Nuzulul Qur’an dalam Pemikiran KH. MA. Sahal Mahfudh - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

22 Mei 2019

Nuzulul Qur’an dalam Pemikiran KH. MA. Sahal Mahfudh

Ilustrasi foto (KH MA. sahal Mafudh/Nu-Online)
Penulis: KH. Dr. Jamal Ma'mur Asmani

Atorcator.Com - Menurut Kiai Sahal, proses penurunan al-Qur’an yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw lewat Malaikat Jibril Alaihis Salam melalui tiga tahap:

Tahap yang pertama, al-Qur’an diturunkan Allah secara keseluruhan ke lauhul mahfudh. Tidak hanya al-Qur’an, al-kutub al-samawiyyah dan semua yang akan terjadi diturunkan Allah ke Lauhul Mahfudh. Hal ini tersurat dalam ayat al-Qur’an,

بَلْ هُوَ قُرْاءَنٌ مَجِيْدٌ فِيْ لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ  .

Kapan Allah menurunkan Al-Qur’an di lauh al-mahfudh ? tidak ada yang tahu. Allah tidak memberitahu siapapun mengenai kapan diturunkannya al-Qur’an di lauhil mahfudh. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan hal ini bahwa tidak tahu kapan al-Qur’an diturunkan di lauhil mahfudh.

Tahap kedua, al-Qur’an di turunkan di satu tempat, namanya baitul izzah. Baitul izzah itu tempat di sama’ al-dunya (langit dunia). Langit yang bisa dilihat dari bawah ini namanya sama’ al-dunya. Ini juga jumlatan wahidah (secara keseluruhan), tidak dicicil sedikit demi sedikit, tapi utuh. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas dalam tafsirnya.

Pada tahap kedua ini jelas kapan Allah menurunkannya. Dalam al-Qur’an Allah berfirman inna anzalnahu fi lailatil qodr, dalam ayat lain, inna anzalnahu fi lailatin mubarakah, dalam ayat lain, syahru Ramadhana al-ladzi unzila fihi al-qur’anu hudan li al-nashi wa bayyinatin min al-huda wa al-furqon. Ini jelas bahwa al-qur’an turun pada lailatul qadr di bulan Ramadhan.

Waktu lailatul qadar tidak jelas. Ada ulama yang mengatakan, bahwa lailatul qadr jatuh hari ganjil pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, mulai tanggal 21 sampai selesai. Ada ulama lain yang mengatakan, kalau Ramadhan dimulai hari tertentu, lailatul qadr jatuh hari tertentu. Namun kebanyakan ulama mengatakan, lailatul qadr tidak bisa ditentukan. Cuman kemungkinan besar pada hari ganjil sepuluh terakhir. Tapi, lailatul qadar bisa diturunkan pada awal Ramadhan.

Dalam hal ini, yang tahu hanya Allah Swt. Bahkan para ulama mengatakan, lailatul qadr itu setiap tahun bisa berubah. Setiap malam dari bulan Ramadhan bisa terjadi lailatul qadr. Tanggal berapa tidak ada yang tahu. Yang jelas lailatul qadr itu malam diturunkannya al-Qur’an dari لَوْحُ اْلَمْحفُوْظِ ke بَيْتُ اْلِعزَّةِ min sama’id dunya. Bagaimana cara menyiasatinya, mudah sekali. Yang penting jangan sampai pada malam bulan Ramadhan ada yang lobong, semua harus penuh diisi dengan amal shalih. Pasti ada satu diantara malam Ramadhan tersebut tepat jatuh lailatul qadr. Tapi, kalau ada yang lobong satu saja, mungkin pas lobong itu lailatul qadr.

Ada 5 hal, dimana Allah sengaja merahasiakan. Diantaranya, lailatul qadr dirahasiakan selama bulan Ramadhan. Tiap malam harus dipakai untuk mendapatkan lailatul qadr. Sama dengan al-ismu al-muaddham dari sekian asma Allah, ma da’a bihi ahadun illa wa qad ustujiba, siapa yang berdoa memakai asma tersebut pasti dikabulkan Allah Swt. apa itu ? Arrahman, Arrahim, tidak jelas. Pokoknya dari semua asma Allah, ada satu yang disebut al-ismul muaddhhom, dipakai do’a mustajab, dalam bahasa Jawa namanya cespleng.

Cara menyisatinya gampang. Kalau do’a pakai aja semua asmaul husna. Menyiasatinya mudah, melaksanakan sulit. Sama dengan waliyyullah, Allah merahasiakan diantara manusia-manusia. Kalau ingin ketemu wali, baik-baiklah kepada semua orang, tapi jangan semua orang dianggap wali. Apalagi sekarang banyak mutawalli, menganggap dirinya wali. Maksudnya, supaya hati-hati, jangan sampai suudzdzhan, terutama saat-saat wuquf di Arafah. Semua wali berkumpul disana. Jumlahnya wali ratusan, dan macam-macam, ada wali ruqoba’, wali nujaba’ dan wali qutub. Wali qutub di dunia hanya satu. Begitu meninggal diganti.

