Chairil Anwar Mencuri Kitab Suci - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

08 Mei 2019

Chairil Anwar Mencuri Kitab Suci

 
Portal-ilmu.com
Penulis: Sunardian Wirodono

Atorcator.Com - Chairil Anwar (1922 – 1949), penyair sohor Indonesia, dalam kematiannya terjelaskan menganut agama Islam. Tapi, binatang jalang itu menulis puisi tentang Isa, atau Yesus, dengan bagus. Puisi itu ditulis sebagai persembahan pada para sahabatnya, para pemeluk teguh.

Tapi, saya curiga, Chairil Anwar bisa tulis puisi itu mungkin berkat aksi pencurian buku yang dilakukan bersama Asrul Sani sohibnya. Chairil, memang dikenal kutu buku. Pembaca buku yang militan. Tapi, hampir semua penjaga toko buku di daerah Kwitang dan seanteronya, mengenal Chairil Anwar sebagai pencuri buku.

Ini menurut cerita yang ditulis Asrul Sani. Syahdan pernah suatu ketika, Chairil mengajaknya melakukan aksi. Ada buku baru yang bikin Chairil ngebet pengen membaca. Zarathustra, karya Friedrick Nietzsche, filsuf Jerman, yang menulis dengan judul Also sprach Zarathustra: Ein Buch für Alle und Keinen. Sebelum diterjemahkan HB Jassin ke Indonesia, buku tersebut masuk Indonesia versi Bahasa Inggris, Thus Spake Zarathustra, berukuran kecil bersampul hitam.

Zarathustra novel filsafat, terdiri empat bagian, ditulis antara 1883 - 1885. Buku ikonik ini tentang perjalanan fiktif dan pidato Zarathustra. Sebenarnya novel ini memiliki karakterisasi dan plot sederhana, yang diriwayatkan secara sporadis sepanjang teks. Tapi, selain nama yang unik (apalagi jika diparalelkan seorang Persia pendiri Zoroastrianisme yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Zarathustra, tapi dengan karakter berbeda), Nietzsche memiliki gaya eksperimental yang tak kalah unik.

Salah satu kalimat paling masyhur dalam buku itu, ketika sang filsuf Zarathustra keluar dari gua pertapaan, setelah sekian lama berdiam, lalu berseru di depan kerumunan massa bak nabi: "Dan apa yang kalian sebut sebagai dunia, seharusnya terlebih dahulu diciptakan oleh kalian ialah: nalar kalian, rupa kalian, kehendak kalian, untuk menjadi cinta kalian sendiri! Dan sebenarnya, untuk kesucian kalian, wahai kalian makhluk yang mengetahui!"

Kira-kira gitulah gambaran isi buku, yang bikin Chairil termehek-mehek. Tetapi karena sering tongpes, Chairil berniat mencurinya. Dia mengajak Asrul Sani dan mengatur strategi. Asrul diminta beraksi memecah perhatian para penjaga. Kali itu, sasarannya toko buku di jalan Juanda, Jakarta Pusat, toko buku Kolf dan van Dorp, yang memajang buku tersebut. Chairil bercelana komprang dengan dua saku lebar. Cukup untuk buku sasaran yang memang berformat kecil.

Aksi berjalan dengan damai. Mereka berhasil keluar dari toko, dengan Chairil mengantongi buku curian. “Deg-degan setengah mati,” kenang Asrul.


Namun terkejutlah mereka. Ternyata Chairil salah comot. Ia mengambil Injil, yang tampilan fisiknya mirip. Bukan buku Nietzsche, yang sama-sama nangkring di rak buku agama. Mungkin untuk nebus dosa, Chairil menulis puisi berjudul Isa itu. Mungkin lho!