Kenapa Saya Suka Gus Baha? - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

18 Juli 2019

Kenapa Saya Suka Gus Baha?

Penulis: Ibnu Malkan Malik Mu'thi
Kamis 18 Juli 2019
Gus Baha
Atorcator.Com - Saya orang awam. Orang seperti saya merasa ditemani dan dibela oleh orang alim seperti beliau. Dari dulu saya merasa ‘dekat’ dgn tipikal orang alim seperti Gus Baha, Gus Dur, Prof Quraish Shihab, Gus Mus, dll.

Gus Baha sering mengingatkan beberapa hal yg sepintas tampak sepele. Sewaktu Beliau hendak mengajar mengaji di jogja, karena bertepatan dengan hari libur, jogja macet. Banyak orang nggerundel.

Beliau mengingatkan, “Kamu itu mbok cara berpikirnya yang baik. Coba bayangkan anak-anak dari berbagai daerah piknik ke jogja. Dari Sragen, Blora, Malang, Situbondo, dll. Mereka itu ada yang anak buruh tani, mungkin juga anak para TKI, lama tidak bertemu orang tua, lalu mereka piknik ke Yogya. Mereka bisa tertawa. Hati mereka senang. Bersyukurlah. Bergembiralah karena orang lain bergembira. Bukan malah nggerundel karena Yogya macet. Jangan buruk gitu caramu berpikir…”

Tentu saja,saya juga sering mengeluh karena jogja macet parah saat liburan, merasa tertohok. Tapi menyadari bahwa apa yg dikatakan Gus Baha itu benar.

Termasuk dalam hal mendidik anak. Bagaimanapun, sebagai orang tua, saya tentu punya keinginan sekali punya yang anak saleh, pintar, mulia, sejahtera, dlsb. Lagi-lagi Gus Baha mengingatkan, hal yg sering dilupakan orang tua adalah anak mereka dituntut menjadi baik tapi orang tuanya lupa untuk selalu belajar menjadi lebih baik.

Anaknya disuruh ngaji, dipondokkan, disekolahkan, tp orang tuanya malas belajar, malas memperbaiki diri sendiri, malas berubah menjadi baik. “Itu rumus dari mana? Kelakukan orang tuanya gak karuwan gitu kok kepengen anaknya menjadi baik. Jadi orang tua itu mbok ya mikir. Cara utama supaya anaknya baik, orang tuanya dulu yg harus berusaha berubah menjadi orang baik.”

Anaknya diminta menjadi anak hebat dan mulia. Tapi kelakuan orang tuanya setiap hari menghina dan memfitnah orang, menghina Jokowi, memfitnah Prabowo, mengejek Sandiaga Uno, menjelek-jelekkan Ky Ma’ruf Amin, mengolok-olok orang karena golput, semua keburukan itu hanya dilakukan cuma soal pilpres. Lha gitu kok pengen anaknya tumbuh menjadi orang baik. Sementara yg diwariskan selalu saja keburukan.