Teladan Budaya Mengantre di Kehidupan Pesantren - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

31 Juli 2019

Teladan Budaya Mengantre di Kehidupan Pesantren

Penulis: Moh. Syahri
Rabu 31 Juli 2019
Ilustrasi foto: Instagram PP Al-Hikmahsmg
Atorcator.Com - Saya ingin mengambil hikmah tentang teladan budaya mengantri yang terjadi di kehidupan pesantren. Berdasarkan pengalaman pribadi saya belajar di Pondok Pesantren Darul Istiqomah Batuan Sumenep Madura, dengan menggunakan sistem belajar langsung kepada kiai, mulai dari setoran hafalan, sorogan kitab kuning, dan setoran membaca Al-Qur’an, itu semua dilakukan dengan cara mengantre. Bahkan, untuk urusan sehari-hari seperti memasak, mandi, wudhu, dan makan semua dilakukan dengan mengantri. Rangkaian kegiatan itu semua menunjukkan bahwa mengantre sudah menjadi aktivitas yang sangat melekat dalam kehidupan santri.

Kehidupan di pesantren memang membentuk dan melatih santri agar sabar, tangguh dan mandiri. Di sisi lain, nilai-nilai tersebut juga mereka dapatkan dalam pengalaman panjang mengaji kitab kuning yang menjadi bahan diskusi setiap harinya.

Sikap sabar ini pernah disampaikan oleh Syaikh Zarnuji dalam kitab etika belajar yang begitu masyhur di pesantren (sekaligus membentuk pandangan pesantren tentang etika belajar) berjudul Ta’limul Muta’allim. Beliau mengingatkan kepada kita semua khususnya para santri bahwa,


واعلم بأن الصبر والثبات اصل كبير في جميع الأمور ولكنه عزيز

“Ketahuilah! Sungguh! Sabar dan tekun adalah modal besar segala hal. Akan tetapi jarang yang memilikinya”

Ini seperti dikatakan dalam syair Arab,


لكل إلى شأن العلى حركات # ولكن عزيز في الرجال ثبات

“Segala sesuatu tentu ditargetkan pada tingkat yang paling tinggi atau maksimal # Tetapi jarang orang yang mampu bertahan dalam mencapainya.”

Dikatakan dalam sebuah ungkapan yang dikutip dari guru saya, Ustadz M, Hizbulloh Al-Haq Al-Fulaini: “Keberanian adalah kesabaran sesaat.” Maksud dari ungkapan tersebut adalah, “”Keberanian sama sekali tidak diukur dari kekuatan badan, melainkan diukur dari kesabaran menanggung segala penderitaan yang menimpa.”

Tulisan ini sebelum dimuat di BincangSyariah.Com


  • Moh. Syahri Founder Atorcator | Pernah Nyatri di Pondok Pesantren Darul Istiqomah Batuan Sumenep Madura