Penulis: Nurul
Huda
Jumat 12 Juli
2019 01:00
Atorcator.Com -
Suatu kali Abu Nawas bersama temannya mengikuti sebuah pesta di
pinggir kota. Sebuah kebetulan bahwa temannya itu adalah seorang keturunan
Yahudi. Pesta tersebut berlangsung meriah. Ada tarian hingga pentas musik.
Tentu saja Abu Nawas larut dalam acara itu. Tak salah kelelhan kemudian menerpa
Abu Nawas dan temannya itu.
Ketika tamu
tekah kehausan, tuan rumah kemudian menghadirkan kopi. Masing-masing kemudian
mendapatkan secangkir kopi. Ketika akan minum Abu Nawas terkejut dan kaget.
Tiba-tiba ia ditampar oleh si Yahudi temannya. Namun suasana gembira menjadikan
Abu Nawas tidak menghiraukan hal tersebut. Haus pun dirasakan Abu Nawas. Ia
kemudian akan meminum kopi yang dihidangkan tadi. Kejadian serupa datang. Abu
Nawas kembali ditampar. Tentu saja ia kelabakan. Dan ternyata tamparan tersebut
berlangsung berkali-kali sampai akhirnya Abu Nawas puluang diniharinya,
Saat pulang abu
Nawas berfikir. “Jahat benar kelakuan si Yahudi itu, main tampar seenaknya
saja. Minumnya seperti binatang. Kelakuan seperti jangan dibiarkan berlangsung
di Baghdad?” Abu Nawas kemudian memutar otak.
Keesokan
harinya Abu Nawas langsung ke istana. Tampaknya ia telah mempunyai solusi
bagaimana membalas kelakuan si Yahudi. Ia langsung menghadap Khalifah Harun
Al-Rasyid. “Tuanku, ternyata di negeri tuan ini ada suatu permainan yang belum
pernah hamba kenal, sangat aneh,” ujarnya memulai pembicaraan.
Mendengar
penuturan Abu Nawas, Khalifah Harun Al Rasyid balik bertanya “Di mana
tempatnya wahai Abu Nawas ? Tapi ingat kamu jangan mempermainkan aku.”
“Di tepi hutan
sana wahai Khalifah,” abu Nawas menjelaskan.
” Baiklah nanti
malam kita melihat ke sana,” balas Khalifah
“Boleh wahai
khalifah. Tapi ada syaratnya tuanku harus memakai baju biasa dan kita hanya
pergi berdua saja supaya menimbulkan rasa curiga,” tukas Abu Nawas dengan
bersemangat.
Tentu syarat
ini menimbulkan kecurigaan Khalifah Harusn Al Rasyid sambil berkata “ Wahai Abu
Nawas jangan mempermainkan aku. Nanti tahu balasannya.
“ Tidak
Baginda,” tukas Abu Nawas.
Mereka
berdua sepakat pergi setelah shalat Isya. Maka berangkatlah keduanya ke rumah
Yahudi itu. Dan benar , setelah sampai di sana mereka mendapati pesat yang
cukup meriah. Abu Nawas dan Khalifah Harun Al Rasyid dipersilakan duduk. Tak
ayal Khalifah Harun Al Rasyid di suruh menari. Tapi kemudian ditolaknya. Karena
hal itu pula Khalifah Harun Al Rasyid kemudian ditampar pipi kiri dan kanannya.
Kejadian ini
membuat Khalifah sadar bahwa dirinya dikerjai oleh Abu Nawas. Namun apa daya ia
hanya berdua tanpa para pengawal. Maka kemudian Khalifah memenuhi ajakan Yahudi
itu untuk menari. Tak lama badannya penuh dengan keringat. Rasa hauspun
memenuhi kerongkongannya. Setekah kehausan barulah kopi datang dan disuguhkan.
Melihat hal ini Abu Nawas tahu apa yang akan terjadi. Ia keluar dengan alasan
ingin kencing. Maka tinggalah Khalifah Harun Al Rasyid sendirian.
“Nah biar
baginda tahu sendiri apa yang dikerjakan oleh rakyatnya, karena salahnya
sendiri tidak pernah tahu apa yang sesunguhnya terjadi pada rakyatnya. Jangan
hanya percaya pada laporan para menteri,” gumam Abu Nawas.
Sementara itu
Khalifah yang diringgal sendiri merasakan hal yang sama dengan Abu Nawas.
Tatkala akan minum kopi, baginda di tampar oleh Yahudi itu. Begitu juga kerika
akan mengangkat lagi cangkir dengan piringnya, maka tamparan menimpanya lagi.
Namun Baginda hanya diam saja. Sesaat kemudian dilihatnya Yahudi itu minum
seperti binatang yaitu menghirup sambil ketawa-ketawa.
“Apa boleh buat
. Aku seorang diri, dan tak mungkin melawan Yahudi sebanyak itu,”ucapnya dalam
hati dengan sangat dongkol. Setelah larut malam Baginda kemudian pulang
ke Istana dengan berjalan kaki seorang diri. Ia berfikir Abu Nawas lolos juga
mengerjainya.
Keesokan
harinya Khalifah Harun Al-Rasyid memerintahkan seorang pelayan memanggil Abu
Nawas. Setelah datang, Khalifah Harun Al Rasyid langsung menghardik “Abu Nawas
apa yang kamu lakukan tadi malam sungguh mempermalukan aku. Apa alasanmu
sehingga engkau berbuat begitu,” kata Baginda.
“Ampun,
Baginda. Alasan saya adalah ingin memberikan laporan yang jujur bahwa ada
sesuatu yang tidak benar di masyarakat. Saya bingung mau melaporkannya
bagaimana karena malam sebelumnya hamba mendapatkan perlakuan yang sama.
Apabila hamba berkata jujur secara jujur, takut baginda tidak percaya. Biar
baginda sendiri yang melihat langsung perilaku rakyat yang seperti itu.”
Mendnegar
jawaban tersebut Baginda tidak dapat membantah. Setelah itu Khalifah langsung
memerintahkan menjemput si Yahudi dan menghukumnya.
Selengkapnya bisa dibaca di sini
- Nurul Huda Penulis dan Jurnalis . Tinggal di Jakarta