Tetaplah Menonton Tv, Kalau Semua Tv Nggak Dipercaya, Lucu! - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

18 April 2019

Tetaplah Menonton Tv, Kalau Semua Tv Nggak Dipercaya, Lucu!

cnn

Penulis: Muhammad Ilham Fadli

Atorcator.Com - "Bang, bagaimana sebenarnya. Disatu pihak mengatakan ini yang menang, dipihak lain mereka pula yang menganggap dirinya menang ?".

Selama ini kita memiliki instrumen. Namanya Quick Count (QC). Tak usah abang jelaskan tingkat presisinya. Tingkat akurasinya. Cukup kamu lihat rekam jejaknya sejak tahun 2004 yang lalu. Publik menjadikan QC sebagai panduan untuk mengetahui siapa yang (berpotensi) menang dan kalah dalam waktu cepat. Dulu kita percaya QC, sekarang kok .... tidak ?.

"Tapi di WA dan FB banyak yang beredar berbagai potongan video dari sebuah TV yang diklaim sebagai bentuk inkonsistensi dalam pemberitaan QC?".

Itu kan potongan. Silahkan lihat kembali menit demi menit pemberitaannya. Bukan di satu TV. Tapi di semua TV. Lihat konsistensi beritanya di seluruh TV. Di seluruh saluran. Bukan hanya satu. Maka berkaitan dengan QC, kamu akan bisa mengambil kesimpulan.

"Tapi ada yang mengatakan tak percaya lagi dengan TV ?"

Pertama, kalau hanya satu atau dua TV yang dicurigai, tak masalah. Tapi kalau semua TV, ini lucu. Katakanlah, dulu percaya dengan salah satu TV, karena menganggap beritanya berimbang,  sekarang.... kok tidak.

Kedua, tidak menonton semua TV, artinya kita menutup sumber yang akan membuat kita rugi. Informasi yang bisa dipertanggungjawabkan tak bisa kita peroleh. Mungkin satu TV kita curigai, tapi harus digeneralisir semua TV yang ada. Tak mungkin mengandalkan informasi di WA dan jejaring sosial lainnya. Pertanggungjawaban validitas dan realibilitas sumber informasinya .... seringkali lemah. Lihatlah sumber berita di saluran informasi jenis ini, kadang-kadang entah darimana. Saran bang, tonton terus semua TV. Belajarlah kamu dari pemberitaan semua TV itu.

"Tapi hasil yang pasti itu, kan realcount dari KPU. Ada yang mengatakan, realcount kpu telah keluar tadi. Kubu yang lain yang menang. Benarkah ... bang ?"

Sebelumnya sudah Abang jelaskan. QC adalah panduan. Panduan yang dalam beberapa tahun ini kita jadikan patokan. Umunya tak jauh berbeda hasilnya dengan realcount.  Percaya tak percaya dengan QC, terserah. Selama ini kita percaya, kini ... tidak, itu persoalan lain. Itupun terserah juga. Mari kita tunggu saja realcount KPU. Sabar saja. Lalu ada yang mengatakan di media sosial, kelompok yang satu menang lebih 60an persen berdasarkan realcountkpu, maka lihatlah terlebih dahulu, persentase suara yang masuk di realcountkpu tersebut. Baru sekitar 1 persen. Dimulai dari Aceh. Bayangkan bila dimulai dari Papua.

"Ada pula yang mengatakan, kubu yang satu banyak menang di berbagai daerah. Di berbagai propinsi. Tak logis kubu satunya lagi dianggap menang ?"

Pilpres itu bukan menang di berapa daerah. Tapi jumlah pemilih.  Ada 5 propinsi di salah satu pulau, jumlah pemilihnya sebanding dengan satu propinsi di pulau yang lain. Paham kan, maksudnya ?

Mari kita tunggu hasil akhirnya (realcount) dengan terus menonton semua saluran TV dan media lainnya dan belajar dari tontonan tersebut. Termasuk belajar pada cara masing-masing kelompok menyikapi hasil yang mereka dapatkan.

Pemimpin yang baik itu, kata aktor Denzel Washington, terlihat dari bagaimana cara mereka menyikapi suatu masalah.

Salam Damai.
Mari bobok. Jangan lupa, besok dan besoknya serta besok besok lagi, tetap menonton TV dan membaca berita dari media massa lainnya. Barangsiapa yang mengajakmu untuk jangan lagi menonton TV,  tinggalkan saran orang itu. Yakinlah, kamu tidak akan pernah cerdas mengikuti sarannya tersebut.