Nuangsa Islam |
Penulis: Robert
Azmi
Atorcator.Com -
Dalam kitab at-Tibyan ini. Para penghafal al-Qur'an punya porsi
istimewa. Mulai dengan dituturkannya firman Allah tentang kemuliaan tanda-tanda
Allah yang ditafsiri dengan para hafiz. Sampai disematkan kata ulama pada
Beliau para pengahafal itu.
Bahkan al-Hafidz
Ibnu Asakir dengan tegas mengatakan: "Ketahuilah saudaraku! Semoga Allah
memberikan pertolongan padaku dan anda semua agar meraih ridha-Nya Sungguh!
Daging ulama beracun! Kebiasaan Allah, jelas! Yakni menghancurkan tabir rahasia
para pencaci ulama! Dan sungguh! Yang lisannya terluncur cacian pada ulama.
Maka sebelum mati, Allah akan mencobanya dengan: Matinya hati!"
Dan Ulama di atas,
yang dimaksudkan Imam Nawawi selaku pengarang kitab at-Tibyan adalah mereka
yang hafal al-Qur'an sekaligus mumpuni ilmunya, tentunya. Yah, walau ada juga
yang mengatakan gak hafal Qur'anpun juga masuk dalam kategori Ulama.
Pertanyaannya
adalah apakah setiap penghafal Qur'an langsung dikatakan Ulama?!
O, tentu tidak.
Harus Alim ilmu Fiqh dan sejenis. Lalu yang paling penting adalah dua hal:
Tidak berlebihan/karepe dewe nafsiri Qur'an. Dan tidak wangkot! Keras
hati! Temperamennya kaku mekengkeng kami waton! Masak kalam Ilahi yang
enak, lugas, lembut dan indah pantas untuk mereka, kan aneh?! Seperti Sabda
Kanjeng Nabi ini:
إن
من إجلال الله إكرام ذي الشيبة المسلم وحامل القرأن غير الغالي فيه والجافي عنه
وإكرام ذي السلطان المقسط (رواه أبو داود
"Sungguh!
termasuk di antara bentuk pengagungan kepada Allah, adalah: Memuliakan yang
beruban muslim. Penghafal al-Qur’an yang tidak berlebihan dan tidak keras hati.
Serta memuliakan penguasa yang adil".
Kitab at-Tibyan