Ayahnya Ning dan Ayahnya Prabowo - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

18 Mei 2019

Ayahnya Ning dan Ayahnya Prabowo

 
Ilutrasi Foto (Prabowo Subianto)
Penulis: Muhammad Ilham Fadli

Atorcator.Com - Saya ingin berkisah tentang kebanggaan anak pada ayah mereka.

Pertama tentang Ning

Sekitar 10 tahun yang lalu, saya membeli buku karangan Ribka Tjiptaning. Buku yang berwarna merah itu, saya beli di lapak buku emperan di sebuah perhentian Kereta Api di wilayah Jakarta. Dalam beberapa tahun belakangan ini, nama Ribka sering diperbincangkan. Tepatnya, dipergunjingkan. Gunjingan politik.

Ribka atau biasa dipanggil dengan Ning ini, secara blak-blakan mengaku sebagai anak anggota Partai Komunis Indonesia. Faktanya demikian. Sejarah hidupnya seperti itu. Dan ia tak merasa menyesal memiliki ayah yang menjadi anggota PKI tersebut.

Baginya, seorang anak tak boleh menyesali ayahnya. Ini dituangkannya dalam bukunya yang belakangan dianggap kontroversial, "Aku Bangga jadi Anak PKI".

Saya berulang kali membaca buku tersebut. Sebuah kisah anak manusia. Sebagaimana kisah “Biografi Politik Mohammad Hatta” karangan Deliar Noer ataupun buku-buku biografi beberapa tokoh karangan Ramadhan KH. Ning bercerita tentang hidupnya yang tragis dan traumatik karena pilihan ideologis orang tuanya.

Dalam buku ini, Ning tak berkisah tentang komunis. Tak membela komunis. Tak membela PKI. Tapi ia tak bisa memungkiri, ayahnya seorang anggota PKI. Itu faktanya. Menurutnya, tak ada yang patut ditutup-tutupi soal dirinya. Sebagai seorang anak, ia merasa bangga pada orang tuanya. Pada perjuangan orang tuanya. Pada ikhtiar bagaimana ayah dan ibunya berjuang mendidik dan membesarkan mereka.

Tentang bagaimana ibunya begitu tegar menghadapi stigma negatif yang luar biasa terhadap keluarga mereka. Sampai mati, ia akan tetap membawa label bahwa ia anak anggota PKI.

Lalu, pantaskah ia membenci ayah dan ibunya hanya gara-gara pilihan ideologis tersebut? Pantaskah ia menghilangkan catatan-catatan indah yang banyak ditorehkan ayah dan ibunya kepada ia dan adik-adiknya?

Tentang Prabowo:

Lalu, belakangan bermunculan kisah Pemberontakan PRRI. Dihubung-hubungkan dengan Prabowo. Ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, waktu pemberontakan PRRI terjadi, merupakan salah seorang elit pimpinan PSI (Partai Sosialis Indonesia). PSI didirikan oleh Sutan Syahrir.

Orang besar. Jasanya luar biasa terhadap Republik ini. Saking besarnya, penyair Chairil Anwar menyarankan untuk “menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta .... menjaga Bung Syahrir”, dalam puisi "Karawang Bekasi"nya. 

Secara ideologis, PSI dekat dengan Karl Marx dan Friedriech Engels. Soemitro bergabung dengan PRRI. Kemudian, kisah selanjutnya kita tahu. Buku RZ. Leirissa, “PRRI Permesta”, menjelaskan dengan teramat detail perjalanan pemberontakan beserta tokoh-tokohnya ini. Termasuk ayah Prabowo tersebut.

Nah .... atas nama kontestasi politik, muncul pernyataan, “Prabowo anak Pemberontak!”. Faktanya memang demikian. Terlepas dari perdebatan akademik mengenai PRRI tersebut serta keterlibatan Soemitro didalamnya. Katakanlah bila Prabowo tersebut anak pemberontak, apakah secara genetik akan mewarisi jiwa pemberontak pula? Apakah Prabowo malu punya ayah pemberontak?

Jawabannya, pasti tidak. Ia pasti bangga punya ayah seperti Soemitro. Ayahnya orang hebat. Sejarah tak akan menafikan iyu. Bedanya Ning dengan Prabowo hanyalah, Ning menulis buku tentang hidupnya, tentang kisah ayahnya, Prabowo ... tidak.

(Sekali lagi), saya kutip tulisan seorang novelis, “Ada yang tidak bisa kita pilih dalam hidup ini. Siapa ayah kita, siapa Ibu kita, dari suku mana kita berasal. Maka alangkah naifnya bila kita menilai dan sinis kepada seseorang terhadap sesuatu yang tidak bisa dipilihnya!”

Lihat karakternya
Lihat kualitas dirinya
Bukan keturunannya

Kalau bicara keturunan, yang pasti tak ada diantara kita yang keturunan Batman, Spiderman, Hulk, Superman ataupun Saruman "Lord of the Ring". Justru bisa jadi kita ini keturunan Qabil (Kain). Pembunuh pertama di muka bumi ini. Membunuh saudaranya, Habil (Abel). 
Siapa yang bisa jamin?

"Kalau kamu ingin mencari ranji silsilah keturunanmu, lengkap kisah hitam putihnya, masuklah ke dunia politik, niscaya lawan dan kawanmu akan menelusurinya", kata seorang tokoh besar.

Intinya:
Jangan menghakimi seseorang dari keturunannya.

Demikian

Wallahu a'lam

  • Muhammad Ilham Fadli Dosen/Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab Humaniora UIN Padang