Hikmah Personal-Subyektif Puasa: Puasalah Niscaya Kamu Akan Sehat? - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

09 Mei 2019

Hikmah Personal-Subyektif Puasa: Puasalah Niscaya Kamu Akan Sehat?


NU-Online
Penulis: Ahmad Syafi'i

Atorcator.Com - Hadits yang juga  termasuk  masyhur  di  tengah  kalangan umat Islam adalah hadits yang mengaitkan puasa dengan kesehatan. Biasanya hadits seperti ini sering ditampilkan di hadapan jamaah pengajian, demi untuk memberi mereka semangat dan dorongan untuk berpuasa. Lalu mereka diiming imingi dengan janji mendapatkan kesehatan.

Banyak beredar pemahaman di tengah masyarakat bahwa salah satu hikmah puasa itu adalah menyehatkan badan. Bahkan banyak yang mendasarkan pendapat itu dengan menggunakan hadis berikut:

صُوْمُوْا تَصِحُّوْا

Berpuasalah, kalian akan sehat

Pertanyaannya adalah apa benar bahwa puasa itu membuatbadan menjadi sehat? Bagaimana kita memahami hal ini?

Untuk menguraikan masalah ini, kita bisa melakukannya dengan menggunakan pendekatan, dari sisi hikmah, dari testimoni pengalaman empirik. Dalam hal ini kita tidak bisa menepis testimoni orang yang mengatakan bahwa puasa memiliki pengaruh yang baik bagi kesehatannya.

Secara subjektif boleh jadi pernyataan-pernyataan itu benar. Namun dengan satu dua testimoni kita bisa membuat kesimpulan bahwa puasa itu menyembuhkan atau mencegah penyakit, namun setidaknya tidak berlaku secara mutlak.

Bahwa orang yang berpuasa itu akan mendapatkan hikmah berupa badannya sehat, tentu tidak perlu dipertanyakan lagi. Sebab secara ilmu kesehatan, ketika seseorang meninggalkan gaya makan dan minum yang berlebihan, tentu semua akan berdampak positif bagi kesehatan. Sebab umumnya penyakit datang dari makanan yang masuk ke dalam mulut. Seperti ungkapan banyak orang: “mulutmu harimaumu”. Tetapi kali ini bukan karena salah ucap, melainkan salah dalam gaya makan. Maka kalau orang berpuasa bisa bermanfaat buat kesehatan, memang ada benarnya, khususnya untuk kasus-kasus tertentu. Tetapi ketika kita menyimpulkan bahwa puasa adalah terapi untuk semua jenis penyakit, dimana cukup dengan berpuasa, maka kita akan sehat wal afiyat, tentu perlu didiskusikan dan ditelaah lebih dalam.

Ada beberapa argumen yang melemahkan teori ini, antara lain:

Pertama, kita menemukan dalil Al-Quran yang menegaskanbahwa orang yang sedang menderita sakit justru dibolehkan tidak berpuasa. Kalau berpuasa itu pasti membuat badan menjadi sehat, seharusnya tidak perlu ada keringanan bagi umat Islam untuk tidak berpuasa ketika sakit. Sebab harusnya justru dengan berpuasa itu penyakitnya akan hilang dan kesembuhan akan datang. Tetapi kenyataannya, justru orang yang sedang sakit malah dibolehkan tidak berpuasa.

Kedua, kenyataannya, justru orang yang sakit malah diperintahkan untukmeninggalkan puasa. Hal ini menunjukkan bahwa urusan kesehatan dan puasa tidak secara langsung menjadi hubungan sebab akibat. Kesehatan memiliki sedemikian banyak faktor, dan puasa bukan satu-satunya faktor penentu kesehatan. Bukankah demikian?

Semoga bermanfaat...!