Hijrah Tanpa Pendampingan Bisa Jadi Jalan Masuk Radikalisme - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

29 Mei 2019

Hijrah Tanpa Pendampingan Bisa Jadi Jalan Masuk Radikalisme


Atorcator.Com - Pengamat gerakan radikalisme keagamaan menyebut fenomena hijrah di kalangan masyarakat maupun artis patut mendapat pendampingan. Sebab fenomena tersebut merupakan pintu masuk terorisme dengan cara jihad versi mereka.

"Betul, itu jalan masuk ke terorisme. Karena tadi ada iman, hijrah dan jihad. Jadi jika mereka tidak mendapatkan pendampingan yang baik di wilayah (saat) hijrah mereka akan sedikit masuk ke wilayah jihad versi mereka. Contohnya sudah banyak bahkan artis-artis saat ini," kata pengamat gerakan radikalisme Akhmad Muzzaki saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2019).

Menurut Muzzaki, yang dimaksud dengan pendampingan dalam hal ini, yakni para ulama atau kiai akdemis harus turun mendampingi. Salah satunya dengan mengajak berkomunikasi dengan mereka yang sudah hijrah. 

"Menurut saya level pendampingannya harus dari kiai yang akademisi. Karena itu yang bisa berkomunikasi dengan mereka. Ini soal problem komunikasi saja. Kira-kira komunikasi yang membuat mereka nyaman mereka akan terbuka. Kalau nggak maka akan sedikit terjerumus jihad versi mereka," terang Muzzaki.

Selain mendampingi, lanjut Muzzaki, salah satu solusi untuk mencegah radikalisme keagamaan para ulama atau kiai juga harus aktif menyampaikan gagasan melalui media sosial (medsos). Sebab selama ini dunia medsos lebih banyak dikuasai oleh kelompok radikalis.

"Solusinya, para kiai akademisi ke wilayah sosial media harus turun. Produksilah gagasan melalui sosmed. Jangan hanya melalui karya penelitian. Karena tidak akan yang banyak mengonsumsi. Maka kiai akademisi harus turun melalui sosmed sebagai pintu masuk," beber pria yang juga sekretaris PWNU Jatim itu.

"Kiai yang bermain sosmed saya kira penting karena tiga kategori di akhir itu orang miskin, ahistoris dan anak muda konsumsinya tidak hanya pada pengajian pada umumnya tapi ke sosmed," imbuh Muzzaki.


"Konten-konten sosmed kita kan lebih banyak didominasi oleh kelompok mereka. Karena mereka lebih dahulu masuk ke sosmed. Nah oleh karena itu jangan telat yang punya kapasitas untuk paham bersosmed turunlah," tandasnya

(Sumber: Tribunsantri)