Sembilan Nasihat Imam Al Ghazali - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, April 12, 2019

Sembilan Nasihat Imam Al Ghazali

NU online

Penulis: Prof. Rochmat Wahab


Atorcator.Com - Imam Al-Ghazali, yang bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi Ays-Syafi'i yang lahir di Thus, Iran; 1058 / 450 H – meninggal di Thus Iran; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun). Usia yang masih relatif muda di bawah usia Rasulullah, tapi karyanya yang sungguh spektakuler, IHYA ‘ULUMUDDIN. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan peradaban manusia. Beliau  adalah salah seorang ulama yang sangat masyhur di belahan bumi ini, khusunya negeri Arab.

Mari kita ikuti dan cermati nasihat-nasihatnya yang sangat berarti dalam hidup kita:
Pertama, yang paling dekat bukan orangtua, teman, guru dan lain sebagainya, melainkan kematian. Karena kita tidak akan pernah tahu kapan kematian itu akan datang menjemput kita. Jika saatnya datang juga tidak bisa ditunda dan dimajukan (QS, Al A’raf:34). Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah merahasiakan tiga hal mengenai kematian seseorang, yaitu waktu, tempat, dan bagaimana kematian itu terjadi.

Kedua, yang paling jauh bukan planet-planet, bulan, bintang bahkan matahari, melainkan masa lalu. Karena bagaimana pun caranya, naik jet super cepat pun kita tidak akan pernah sampai (kembali) ke masa lalu. Oleh karena itu, kita tidak dianjurkan untuk membanggakan kebaikan di masa lalu, tapi kebaikan di masa lalu menjadi tolak ukur sekaligus motivasi untuk kebaikan hari ini dan hari esok.

Ketiga, yang paling besar bukan gunung, lautan, matahari, bulan, dan lain sebagainya, melainkan nafsu. Karena nafsu acapkali menjerumuskan manusia kepada hal-hal yang buruk, berbeda halnya dengan yang baik-baik. Dalam Firman Allah Swt (QS Yusuf:53) juga menjelaskan tentang bahayanya nafsu.

Keempat, yang paling berat di mata bintang-bintang, bulan, matahari, malaikat, tumbuh-tumbuhan dan hewan adalah menanggung amanah. Karena itu bintang-bintang, bulan, matahri, malaikat, tumbuh-tumbuhan dan hewan tidak mau menerima ketika Allah meminta mereka supaya menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi ini, tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan tersebut. Akibatnya di hari kiamat kelak manusia banyak yang masuk ke neraka karena tidak sanggup menanggung amanah. (Qs Al-Ahzab: 72)

Kelima, yang paling ringan adalah meninggalkan shalat. Adapun meninggalkan shalat dapat terjadi karena berbagai alasan, di antaranya:  pekerjaan, kesibukan bahkan karena lupa. Sebenarnya jika manusia hidup hanya untuk mencari makan dan kesenangan saja, maka tidak ada bedanya manusia dengan binatang. Untuk iti sholat harus ditegakkan pada waktu yang ditentukan dan tak bisa ditinggalkan sepanjang hidup. (QS An-Nisa’:103).

Keenam, yang paling tajam adalah lidah. Karena dengan lidah, manusia kerapkali menyakiti perasaan orang lain bahkan kerabat dekat sekalipun.  Sebagaimana pepatah mengatakan, "Kalau pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, tapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak di cari?". Juga dalam mahfudzat, disebutkan: salasmatul insaan fi hiffzil lisaan”.

Ketujuh, yang paling sulit adalah ikhlas. Karena bisikan syaitan tiada henti. Padahal dalam beragama, terutama dalam mengabdi kepada-Nya dituntut keikhlasannya. (QS Al Bayyinah:5). Demikian juga bahwa dalam beragama tidak ada paksaan, (QS Al Baqarah:256). Walaupun sangat jelas rujukan dalam berislam, tidaklsh mudah hati bisa menerima kecuali ada hidayatullah.

Kedelapan, yang paling susah adalah sabar. Karena setiap menghadapi mushibah, yang sering terjadi adalah kejecewaan, merasakan kehilang sesuatu yg berati dalam hidup, bahkan bisa terjadi penolakan. Sikap yang terbaik adalah sabar atas mushibah yang terjadi. (QS Al Baqarah:155).

Kesembilan, yang paling berharga adalah iman. Kita dalam hidup baru berarti jika kita bersandar pada iman yang bersih dari berbagai tanda-tanda kemusyrikan. Bahkan sebanyak amal kita jika tidak ikhlas, lillaahi ta’aalaa,tidak ada artinya, karena itu kita harus ikhlas dan ridlo kepada Allah swt, sehingga amal sholeh kita diterima. (QS Al Kahfi, 110).


Demikianlah beberapa nasehat dari banyak nasehat Imam Al Ghazali yang tertuang dalam berbagai kitabnya. Terutama yang banyak dipetik dari kitabnya, Ihya Ulumuddin. Penuangan ini dimaksudkan untuk penyegaran iman, islam, dan akhlaq kita, semoga kita semakin taqarrub ilallah. Aamiin.