Dari Pak Somad Tempat Ibadah Sebagai Tempat Caci Maki - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

22 Agustus 2019

Dari Pak Somad Tempat Ibadah Sebagai Tempat Caci Maki

Penulis: Budi Setiawan
Kamis 22 Agustus 2019

Atorcator.Com - Skenario buruk dari pernyataan pak Somad yang tidak mau minta maaf adalah besarnya kemungkinan rumah ibadah jadi tempat ajang caci maki agama lain.

Pembelaan pak Somad bahwa dia membicarakan akidah agamanya didepan jemaahnya di ruang privat, bisa dijadikan alasan yang sama bagi pemuka agama lain untuk berbuat serupa.

Demikian juga kilah pak Somad yang tidak bisa menahan jemaahnya untuk merekam gambar dan pernyataan dia kemudian di upload oleh jemaahnya di media sosial mereka.

Jadi masjid, gereja, pura atau vihara terbuka kemungkinan untuk dijadikan sarana penghujat agama lain persis seperti apa yang dilakukan pak Somad. Tidak hanya itu, perluasan ruang privat nantinya tidak hanya mencakup rumah ibadah. Tetapi juga majelis taklim, pertemuan dakwah Kristen, Hindu dan Buddha.

Para penceramah dobol dari agama manapun nantinya akan memberikan disclaimer yakni dia tidak bertanggung jawab jika pernyataannya di unggah ke media sosial. Jadi Mereka bebas ngomong apa saja termasuk yang menghinakan sekalipun seperti yang keluar dari mulut Somad di ruang-ruang privat yang melampaui wilayah rumah ibadah.

Toh Somad bebas hukum. Berarti kami juga. Begitu kira-kira alasan penceramah dobol yang menyebarkan kebencian terhadap agama lain.

Toh yang menggunggah tayangan kebencian itu yang bakal kena jerat hukum. Bukan yang menyampaikan. Jadi pernyataan menghinakan dengan bebas bakalan berkeliaran di ruang-ruang keagamaan tanpa bisa terbendung.

Perilaku demikian dikhawatirkan bak menyemai bara kebencian dalam sekam yang bisa meledak sewaktu-waktu hanya dengan sedikit gesekan.

Tentunya kita harapkan ledakan itu tidak bakal terjadi.

Karena kita percaya masih banyak ulama ,ustad dan pendeta yang mulutnya tidak bocor menghina agama lain.

Masih banyak orang yang suka menyimak tausiyah dan kotbah yang menyejukkan dan mempertebal spiritualitas serta berbagi dan mencintai sesama.

Singkatnya masih banyak orang waras dalam beragama.

Kita juga berharap dibalik sikapnya yang tidak mau minta maaf, pak Somad  setidaknya sadar diri hingga dalam dakwah dia tidak bakal mengulangi perbuatan yang sembrono itu.

Sengit serta pedasnya kecaman dari berbagai kalangan umat Islam tentang perilaku pak Somad juga bakal diingat   penceramah dobol lainnya agar tidak kesandung seperti dia.

Kita juga berharap kasus pak Somad bakal membuat para pemburu duit lewat click bait media sosial bakal berfikir dua kali untuk mengunggah konten ceramah dobol yang bisa membuat orang geger.

Penggugah cukilan video yang menghinakan yang bakalan dipenjara dan sengsara. Sementara penceramah dobol makin kaya dan bebas ngumbar congornya menebar kebencian mempermainkan agama. Tanpa tersentuh hukum.

Jadi kita bisa berharap cuplikan video seperti Somad tidak lagi sliweran di media sosial.

Diatas semua itu, kasus salib telah membuat semuanya terang benderang.

 Bahwa betapa pak Somad itu adalah penceramah yang kelasnya sangat jauh dibawah para kiyai Sepuh yang selalu dihormati jutaan orang.

Karena para beliau yang seluruhnya berwajah teduh dan memancarkan aura damai sangat menjaga perilaku, marwah dan tutur katanya.

Tidak seperti pak Somad.