Puasa, Haji dan Yaman - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

18 Mei 2019

Puasa, Haji dan Yaman

 
Ilustrasi foto (Anak-anak di Yaman yang kelaparan)
Penulis: Iyyas Subiakto

Atorcator.Com - Tahun ini adalah tahun tidak baik buat saya dalam menjalankan ibadah di bulan ramadhan. Saya kecewa kepada orang-orang yang harusnya menjaga amanah dan jujur dalam menjalankan operasional masjid dan lingkungan, bukan seenaknya memakai uang tanpa kejelasan. Ini fenomena setan yang sedang berjalan. Kondisi ini membuat saya enggan ke masjid, karena saya tak sanggup berbasbisbus kepada orang munafik.

Diluar itu semua, saya merenung membaca artikel seorang Yahudi yang lebih memilih memutar uang di bursa saham daripada membangun villa mewah, membeli mobil yang wah, serta menambah harem yang terus ditambah. Artinya, kalimat Rasullulah yang mengatakan sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.

Nah, ternyata kalimat itu diaktualisasikan oleh sang Yahudi, yang selalu kita caci maki. Kalau disini, orang Cinalah yang jadi sasarannya, tapi dari si Cina pula jutaan tenaga kerja dipekerjakan dan isi perutnya diisi oleh usaha yang dipikirkan oleh si Cina, kemana kita? Itu pertanyaannya.

Artikel yang lain adalah ribuan nyawa yang mati dan ribuan perut tanpa isi di Yaman, wilayah itu hanya berjarak seperti Surabaya- Jakarta dari Makkah, dimana baitullah yang setiap tahun dikunjungi jutaan manusia berhaji dengan sejuta doa.

Minta ampun, minta kaya, minta naik pangkat, minta jodoh, dan minta apa saja. Sudut-sudut tempat yang mustajabah penuh sesak, raudah menjadi tempat jujukan berdoa, saking panjangnya doa sampai lupa gantian tempat berdoanya di tgg orang lain. Ini yang saya katakan berdoa saja serakahnya nemen.

Katanya berhaji tak sah kalau jarak 40 rumah dari rumahmu masih ada orang lapar, dan orang yang butuh bantuan. Tidak ada gunanya puasa kalau masih ada tetanggamu yang lapar, puasamu 30 hari tidak bisa menggantikan satu perut saudaramu yang kelaparan. Bagaimana puasa kita, bagaimana haji kita, saat kita tawaf dibarengi ribuan anak Yaman meregang nyawa disebelah sana, sementara tiap tahun kita nyetor devisa ke Arab Saudi tak kurang dari 50 triliun untuk biaya haji dan umroh. Arab Saudi bisa mengeruk uang jamaah lebih dari 500 Triliun terrmasuk belanja dan penginapan, dan Arab Saudi termasuk yang mengebom Yaman. Uang menjual baitullah dibuat membunuh hamba Allah.

Ah, gak gampang melepaskan yang kita nikmati untuk bisa berbagi, padahal janji Allah semua jelas dalam perbuatan baik pasti ada kembalian yang lebih baik, hanya sulitnya krn tak kelihatan imbalan seketika. Kenapa beribadah ramai saat ramadhan, kenapa berhaji ramai kadang sampai dipaksakan, ya karena imbalan yang dijanjikan dari Tuhan, sampai kita lupa ada syarat imbalan, tidak bisa asal terkam bak harimau menyantab ayam.

Puasa yang diterima harus yang paripurna, haji yang mabrur harus yang jujur. Jangan buka dan makan sahur makanan memenuhi meja uangnya dari menerima imbalan jual jabatan, jangan berhaji berkali-kali ongkosnya dari uang ngakali dan korupsi. Awas setan paling suka masuk melalui jalur ibadah, jangan ibadahmu diindahkan oleh kehadiran setan.

Yaman, sebuah negeri berbatasan dengan Arab Saudi yang sangat kontras menerima perlakuan kemanusiaan. Jangan kata membantu, bahkan meliriknya saja penuh kejijikan yang mendalam, entah politik apa yang sedang dijalankan, sampai tetangganya selalu dikirimi bom sebagai makanan keseharian.

Jangan tanya tentang agama disana, bahkan mungkin anjing akan lebih mulia menjaga tuannya, namun Arab Saudi seolah tak ingin punya tetangga. Dia takut membagi kekayaannya kepada manusia dhuafa, even hanya sebutir kurma.

Tuhan punya himbauan, Tuhan pula yang punya catatan. Entah siapa yang menerima kemuliaan dialam yang mana Tuhan menyiapkan. Apakah di dunia atau di alam baqa, Tuhanlah yang punya kuasa. Kita hanya berbuat, catatkanlah perbuatan baikmu walau sebesar biji zarah, catatkanlah ibadahmu dalam ibadah yang sesungguhnya bukan gaya-gayaan, bahkan menyebut dirimu pembela Tuhan.

Yaman, puasa, haji, dan hilangnya rasa kemanusiaan, hilang sudah aroma rahmatan lil alamin, bahkan kelak bekasnya akan terlihat direruntuhan negeri itu, bahwa disana, rahmat Allah terabaikan hanya karena manusianya memupuk kebejatan yang berkelanjutan.


Bertakbirlah di Yaman, bertawaflah di Yaman, agar suara keagungan Tuhan bisa direfleksikan, bukan sekedar diucapkan.

Sumber: Facebook Iyyas Subiakto