Jalan Gila Menuju Tuhan - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

25 Agustus 2019

Jalan Gila Menuju Tuhan

Penulis: Nurbani Yusuf
Ahad 25 Agustus 2019


Di tempat 'suwung' itu Al Hallaj bertemu dengan Rabb-nya--

Al-Hallaj terus menyimpan rindu dan dendam--berhari-hari mabuk kasmaran. Sang Kekasih datang berkunjung, lalu menyeruak, merasuk ke dalam dan menempati hatinya. Orang menyebut proses merasuk dari atas ke bawah sebagai Hulul. Sejak itu hari-harinya disibukkan dengan pertemuan-pertemuan manis, mesra dan menghanyutkan dengan Tuhan di ruang yang tak bertempat--suwung.

*^^*
Dari sinilah muncul ungkapan An al-Haq – yang oleh Al-Hallaj ditafsirkan bahwa  “Aku berada di dalam Dzat Allah.” Banyak ahli tasawuf menafsirkan, ungkapan itu sebenarnya tidak dimaksudkan bahwa dirinya adalah Tuhan.

Hal itu tampak dalam sebuah pernyataan, “Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, bukanlah Yang Maha Benar Itu Aku. Aku hanyalah satu dari yang benar. Maka bedakanlah antara aku dan Dia.”

Meletakkan agama dalam hati itu sulit--mungkin tak semua bisa--termasuk saya. Shalat itu mi'radznya orang mu'min. Tapi siapa pernah. Shalat yang dipelajari hanya sebatas bacaan dan gerak. Apa yang di dapat ? Shalat hanya menjadi ritual dari kumpulan gerak dan bacaan. Sama sekali bukan mi'radz.

*^^*
Ironisnya, sebagian malah disibukkan dengan benar-salah, sunah dan bid'ah. Tapi lupa pada yang substantif--shalat kehilangan spiritualitas, kering dan hampa tanpa makna. Setiap kita punya pengalaman batin berbeda. Tapi tidak semua bisa berada di tempat 'suwung' melakukan dialog dan perjumpaan dengan Rabb yang maha dekat. Tuhan berfirman: "Aku bergantung prasangka hambaKu--maka jangan sekali-sekali kamu mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepadaKu".

Al Halaj salah satunya--mungkin tak bisa dipahami awam dan bukan untuk diajarkan--ini hanya soal pengalaman batin dan spirtualitas--dan tak perlu melakukan penilaian untuk hal-hal yang tidak diketahui--sebab sebagian orang cenderung memusuhi pada hal-hal yang ia tidak tahu.

Di dalam Matsnawi, Rumi mengatakan, “Kata-kata ‘Akulah Kebenaran’ adalah pancaran cahaya di bibir Manshur, sementara Akulah Tuhan yang berasal dari Fir’aun adalah kezaliman.” Ini bukan pekerjaan akal tapi soal hati yang telah mendapat cahaya kebenaran ilahiyah dalam ruang 'suwung' tak berbentuk--pada akhirnya manusia memang bagian dari penciptaan yang paling sempurna dan unik.

*^^*
Shalat tak juga membuat pelakunya dekat dan mengenal Tuhannya atau malah sebaliknya semakin menjauh karena berada pada ruang hampa tak berTuhan. Shalat justru menjadi jarak bagi  dirinya dengan Tuhannya--karena riya. Banyak ruang untuk melihat dan mendekat tanpa perlu kata putus: harus begitu atau jangan begini ... sebab Tuhan bisa di dekati dengan cara yang hanya dirinya dan Tuhan saja yang tahu ... Wallahu taala a'lam

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar