Ketika Ulama Jatuh Cinta, Sekepak Merpati di Bawah Naungan Cinta dan Sejuta Rasa - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, Agustus 02, 2019

Ketika Ulama Jatuh Cinta, Sekepak Merpati di Bawah Naungan Cinta dan Sejuta Rasa

Penulis: Abdul Adzim
Jumat 2 Agustus 2019
Ilustrasi foto: Fb_Abdul_adzim

  1. Atorcator.Com - Setelah Ibnu Hazm mendefisikan cinta dengan begitu indah dan memukau, menyirat segenap kalbu yang membacanya. Beliau mengatakan:


دقت معانيه لجلالتها عن أن توصف فلا تدرك حقيقتها إلا بالمعاناة.

"Arti-arti cinta itu sangat dalam, sangat sulit untuk diterjemahkan atau dideskripsikan, hakekat cinta tidak mampu dicerna dan dihayati kecuali dengan cara equivalensi (menyamakan diri). Artinya equivalensi-adaptasi itu tidak harus mengetahui hakekat cinta bagi orang yang tidak mampu menyamakan diri dengan pasangan. Karena itu, tidak boleh dikecam dan dituduh bermacam-macam.

Terdapat beragam perbedaan seputar essensi cinta, aneka pendapat terlontarkan dan kajian-kajian lebih dalam. Satu pendapat yang mengatakan bahwa cinta adalah ikatan dan hubungan antara bagian-bagian jiwa (nafs) yang terpisah-pisah dalam anasir (unsur) jiwa manusia dalam penciptaannya. 

Seperti yang kami ketahui, rahasia perbedaan penciptaan manusia ini adalah "keterpisahan" dan "penyatuan". Biasanya, bentuk itu menghendaki bentuk dasarnya, dan pasangan juga akan merasa tentram dengan lawan-pasangnya. Artinya, segala sesuatu itu akan cenderung memihak lawannya, kesejenisan (keselarasan) itu memiliki aktifitas dan gerak kongkret serta dampak yang nyata, kesesuaian itu terletak pada perlawanan jenis, dan penyesuaian itu terletak pada perlawanan arah. 

Dengan kata lain, kesesuaian itu berada diantara perbedaan yang menarik ke arah pasangannya. Selanjutnya, kecocokan ini bukan berarti dalam bentuk rupa atau moral tetapi dalam jiwa itu sendiri.

Ibnu Hazm kemudian mencoba memberikan analisis dan argumintasi mengenai proposisi yang Beliu utarakan dengan merujuk pada perkataan sebelumnya:

"Bahwa setiap hal tersebut secara fitrah adalah hal yang biasa dan lumrah pada perilaku manusia dan pasangannya, hal inilah yang membuat dirinya bahagia. Allah ﷻ berfirman: 

{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا} (الأعراف: 189)

 “Dialah, Allah, yang menciptakan kalian dari satu jiwa, lalu menjadikan jiwa tersebut berpasang-pasangan agar merasa bahagia dengan pasangannya.” (Qs al-A’raf 189).

Allah ﷻ menjadikan illat (sebab) kebahagiaan, bahwa ia berasal dari penciptaan. 

ولو كان علة الحب حسن الصورة الجسدية لوجب ألا يستحسن الأنقص من الصورة

"Jika asal mula cinta adalah kecantikan dan kemolekan tubuh maka tidak akan ada seseorang mencintai orang lain yang memiliki tubuh yang tidak sempurna (dibanding dirinya)".

Seringkali kita dapati orang cenderung memilih (pasangan) yang lebih rendah tingkat kecantikannya (tidak sebanding) sedangkan ia mengetahui bahwa ada orang yang lebih cantik dari pasangannya, namun kita mendapatkan dia tidak berpaling kelain hati. 

ولو كان للموافقة في الأخلاق لما أحب المرء من لا يساعده ولا يوافقه

"Jika memang kesesuaian itu terletak pada etika maka tidak akan ada orang mencintai orang lain yang tidak mau membantu dan menolongnya (karena tidak sesuai dalam etika)".

Jadi cinta itu memang benar-benar terletak pada jiwa itu sendiri yang bersumber dari kecocokan dan keserasian yang bersumber dari relung jiwa manusia yang terdalam.

Barangkali cinta itu memiliki beberapa sebab, dan cinta itu sendiri akan hilang jika sebabnya telah sirna. Barangsiapa mencintai karena sesuatu, maka sesuatu itu akan selalu menguasai dan akan hilang bersamanya.

Karena itu aku katakan:

Cintaku padamu abadi seperti adanya, tidak akan pernah kurang dan bertambah

Kehadiranya bukan karena suatu alasan atau sebab sebagaimana yang disangkakan orang lain

Bila sesuatu itu merekah tanpa adanya alasan dan sebab, maka wujudnya tidak akan sirna dan abadi selamanya

Sebaliknya bila suatu itu tumbuh dari alasan dan sebab, maka keberadaanya dipastikan tidak akan abadi selama.

Waallahu A'lamu

  • Abdul Adzim Lahir di Surabaya. Domisili Bangkalan Madura. Alumni Pondok Pesantren Sidogir. Aktif mengajara di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.