Mengapa Hizbut Tahrir Tidak Laku di Timur Tengah? - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

06 April 2019

Mengapa Hizbut Tahrir Tidak Laku di Timur Tengah?


Penulis: Sumanto Al Qurtuby
(Antropolog budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi)

Atorcator.Com - Meskipun lahir di Timur Tengah, Hizbut Tahrir (HT) tidak laku di Timur Tengah. Hampir semua negara di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan Barat yang mayoritas berpenduduk Muslim menolak, melarang, dan mengharamkan HT.

Bahkan Otoritas Palestina sendiri, tempat HT dilahirkan, tidak menggurisnya. Kelompok militan Palestina, Hamas, bahkan sering bentrok dengan aktivis HT di Gaza dan lainnya karena berbeda agenda politik. Di Lebanon, Uni Emirat Arab dan Yaman memang ada para pemandu sorak HT. Tapi tidak berkembang alias "mati suri". Kenapa?

Jualan HT tentang sistem politik-pemerintahan global bernama khilafah tidak laku di pasar Timur Tengah, baik di kalangan masyarakat Arab maupun bukan. Klaim mereka ingin menegakkan syariat Islam tidak digubris oleh umat Islam.

Umat Islam di Timur Tengah paham dan tahu betul, kalau HT sama saja seperti kelompok politik lain yang bertujuan untuk meraih politik praktis kekuasaan. Hanya jualannya atau barang dagangannya saja yang berbeda. Tapi muaranya sama: politik kekuasaan. Omong kosong dan nggedebus saja kalau mereka bilang menegakkan syariat Islam, menegakkan kalimat Allah, menegakkan khilafah, dlsb.

Sementara bagi pemerintah / negara-negara di Timur Tengah, HT dilarang karena jelas mereka ingin mengganti sistem politik-pemerintahan yang sudah ada dengan sistem politik-pemerintahan model khilapah. Tentu saja mereka tidak mau. Tidak ada satu jentil pun negara-negara Arab yang berjumlah 22 itu yang menggunakan sistem khilapah.

Pemerintah / negara di Timur Tengah bahkan menuding Taqiyuddin al-Nabhani, pendiri HT, pura-pura menggunakan khilafah untuk mengelabui umat Islam. Padahal, tujuan sebenarnya dari Taqiyuddin adalah untuk merestorasi Dinasti Nabhan, leluhur Taqiyuddin, yang dulu pernah berdiri di Oman pada abad 12-17 yang kemudian hancur karena konflik internal dan diserbu oleh suku lain. Dengan kata lain, Taqiyuddin bukan ingin menegakkan kembali sistem khilapah tapi sejatinya ia menyimpan agenda terselubung: yakni ingin menegakkan kembali "Khilafah Nabhan" yang hancur itu.

Uniknya, meskipun di Timur Tengah tidak laku, HT laku di kawasan non-Arab/Timur Tengah, termasuk di negara-negara Eropah dan Endonesah lantaran sebagian umat Islamnya harus diakui masih lutu-lutu, unyu-unyu, plus rada-rada bego gitu, buta dan pikun sejarah dan wawasan sehingga gampang dikibuli dan dindopoki oleh para tengkulak HT.

Jabal Dhahran, Jazirah Arabia