Ketika Posisi Rois Am Sulit Diterima Oleh Masyayikh NU - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

03 Juni 2019

Ketika Posisi Rois Am Sulit Diterima Oleh Masyayikh NU

(Atorcator)
Penulis: Nyai Shuniyya Ruhama

Atorcator.Com - Dalam tubuh Nahdlatul ‘Ulama, kepemimpinan tertinggi diduduki oleh seorang Rois Am. Namun, jangan disangka jabatan ini sebagai jabatan prestisius yang akan diperebutkan oleh orang yang mendudukinya. Fakta sejarah telah berbicara, posisi Rois Am diterima tidak dengan riang gembira, melainkan dengan kesedihan dan deraian air mata.

Tercatat, Syaikhona Mbah Bisyri Syansuri RA, selaku Rois Am wafat pada tahun 1980 padahal amanah yang beliau emban belumlah selesai masanya. Maka digelarlah Munas Alim-Ulama 1981 di Kaliurang, Jogja. Dan hasilnya: tidak ada seorang Kyai-pun berani menggantikan beliau sebagai Rais Am.
Adalah Kyai As’ad Syamsul Arifin Situbondo yang pertama dipandang paling layak untuk menduduki posisi Rois Am selanjutnya. Namun, beliau menolak sejadi-jadinya. Bahkan beliau sangat tegas menyatakan penolakannya. Kalimat terkenal yang beliau ucapkan ’’Walaupun Malaikat Jibril turun sendiri dan menyuruh saya jadi Rais Am, saya tidak akan mau!’’

Maka, para Kyai saat itu segera mengalihkan perhatiannya kepada sosok tokoh mumpuni yang luar biasa yaitu, Kyai Mahrus Ali Lirboyo Kediri. Bukan persetujuan yang didapat melainkan penolakan yang lebih keras lagi dari beliau. ’’Jangankan Malaikat Jibril, Malaikat Izrail sekalipun yang turun menodong saya jadi Rais Am, saya tidak akan mau!’’

Kebingungan melanda para Kyai, hingga akhirnya diputuskan secara aklamasi untuk mengangkat Kyai Ali Ma’shum Krapyak Jogja yang waktu itu tidak hadir dalam pertemuan ini sehingga tidak bisa menolak.

Lalu para Kyai mengutus Gus Mus Rembang (KH Musthofa Bisri) ke Krapyak untuk menyampaikan kesepakatan itu dan membujuk gurunya agar bersedia menerima. Penolakan juga dilakukan oleh Kyai Ali Ma’shum. Bahkan beliau tidak mau keluar kamar dan menangis seharian. Dengan sabar, Gus Mus membujuk hingga akhirnya, Syaikhona Mbah Kyai Ali Ma’shum dengan deraian air mata menyatakan kesanggupannya. “ Rois Am bukanlah jabatan yang saya kehendaki. Namun, jika saya lari dari tanggungjawab ini, saya khawatir jika mendapat dosa besar”.

Kisah amazing ini, kini terulang dengan situasi yang berbeda. Saat Syaikhona Mbah Maimun Zubair menolak amanah sebagai Rois Am atas putusan Ahlul Halli Wal Aqdi, beliau meminta agar Syaikhona Mbah Mustofa Bisri untuk menjadi Rois Am. Dan ternyata, beliau dengan sangat santun menolak amanah ini. Teladan yang luar biasa... sungguh luar biasa...

I love you Mbah Kyai...


  • Nyai Shuniyya Ruhama Pengajar PPTQ Al-Istiqomah Kendal dan Murid Mbah Wali Gus Dur