Membunuh Agama - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

10 Mei 2019

Membunuh Agama

 
Merdeka.Com
Penulis: Fadly Abu Zayyan

Atorcator.Com - "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”

Kutipan ayat di atas saya ambil dari QS Al Qashah 77. Hanya dari satu ayat ini saja, seakan mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Mulai kebutuhan spritual sampai materialnya. Termasuk jangan sampai kita melakukan kerusakan di muka bumi (perang, teror dsb) jika diterjemahkan lebih luas.

Begitu lengkapnya ajaran (tuntunan) Agama dalam kehidupan kita. Dan yang pasti, semua Agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Saya mengambil contoh dari perspektif Islam karena saya seorang Muslim. Kita diberikan motivasi (semangat) untuk mengejar materi, disisi lain diajarkan untuk tidak materialistis. Selain itu juga diajarkan untuk peduli dan kasih pada sesama.

Namun ada juga golongan manusia yang menganggap Agama adalah penghalang bagi rencana besar mereka. Rencana penguasaan materi (Sumber Daya) yang tanpa batas. Konsep kebahagiaan hanya bisa diwujudkan dengan kesejahteraan materi. Meskipun itu harus ditempuh melalui jalan perang. Bahkan peperangan (konflik) pada akhirnya juga dianggap sebagai jalan kesejahteraan karena mampu menghasilkan komoditas peralatan perang. Hal ini sekaligus sebagai cara untuk menyingkirkan para penghalang (Agama). Maka dari itu konflik harus dipelihara. Salah satu tujuannya yaitu untuk Membunuh Agama.

Mereka juga menciptakan berbagai ideologi yang (sebenarnya) juga mereka sadari takkan pernah mampu menandingi Kitab Suci. Tujuannya hanya untuk dipertentangkan satu (ideologi) dengan yang lain agar menjadi konflik abadi. Kapitalis seolah takkan pernah berkompromi dengan Sosialis. Padahal Agama mengajarkan manusia untuk menjadi "Kapitalis" sekaligus "Sosialis" dalam takaran yang terukur. Para intelektual juga didesain sibuk pada diskursus pertentangan. Semakin tinggi derajat akademisnya, kadang justru digiring dan disibukkan pada cabang bahkan ranting ilmu yang semakin spesifik. Sebaliknya di dalam Agama, semakin tinggi pemahamannya, maka individu akan mengarah pada sebuah pengetahuan dan pemahaman yang Universal. Sebuah Hakekat yang menuju puncak kesadaran bahwa Agama hanya sebagai jalan dan sarana.

Akhirnya, satu-satunya jalan untuk Membunuh Agama adalah melalui Agama itu sendiri. Ajaran Agama yang Universal menjadi dikerdilkan. Ia hanya akan berkutat pada simbol-simbol. Dalil "Duniawi" diadu dengan "Dunia hanya senda gurau dan sementara". Keindahan dan keberagaman dibunuh dengan keseragaman. Bahkan pakaianpun harus sama tanpa warna. Pemahaman dalil kontekstual dibunuh oleh kebenaran tekstual. Akhirnya terwujudlah "monster" yang bernama Radikalisme Agama.

Begitu juga sebaliknya, logika diTuhankan hingga akhirnya yang Ada menjadi Tiada. Mereka beranggapan bahwa Agama hanyalah dogma sekaligus lelucon belaka. Takbir dilecehkan menjadi Take Beer. Jihad menjadi Jahat. Syahid menjadi Sangit, dan masih banyak contoh lainnya. Disinilah juga tercipta "monster" lain bernama Radikalisme Sekuler yang siap diadu dengan Radikalisme Agama. At least, keduanya sama-sama bighot dan bisa dimanfaatkan untuk memelihara konflik!

Jadi, jika pasca rentetan kejadian teror yang mengatasnamakan Agama membuat kita menjadi membenci Agama, berarti kita masuk dalam perangkap Radikalisme Sekuler. Begitu juga sebaliknya, jika muncul keinginan untuk membalas pada kelompok (Agama) lain, bukan kepada pelakunya, bisa jadi kita terperangkap dalam skenario Radikalisme Agama. Satu-satunya cara adalah mengutuk, mencegah bahkan melawan terorisme itu sendiri. Tak peduli atas nama apapun saat ia muncul.

Dan jangan lupa yang terpenting adalah mengembalikan Agama kepada marwahnya. Menuju pada puncaknya. Yaitu Rahman dan Rahim, Kasih dan Sayang. Melalui tuntunan Agama yang universal dan bukan yang sempit. Dengan begitu, pendulum Kekerasan dan Terorisme dalam benang Radikalisme Agama dan Radikalisme Sekuler akan mampu kita putus!


Semoga