Ani Yudhoyono, Jurang Politik, dan Jokowi Rampas Prabowo - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

02 Juni 2019

Ani Yudhoyono, Jurang Politik, dan Jokowi Rampas Prabowo

Ilustrasi foto (pintar politik)
Penulis: Ninoy N Karundeng

Atorcator.Com- Kepergian Ibu Ani Yudhoyono, Kristiani Herawati, melambangkan hilangnya Strongmen dalam politik. Almarhumah adalah contoh Klan Militer dalam konteks Strongmen. Dia begitu perkasa dalam Demokrat. Ketua DPP Demokrat Dede Yusuf menyebutnya sebagai Ibu Partai Demokrat.

“Ibu Ani Yudhoyono adalah Ibu Partai Demokrat,” jelas Dede dalam sambungan telepon (1/6/2019) mengomentari kepergian Ibu Ani.

Jokowi Fenomena Politik Dunia

Tak kurang New York Times yang memasukkan Jokowi sebagai fenomena politik internasional. Jokowi adalah sang Jelata, bukan seperti Prabowo sang Strongmen dalam kekuasaan politik. Padahal kecenderungan populis politik global mengarah pada politik identitas, populisme.

Jokowi merampas hak-hak privilege kekuasaan politik dari bagian Strongmen, Prabowo. Seperti apa Strongmen dan jurang pemisah politik (political gap) dalam khasanah politik di Indonesia?

Bentuk konkretnya adalah setiap gerakan rakyat, people power, dibiayai dan di belakangnya ada kapitalisme. Strongmen mewujud dalam tiga entitas: orang kaya duit (Cendana Club misalnya), dan klan politik (political clan, seperti Megawati, Gus Dur), dan militer (Soeharto, SBY). Maka Prabowo mewakili Strongmen. Jokowi mewakili common people, commoner (orang kebanyakan), sang Jelata.

Tipuan Strongmen

Orang kebanyakan dalam bahasa umum adalah people (orang-orang). Namun dalam dunia politik, hubungan antara penguasa dan yang dikuasai, kita mengenal istilah: citizen. Dalam Kamus Webster dijelaskan tentang makna kata citizen.

Makna citizen hanya mengacu pada pemahaman sebagai penghuni (kota/wilayah). Citizen mendapatkan hak perlindungan. Sementara politikus (baca: Kerajaan) mengelabuhi dengan kata Subject, yang dimaknai sebagai yang memiliki hak (privilege).

Tipuan politikus (Raja, DPR, Penguasa, Diktator, Presiden, Hakim, dsb.) itu bisa diperas menjadi dua entitas: (1) Rakyat dan (2) Strongmen yang terdiri dari (Penguasa / Politikus / Pemilik Modal / Pengusaha / Militer / Agama).

Strongmen = Status Quo

Rakyat tidak paham bahwa  Strongmen tidak akan pernah mau berubah posisi. Kekuasaan, status quo, kenyamanan memerintah, jadi penguasa menjadi barang haram beralih. Mereka berusaha mati-matian kekuasaan di tangan mereka.

Di mata Strongmen, jangan sampai kekuasaan berubah dan beralih ke Rakyat, Commoner, Orang Kebanyakan. Sang Jelata. Rakyat harus tetap menjadi rakyat. Tidak boleh orang biasa kebanyakan naik masuk ke kelompok elite penguasa. Haram.

Jurang pemisah politik (political gap) ini sengaja mereka bikin. Mereka pertahankan. Mereka pelihara. Agar terjadi alienasi atau pengasingan, tercipta jurang pemisah politik antara Rakyat dan Penguasa.

Kekuasaan politik di Indonesia pun dimulai dari elite berpendidikan Barat, Boedi Utomo, NU, Muhammadiyah. Bung Karno mewakili elite Priyayi dan intelektual Barat. Soeharto militer. Habibie bagian dari Soeharto. Gus Dur elite agama keturunan Wahid Hasyim. Mega keturunan trah Bung Karno. SBY tentara.

