AGAMA SEBAGAI KUNCI PERUBAHAN - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

13 Mei 2019

AGAMA SEBAGAI KUNCI PERUBAHAN

Keterangan Foto: Vanzaka Musyafa
Penulis:  Vanzaka Musyafa

Atorcator.Com - Saya kira perdebatan tarawih dan yang semacamnya itu tidak usah lagi diperpanjang. Ada banyak urusan yang lebih penting untuk kita fikir dan aksikan. Diluar itu ada sosok yang butuh pertolongan dan kasih sayang. Dia mengemban banyak problem yang begitu kompleks untuk diselesaikan. Dialah yang telah memberi kita tumpuhan. Kita semua tahu dialah Indonesia.

Agama itu tidak sesempit daun kelor. Seperti yang dulu kita ketahui di masa kecil. Doa makan, doa bangun tidur, shalat, puasa, wiridan, tidak hanya soal demikian. Lebih dari itu, agama memiliki segudang solusi yang tersirat di dalam kitab suci melalui ritual keagamaan.

Banyak dari pemeluknya yang kurang mencintai dengan setulus hati. Yang diketahui dan diinginkan hanya janjinya saja, pahala dan surga. Pemberian agama sebenarnya sudah lebih dari janjinya. Namun lagi-lagi dia selalu dikhianati. Khilaf apa yang telah dia berikan hingga selalu dibalas lempar batu. Menjadi kambing hitam. Bahkan kata Cak Nun dalam satu kesempatan (penulis kutip lewat vidio akun youtube najwa Shihab) dijadikan sebagai taruhan "ayo yang benar tarawihnya 23 rakaat atau 11 rakaat".

Tapi bukan ini yang akan kami bahas. Sudah itu cukup. Yang perlu kita gerakan adalah mengaktualisasikan amal ritual keagamaan yang sudah sering kita bahas, mendengar ceramah, dan lain sebagainya. Mengapa demikian? jika hanya dibahas dan didengarkan maka ibarat mengukir diatas air.

Persoalan siapa dan mulai dari mana pergerakannya itu sudah tersirat dan tersurat dalam Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. 13: 11). Ya, diri sendiri. Jelas sudah jawaban Tuhan. Seorang tidak akan bisa merubah suatu keadaan walaupun dengan komunitas yang sangat besar. Karena Sejatinya komunitas itu terdiri dari berbagai indiviu. Manakala individunya sudah bisa merubah perilaku dirinya untuk lebih baik maka perubahan akan terwujudkan dan mudah.

Siapa yang tidak kenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih penakluk konstantinopel yang tidak terkalahkan selama kurang lebih 7 abad. Keberhasilanya tidak terlepas dari usaha dirinya yang tidak pernah meninggalkan shalat qiyamullail, shalat berjamaah dan shalat rawatib.


Oleh karena itu, mari kita generasi muda penerus bangsa, tingkatkan kebiasaan baik kita. Mumpung kita  masih berada di bulan mulia. Tingkatkan keprofesionalan kita dalam mengatur waktu belajar dan mainnya. Kebaikan tidak harus bahkan tidak boleh ditampakkan. Yang perlu ditampakkan adalah output kebaikan. Sebab jika kita ingin mengubah dunia, satu hal yang harus dilakukan adalah perubahan yang ada pada diri kita lebih dulu. /Imam Nawawi

Vanzaka Musyafa Pengurus Jam'iyah Ngopi Pegon Malang