akan dilakukan KPU. Kemenangan yang diindikasikan para penyelenggara hitung cepat itu, jelas sekali tak membuatnya berpuas diri. Beliau tak berminat menggunakannya untuk mengakui kemanangan atas diri Anda. Penekanan utama yang disampaikan, justru rasa syukur karena pesta demokrasi hari ini telah terlaksana dengan lancar dan baik, meski di beberapa tempat sejumlah persoalan kecil mungkin saja terjadi.

Tak ada gading yang tak retak.

Sore tadi, pada kesempatan terpisah, Anda juga menyampaikan pidato yang disiarkan langsung berbagai media televisi Nasional. Sangat wajar dan dapat dimaklumi jika — berdasarkan informasi masalah maupun kecurangan yang terjadi di lapangan yang kalian terima — Anda berpesan kepada pendukung untuk tetap bersikap tenang, tidak berlaku anarkis, dan tetap sesuai dengan koridor hukum untuk menyikapinya.

Terkait hasil perhitungan cepat yang banyak beredar dan berpihak terhadap kemenangan Joko Widodo, Anda pun telah menyatakan sangsi, dan mengajak seluruh pendukung untuk mengawal kotak-kotak suara hingga penghitungan sebenarnya selesai dilaksanakan KPU. Sebagaimana Joko Widodo, sore tadi itu Anda pun bersikap bijak agar kita semua bersandar pada kebenaran yang sebenarnya.

Sampai di sini, kalian berdua, baik Joko Widodo maupun Anda sendiri, telah menunjukkan kualitas pemimpin yang didambakan Indonesia. Sama-sama ingin melakukan yang terbaik, bersikap legawa terhadap hasil resmi yang kelak disampaikan, dan memberi kesempatan kepada yang berwenang untuk melakukan tugasnya.

Indah sekali.

Tapi apa lacur, beberapa jam kemudian, kembali interupsi tayangan siaran televisi terjadi. Mereka menyiarkan pernyataan Anda yang menyatakan kemenangan, berdasarkan hitung cepat tertentu yang mengatakan demikian. Rupanya Anda tak lagi mau bersabar menunggu hasil perhitungan resmi yang akan dilakukan KPU. Tapi menggunakan hasil “perkiraan” yang kebetulan menyimpulkan kemenangan bagi Anda.

Di mata saya, Anda telah begitu saja meruntuhkan kekaguman terhadap sikap kenegarawan yang baru beberapa jam sebelumnya Anda tunjukkan. Untuk alasan apapun, pernyataan yang Anda sampaikan tentu sangat tak bijak dan berpotensi memecah belah bangsa ini.

Begitu sulitkah Anda memahami jika bangsa ini, sesungguhnya sedang berpeluang terpecah belah, hanya gara-gara ingin mendukung calon pemimpin yang diinginkan masing-masing?

Pernyataan kemenangan yang Anda sampaikan, bagaimana pun, akan memberi energi yang mampu mentransformasikan dugaan yang kebenaran faktualnya masih diragukan, sebagai suatu kebenaran yang akan diterima secara emosional semata. Tidakkah Anda pahami jika para pendukung yang terdiri dari beragam latar belakang itu, memiliki tingkat kearifan berbeda-beda untuk menyikapi “kebenaran emosional” tersebut?


Siapa pun maklum jika persaingan mempengaruhi pandangan dan dukungan politik adalah soal citra, persepsi, dan opini. Tapi bagaimana pun, semestinya ada batas etika tertentu di mana kebenaran faktual dihormati oleh semua pihak. Hasil penghitungan suara resmi dari pemilihan umum yang dilangsungkan secara demokratis, adalah salah satunya. Sebab, kesimpulan yang dihasilkannya adalah esensi proses demokrasi yang telah disepakati bersama. Siapa pun yang memenangkannya, harus diterima sebagai keputusan bersama, dari, oleh, dan untuk kepentingan bersama.

Bagaimana mungkin saya menyembunyikan kecurigaan terhadap sikap sembrono Anda yang memgakui hasil penghitungan cepat tertentu sebagai dasar proklamasi kemenangan tadi?

Sekali lagi, penghitungan cepat hanyalah cara ilmiah untuk melakukan “prakiraan” semata. Seperti ramalan hujan yang akan turun besok. Bukan sekali-dua, dugaan ilmiah itu, ternyata meleset, atau bahkan sama sekali tak terjadi seperti yang diramalkan.

Dengan kata lain, walaupun mereka dapat mempertanggung jawabkan prakiraannya secara ilmiah, tetap saja tak ada kebenaran faktual yang dapat disimpulkan mutlak oleh penghitungan cepat itu. Meski peluang kesalahannya hanya 1 diantara sejuta sekalipun, kemungkinan tersebut tetap ada. Artinya, kebenaran yang sebenarnya adalah hasil dari perhitungan resmi yang akan dilakukan KPU nanti.

Sebenarnya, sebelum menyampaikan pengumuman kemenangan prematur itu, Anda telah berada begitu dekat pada kekaguman kami, seluruh rakyat Indonesia, terhadap sikap kenegarawan yang layak dicontoh siapapun yang ingin menjadi pemimpin di negeri ini kelak. Apalagi jika mengingat jasa dan peran Anda yang telah membuka jalan sekaligus kesempatan terhadap Sandiaga Uno, calon Wakil Presiden yang mendampingi, untuk menjadi salah satu alternatif pemimpin di masa depan.

Sikap yang Anda tunjukkan terakhir kali tadi — apalagi disertai aksi sujud syukur yang seperti 5 tahun lalu, kini pun dilakukan terlalu dini — telah meruntuhkan semua itu.

Di mata saya, kemenangan memperebutkan suara pemilih dan menjadi Presiden Republik Indonesia, ternyata begitu penting dan segala-galanya. Tidakkah Anda pahami jika amanah yang kami berikan dibaliknya, jauh lebih agung dan mulia dibanding status kepresidenan itu sendiri?

Saudara Calon Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto,

Anda telah memantik kegelisahan dan rasa takut berlebihan saya, jika seandainya Indonesia yang kita cintai dan banggakan ini, dipimpin oleh seorang Presiden seperti diri Anda.