Maka dalam kontestasi politik di Indonesia, political gap menjadi warna kental pertarungan. Prabowo adalah duit. Prabowo adalah militer. Tentu bagian dari status quo. Bagian duit besar. Tak pelak Sandi dan kalangan pengusaha termasuk kapitalis mendukung Prabowo, dan Sandi. Militer pun – terutama yang lama seperti Soenarko yang kekayaannya bejibun tak habis lima keturunan.

Maka tak mengherankan jika orang seperti Kiki Syahnakri pun membela tersangka makar itu. Perihal Kivlan Zen, dia bukanlah lingkar kekuatan di Prabowo. Dia hanyalah outsider di sana. Paria politik istilahnya. Namun, jiwa korsa tetap menggelegak. Karena militer adalah bagian dari Strongmen.

Jokowi Sang Jelata

Nah, Jokowi tukang mebel. Tukang mebel adalah bagian dari Rakyat. Maka secara beramai-ramai Jokowi Sang Jelata dihajar habis. Hanya karena lingkar kesetiaan banyak orang (Rakyat) maka Jokowi naik ke puncak kekuasaan. Tentu dengan tangga dari uluran tangan Strongmen (Megawati). Dan kalangan orang terdekatnya. Sahabatnya. Pendukungnya. Tanpa dukungan mereka niscaya Sang Jelata tidak akan bisa naik ke puncak kekuasaan.

Serta-merta Jokowi merampas seluruh tatanan. Dia mengambil peran seluruh kekuasaan. Presiden Republik Indonesia. Posisi yang hanya bisa diraih oleh Strongmen. Dia Panglima Tertinggi TNI. Boss dari BIN,Bais, Polri dan Kekuasaan. Luar biasa.
Seluruh kejayaan dan kemuliaan sebagai 

Penguasa, tiba-tiba dipegang oleh Alien, oleh Rakyat, oleh Sang Jelata Jokowi. Tentu para cukong dan Strongmen kaget bukan kepalang.
Jokowi Harus Tumbang

Maka Jokowi harus dijungkalkan. Upaya menjungkalkan Jokowi lewat Kasus Ahok 2016-2017 gagal. Meski persiapan sempurna. Demo berjilid dengan penunggang (dan menunggangi Prabowo dan Strongmen) seperti HTI dan Khilafah dan Islam Radikal (baca: lebih tepatnya pion dari Strongmen) gagal total menjungkalkan Jokowi.
Prabowo adalah duit. Prabowo adalah militer. 

Maka para bohir seperti Cendana Klub pun akan mendukung upaya pendongkelan terhadap Jokowi. Kepentingan ekonomi yang dibabat oleh Jokowi membuat mereka para koruptor menderita.

Termasuk salah satunya, tak heran ASN dan karyawan BUMN yang kesulitan korup menjadi penolak utama terhadap Jokowi. Edan. Darah yang sudah teraliri dosa makanan haram memang akan membawa mereka ke neraka jahanam.

Upaya pembersihan dosa oleh Jokowi dengan taubatan nasuha gagal mendorong mereka untuk tobat. Mereka tetap lebih suka korup dan malas-malasan. Itulah kekuatan pengaruh asupan makanan haram ke dalam darah manusia.
Rakyat Menari

Maka, dalam konteks politik saat ini, publik harus paham. Jokowi hendak dijatuhkan dengan cara apa pun disebabkan oleh Jokowi Sang Jelata. Dia membongkar dan merampas Prabowo sampai lunas, tuntas, habis tanpa sisa.

Sekali lagi, kehormatan tertinggi, yang dianggap hanya milik kaum Strongmen, diambil oleh Jokowi. Itulah sebabnya mereka marah bukan kepalang. Karena mereka dirugikan.

Rakyat pun menari-nari merasa terwakili, Jokowi adalah wakil rakyat. Tarian berlangsung di tengah kesedihan, kemarahan, kekecewaan pendukung Prabowo. Karena junjungan, pion dan buruh politik Strongmen bernama Prabowo, kini benar menjadi paria politik, sampah politik nasional.


  • Ninoy N Karundeng presiden budayawan Indonesia