Pengalaman Pesantren Ramadan di SMP Malang - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

27 Mei 2019

Pengalaman Pesantren Ramadan di SMP Malang

Ilustrasi foto (Suasana pesantren Ramadan)
Penulis: Vanzaka Musyafa

Atorcator.Com - Alhamadulillah pada bulan Ramadan kali ini, saya mendapatkan kesempatan untuk belajar bersama dalam melaksanakan tugas mengajar program pesantren Ramadan di sebuah lembaga SMP yang menerapkan sistem sekolah full Day school.

Hari pertama masuk adalah senin 20 Mei 2019. Saya dari Pesantren Mahasiswa Al-Hikam berjumlah 18 orang guru tugas untuk mengajar. Mulai berangkat sekitar pukul 07:00 wib.

Sesampainya di lokasi, saya dan teman-teman disambut dengan baik, penuh penghormatan layaknya tamu kehormatan, dan kami diminta untuk berkumpul di  sebuah ruang kelas. Setelah kami masuk, eh... Ternyata tidak hanya teman-teman Al-Hikam saja yang memiliki tugas yang sama dengan kami. Ada 3 orang perempuan alumni pondok Dalwa yang juga bertugas mengajar di program pesantren Ramadan.

Kemudian setelah itu, salah seorang guru di SMP tersebut memberi kami arahan dan informasi seputar murid-murid dan juga seputar Indikator pembelajaran. Serta memberi kami buku panduan materi yang akan diajarkan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08:00 wib. Bell berbunyi, ting tong... Dan suara pengumuman terdengar dari speker kelas-kelas. "kepada seluruh peserta pondok Ramadan agar segera memasuki kelasnya masing-masing." Ucapnya di pengumuman.

Kami mulai masuk kelas sesuai dengan pembagian yang sudah disepakati bersama. Di dalam kelas anak-anak kelas 7 menyambut saya dengan gembira. "Assalamualaikum” saya menyapa anak-anak dengan salam. "Waalaikum salam. Wr. Wb..." jawab mereka serentak penuh semangat dan kompak.

Seperti pada umumnya pertama kali masuk perkenalan terlebih dahulu, basa basi dan lain sebagainya. Karena ada pepatah, jika tak kenal maka tak sayang.

Setelah perkenalan yang diselingi dengan basa basi, saya mulai masuk pada materi. Diantara materi-materi yang akan diajarkan di Jam pertama:

1. Bimbingan Puasa Ramadan
2. Citra diri seorang Muslim
3. Shalat tarawih dan witir

Jam kedua:

4. Hati tenang dengan baca Al-Qur'an
5. Zakat bersihkan Jiwa dan Harta

Yang menarik dan patut dijadikan pelajaran bagi kita semua adalah ketika masuk pada materi ke 4 (empat). Menariknya, bacaan Al-Qura’an mereka bervariasi. Maksudnya, ada yang lancar, ada yang tidak, bertajwid dan jari telunjuk tepat pada harokat. Ada juga yang lancar tetapi jari telunjuk tidak tepat pada harokat, dan lain sebagainya.

Rasanya konyol jika melihat pada tipikal2 orang yang kedua ini hehe... Lancar tapi ndak tepat pada bacaan yang dibaca. Bahkan ketika mau baca salah satu surat yang dia pilih (an-Nas), mirisnya dan saya tak habis pikir, bacanya sudah selesai di surah an-Nas kemudian ia lanjut ke surah al-Falaq tapi telunjuk masih pada surat an-Nas.


Setelah saya tanya satu persatu, menurut data argumentasi saya dengan jumlah siswa siswi 32, yang hadir 29. Sekitar 80% siswa-siswi mengaku tidak lagi mengaji (seperti TPQ dsb) setelah mengikuti sistem sekolah full Day school.

Pengakuan dari mereka bervariasi. Membaca Al-Qur’an dan ngaji Qur’an hanya belajar satu minggu sekali. Ada sebagian yang privat, ada yang masih ngaji habis maghrib. Tapi, itu hanya sebagian kecil dari mereka.

Sebagian besar di kelas yang saya ajar masih diluar jangkauan belajar mengaji agama yang mendalam. Terutama dalam hal membaca al-Qur'an.

Dengan pengalaman ini, saya melihat ini salah satu akibat kecil sistem sekolah full Day school yang membuat anak kurang begitu menggubris membaca Al-Qur’an. Seharusnya Pembekalan materi tentang agama harus juga diprioritaskan.

Bukan untuk menyacat, menggugat atau lain sebagainya. Saran saya, alangkah baik dan penting untuk menambah jam materi agama. Karena peran materi tentang agama itu luar biasa manfaatnya. Tidak hanya pada ranah kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.

Hal ini yang harus kita fikirkan dan kerjakan bersama. Namun, peran yang sangat berpengaruh disini adalah pihak sekolah. Karena seluruh kebijakan ada pada sekolah

Semoga pendidikan di Indonesia ini semakin berkualitas dan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, baik dan memiliki daya saing. Amin...

والله اعلم بالصواب

  • Vanzaka Musyafa Pengurus jam'iyah ngopi pegon Malang