Penulis: Ust. Ahmad Z. el-Hamdi
_____
Editor: Nailatul Izzah
Publisher: Azam Ibrohimy
Senin 17 Juni 2019 20:28
![]() |
Ilustrasi foto/picder |
Atorcator.Com -
Anda benar, jika berpikir bahwa Gus Dur tidak pernah menyuarakan
jargon islam kaffah. Memang, Gus Dur selama ini dikenal sebagai suara
terlantang dari “Islam ramah” yang dihadapkan dengan “Islam marah”. Sekalipun
gak ada salahnya membayangkan Gus Dur memaknai Islam kaffah.
Satu hal yang
harus dicatat di awal, Gus Dur tidak pernah menempuh cara-cara kekerasan dalam
memperjuangkan gagasannya. Pesan yang konstan disuarakannya adalah perdamaian.
Marilah mengawali perbincangan ini dengan salah satu kutipan dari Gus Dur
tentang dialog antaragama dan kerja sama dengan kelompok agama lain.
“Perbedaan
keyakinan tidak membatasi atau melarang kerja sama antara Islam dan agama-agama
lain, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan umat manusia.
Penerimaan Islam akan kerja sama itu tentunya akan dapat diwujudkan dalam
praktek kehidupan, apabila ada dialog antar agama…. Kerja sama tidak akan
terlaksana tanpa dialog, oleh karena itu dialog antar agama juga menjadi
kewajiban.” (Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda dan Islam Kita, 2006:
133-134).
Kutipan di atas
menyatakan dengan jelas bahwa dalam tahap tertentu, dialog agama adalah sebuah
kewajiban sosial yang harus dijalani oleh para pemeluk agama. Jika dialog
adalah prasyarat bagi terciptanya toleransi, kerjasama dan perdamaian, maka
dialog antaragama adalah keniscayaan yang harus dilalui.
Toleransi tidak
hanya membiarkan orang lain dengan sikap apatis. Toleransi adalah sikap empati
terhadap keyakinan orang lain yang dibangun di atas pemahaman yang mendalam
akan perbedaan dan kesamaan. Sikap ini menjadi landasan bagi persaudaraan dan
kerja-kerja kemanusiaan yang bersifat universal.
“Baik agama
Hindu, Katolik maupun Islam, memandang…orang suci…memiliki beberapa sifat yang
membedakan dari orang lain…ciri-ciri istimewa yang diberikan Tuhan…ataupun
pengorbanan mereka pada kepentingan manusia. Persamaan pandangan inilah yang
membuat kami…saling menghormati dengan sepenuh hati…. Saya tidak pernah
memikirkan perbedaan…melainkan justru persamaan…yang selalu kami jadikan sebagai
titik pandang untuk melakukan pengabdian kemanusiaan.” (Abdurrahman Wahid, Gus
Dur Menjawab Perubahan Zaman, 83-84) Jadi, inti
toleransi bagi Gus Dur adalah kesadaran bahwa setiap manusia memiliki keyakinan
berbeda.
Perbedaan ini sama sekali tidak menghalangi penghormatan dan
persaudaraan karena ada nilai-nilai universal yang menyatukan antarsesama
manusia. Bahkan nilai substansisal setiap agama pun dipersatukan dalam semangat
pengabdian kepada Tuhan dan pengorbanan untuk manusia. Inilah yang membuat persaudaraan,
penghormatan, dan kerjasama antaragama agama yang penuh kekerasan, kebencian,
dan intoleran.
Dari sini
marilah kita kembali ke Islam kaffah. Islam bagi Gus Dur adalah perdamaian
sebagaimana makna kata al-islâm yang berarti perdamaian. Karena itu, Islam
kaffah bagi Gus Dur berarti perdamaian total. Prinsip nirkekerasan adalah
fondasi dalam membangun hubungan dengan orang atau kelompok lain. Dari sinilah
lahir berbagai tindakan yang mendamaikan, misalnya, dialog antaragama,
rekonsiliasi, dan toleransi.
Wallahu a’lam
Tulisan ini
sebelumnya pernah dipublikasikan di islami.co
- Ust. Ahmad Z. el-Hamdi Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya