'Mubahalah', Sumpah Laknat Kepada Siapa? - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

20 Mei 2019

'Mubahalah', Sumpah Laknat Kepada Siapa?

Ilustrasi foto (Sugi Nur/MalangTimes)
 Penulis: Kurdi Fadal

Atorcator.Com - Seorang pemuda Salafi pernah mengisahkan pengalamannya saat ia berdakwah di Srilangka. Di sana dia menjumpai banyak kawan dalam berdakwah. Di antara mereka ada da’i dengan semangat yang menggelora, piawai dengan tutur bahasanya, dan mampu menyihir masyarakat audiennya saat ia tampil berbicara.

Namun, sang da’i seringkali mengeluarkan fatwa yang ‘tidak biasa’ dan menyimpang dari pemahaman Ahlus Sunnah. Saat ada orang berusaha meluruskan, dia langsung menanggapinya dengan nada emosional dan sinis, seolah dirinya paling benar, bahkan mengajaknya bersumpah ‘mubahalah’.

Kondisi di Srilangka rupanya merembet ke Indonesia. Ada sebagian tokoh da’i yang selalu merasa paling benar, menilai yang lain menyimpang. Bahkan lebih parah, ia tidak sungkan mencela dan mengumpat atas nama agama di beberapa show ceramahnya. Dan sumpah ‘Mubahalah’ menjadi andalannya.

Apa itu ‘Mubahalah’?

Mubahalah berarti sumpah untuk saling melaknat ( mula’anah ) dan mendoakan agar dijauhkan dari rahmat Allah. Sumpah ini dilakukan untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah atau berdusta.

Dalam Alquran ‘mubahalah’ disebutkan dalam QS. Ali ‘Imran: 61

“Katakanlah kepada mereka, Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”

Ayat ini turun sebagai respon terhadap perdebatan yang terjadi antara Nabi dengan umat Nasrani tentang status nabi Isa. Bagi mereka, nabi Isa adalah ‘Anak Tuhan’, namun wahyu Alquran membantahnya. Mereka bersikukuh dan Nabi juga mempertahankan kebenaran wahyu.

Kemudian Nabi diperintahkan untuk mengajak mereka bersumpah ‘mubahalah’ dengan membawa keluarga masing-masing. Saat waktu yang ditentukan tiba, Nabi datang bersama keluarga intinya: Fatimah, Hasan, Husein, dan Ali bin Abi Thalib.

Sebelum melaksanakan kesepakatan, Nabi mengingatkan kembali kaum Nasrani tentang efek buruk dari sumpah ‘mubahalah’. Hingga akhirnya mereka menggagalkan sumpah laknat tersebut. Kemudian Nabi mengajak mereka masuk Islam namun ajakan itu mereka tolak. Mereka lebih memilih berdamai dan bersedia membayar upeti.

Mengapa mereka suka bermubahalah? Apakah mereka hendak mengikuti sunnah Nabi?

Padahal sangat jelas, ‘Mubahalah’ tidak pernah benar-benar terjadi pada masa risalah. Nabi memang pernah merencanakannya karena perintah Allah, namun itu tidak pernah menjadi sunnahnya.

Mengapa mereka bermubahalah dan melaknat saudara sendiri sesama Muslim?

‘Mubahalah’ yang pernah direncanakan Nabi hanya terjadi dengan orang Nasrani, kaum yang tidak mau menerima kebenaran wahyu Ilahi. Nabi tidak pernah mau melakukan kepada sesama Muslim.

Apa yang ingin mereka buktikan dengan sumpah ‘mubahalah’?

Nabi hendak bermubahalah dengan kaun Nasrani, umat beragama yang mengira nabi Isa sebagai ‘tuhan, atau Anak Tuhan. Itu tentang teologi, ketauhidan, dan bukan  yang lain. Kebenaran wahyu tidak bisa mereka sembunyikan karena terbukti mereka melakukan kedustaan.

Mengapa mereka melaknat dan bermubahalah sendiri?

‘Mubahalah’ hanya dilakukan antara dua belah pihak yang saling meyakini kebenaran masing-masing dan sama-sama mendustakan kepada yang lain, bukan melakukannya sendirian, tidak melaknat sendiri lalu diviralkan melalui media.

Apa yang mereka inginkan?

Mungkin mereka sedang mengira orang-orang yang dilaknat itu sudah sudah keluar dari Islam, atau mereka anggap orang yang tidak sepaham telah menginkari kebenaran Tuhan. Mereka menilai hanya pilihan mereka yang sesuai dengan ajaran Islam. Mungkin juga mereka menuduh orang yang tak sependapat adaalah bagian dari orang munafik.

Jika benar demikian, banyak sekali umat Islam yang mereka laknat. Tak terhitung jumlah orang yang mereka anggap sebagai pengingkar Tuhan. Jutaan orang Islam yang mereka nilai telah keluar dari ajaran Islam.

Semoga tidak demikian...!

“Aku tidak diutus sebagai pelaknat, tapi hanya untuk membawa rahmat ” demikian sabda Nabi.

Kita cermati dawuh seorang Syeikh Arab Saudi; Abdul Wahhab bin Nashir al-Thariri

Hindari mubahalah
Sebab itu tak terjadi di masa Rasulullah
Kaum Muslimin disatukan dengan ‘Islam’, agama yang mencintai kebaikan dan kedamaian.
Hindari tuduhan dusta kepada sesama kaum beriman, apalagi melaknat atas nama Tuhan.
Hendaknya saling menguatkan sisi persamaan, dengan hati tenang mengurai perbedaan.

======
Quote of the Day:

“Kau laknat sesama Muslim, tapi kau kasihi yang lain.”


  • Kurdi Fadal Dosen IAIN Pekalongan dan Alumni Ma'had Aly Situbondo