Pernah ada satu cerita, Kiai Mahfudh al-Tarmasi dengan gurunya Sayyid Abu Bakar Syaa yang ngarang I’anatut Tholibin. Kiai Mahfudh memberanikan diri tanya sama gurunya, sekarang ini Wali Qutub ini siapa ? berkali-kali tanya tidak ditanggapi, tapi Kiai Mahfudh terus bertanya, karena ingin ketemu wali qutub. Akhirnya, Gurunya, Sayyid Abu Bakar Syatho, memberitahu : Kalau kamu ingin tahu, wali qutub sekarang ini, maka datangi orang yang berada di dekat masjidil haram, tukang tambal sandal. Kiai Mahfudh langsung lari ke pintu masjidil haram, mencari orang yang ditunjukkan gurunya tadi, ternyata tidak ada. Kemudian, Kiai Mahfudh menelusuri keberadaannya, akhirnya ada yang bilang, sudah dua hari kemarin meninggal dunia. Memang dirahasiakan Allah.

Tahap ketiga, al-Qur’an diturunkan dari baitil izza lewat Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Swt tidak secara langsung, tapi sedikit-sedikit, diangsur sesuai dengan kebutuhan. Jadi memakai pendekatan kebutuhan, pada saat ada kasus, ada peristiwa, ada pertentangan, dan saat ada sesuatu. Saat itulah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad lewat Malaikat Jibril dari baitil izza.

Ayat yang pertama kali diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad lewat Malaikat Jibril adalah ِاقْرَاءْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ sampai عَلَّمَ مَالَمْ يَعْلَمْ. Dan ini diturunkan pada saat Rasulillah berusia 41 sesuai dengan kebutuhan. Menurut pandangan orang sekarang, pendekatan semacam ini namanya pendekatan kebutuhan atau need approach. Pendekatan ini sekarang ramai dibicarakan orang. Alqur’an lebih dulu ada. Dimulai pada usia 41 tahun sampai usia 63 tahun hijrah pada saat Rasulillah haji wada’, haji terakhir. Ayat yang turun adalah

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلِاسْلَامَ دِيْنًا.

Ayat ini diturunkan pada tanggal 9 Dzulhijjah pada saat wuquf di Arafah, pada saat Rasul melakukan haji terakhir. Alqur’an diturunkan pada waktu yang panjang, selama 23 tahun.

Ini perlu dijelaskan supaya tidak terjadi salah paham karena banyak orang yang meyakini Nuzulul Qur’an jatuh tanggal 17 Ramadhan dan lailatul qadr juga jatuh pada malam 17 Ramadhan.

Tanggung Jawab Santri

Santri sekarang harus gigih mempelajari aqidah yang benar, mempelajari ilmu pengetahuan Islam yang benar, supaya tidak terpengaruh oleh pikiran-pikiran yang menggunakan jalan lain. Dalam hal ini, sanad menjadi sangat penting. Membaca sanad menjadi kebiasaan ulama-ulama pendahulu kita. Mereka menggunakan rentetan guru yang tidak pernah putus. Misalnya Kiai Mahfudh Termas, di Indonesia gurunya adalah KH. Sholeh Darat Semarang, pindah ke Makkah mempunyai guru Abu Bakar Syatho, pengarang kitab I’anatut Tholibin dan seterusnya. Apalagi yang dibaca tafsir atau hadits, sangat penting sekali.

Bahkan ada ulama yang mengarang kitab khusus tentang sanad yang namanya Tsabat, yaitu

كِتَابٌ يُذْكَرُ فِيْهِ اَسَانِيْدُ الْكُتُبِ وَاَسَانِيْدُ الْفُنُوْنِ وَاَسَانِيْدُ اْلَحَدِيْثِ وَاَسَانِيْدُ اَحَادِيْثِ الْمُسَلْسَلِ.

Para santri pesantren salaf jangan sampai mundur, tapi harus tetap mempertahankan aqidah ahlis sunnah wal jama’ah yang selama sudah diyakini kebenarannya, dan bahkan harus diperkuat, agar jangan sampai mudah dirubah, mudah terpengaruh, mudah diganggu oleh pikiran-pikiran baru, pikiran-pikiran yang nyeleneh yang semua itu bersumber dari golongan mustasyriqin, yaitu golongan orientalis.

Dalam hal ini, kita harus hati-hati. Kalau tidak pesantren yang mempertahankan, lalu siapa lagi ? Sekarang ini yang diandalkan hanya pesantren. Oleh karena itu para santri harus menjadi orang paling terdepan mempertahankan aqidah ahlis sunnah wal jama’ah, jangan jenuh-jenuh mempelajari, meskipun akan tetap dicemooh dan dipoyoi disana-sini karena yang mencela itu sebenarnya tidak tahu.

Angaplah....

اِذَا تَكَلَّمَ سَفِيْهٌ فَلَاتُجِبْهُ وَخَيْرٌ مِنْ اِجَابَتِهِ السُّكُوْتُ 

(jika ada orang bodoh berkata, maka jangan dilayani, karena cara terbaik menjawabnya adalah diam). Yang penting kita berada di real yang benar. Ini semua dalam rangka mempertahankan kebenaran, sehingga tidak boleh malu.

Pemikiran KH. MA. Sahal Mahfudh ini sering disampaikan saat khataman ngaji kitab pada malam 17 Ramadan di Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Margoyoso Pati. Semoga berkah bagi santri dan bangsa, amiin.


Wonokerto, 17 Ramadan 1440 – 22 Mei 2019

  • Jamal Ma'mur Asmani Direktur Lembaga Studi Kitab Kuning (LESKA) Pati Jawa Tengah