Kiai Wahid Bercerita Tentang Gurunya, Mbah Moen - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

07 Agustus 2019

Kiai Wahid Bercerita Tentang Gurunya, Mbah Moen


Penulis: Muhammad Sokhi Asyhadi
Rabu 7 Agustus 2019

Atorcator.Com - Saya pribadi tidak pernah mengaji secara langsung kepada Mbah Moen. Tapi bertemu secara mata rantai keilmuan. Karena saya mengaji cukup lama, kepada Kiai Abdul Wahid Zuhdi -Allahu yarham-, yang merupakan santri angkatan pertama Mbah Moen.

Banyak kisah dalam beberapa kesempatan, kiai saya menceritakan tentang gurunya itu:

Pertama kekagumannya kepada putra-putra beliau yang alim-alim semua. Kami menyadari kekaguman itu, karena biasanya maziah (keistimewaan) itu satu yang diperoleh: jika santrinya alim-alim, biasanya putra-putranya biasa-biasa. Begitu juga sebaliknya, jika putra-putranya alim-alim maka santrinya biasa-biasa. Tapi Mbah Moen dianugrahi keduanya. Saya sempat menyergah cerita itu; katanya Gus yang A tidak alim yi?. "Sak orak alim-alim e putrane Mbah, iku nek moco Mahalli (kitab Syarah alminhajnya an Nawawi) yo gledek pak", jawabnya.

Kedua tentang kealimannya: "ilmune Mbah iku gemrojok koyok banyu mili". Kurang lebih dawuh beliau tentang Mbah Moen.

Seingat saya, komentar itu selepas mengikuti Bahtsul Masail yang membahas tentang rukyah dan hisab. Karena terjadi kemusykilan, Mbah Moen di majlis itu secara 'irtijalan' (seketika) membuat makalah berbahasa Arab tentang rukyah dan hisab.

Dan konsisten sekaligus totalitas dalam mengajar para santrinya. Kiai Wahid -Allahu yarham- bercerita ketika awal-awal  membangun pondok. Pada saat itu kiai Wahid muda menjadi seksi pembangunan atau ketua pondok (?). Untuk dapat menyuruh santri-santri roan (kerja bakti) mengambil pasir harus menunggu Mbah Moen bepergian. 'Dilalah' ditengah-tengah santri sedang roan, tiba-tiba mbah Moen rawuh. Seketika Mbah menangkap salah satu santri lalu ditanyai: cung kowe mondok mrene kon ngaji opo kon roan?. "Ken ngaos mbah", jawab santri. Seng ngongkon roan sopo cung? "Gus Wahid Mbah", jawabnya lagi. Lalu Gus Wahid muda ditimbali dan didukani Mbah.

Dan juga banyak bercerita tentang kehati-hatiannya dalam hal keuangan dan kedermawanannya.

اللهم أفض لنا من بركتهما

MSA
06.08.19.