Penulis: KH Dr Hilmy Muhammad
Ahad 4 Agustus 2019
![]() |
foto: Tahsinquran |
Atorcator.Com - Alkisah, K.H. Muhammad Arwani disuruh ayahnya, KH. Amin,
untuk mengantarkan adiknya, KH. Da`in Amin, untuk mentashihkan bacaan tahfidz
Qurannya kepada KH. Muhammad Munawwir.
Ceritanya, K.H. Da`in Amin, sudah berhasil menghafalkan
Alquran sendiri. Oleh ayahnya, hafalan tersebut diminta ditashihkan kepada K.H.
Munawwir. K.H. Arwani sendiri belum hafal Alquran ketika itu, tetapi beliau
sudah hebat mengaji kitabnya karena lulusan Pondok Jamsaren (Solo) dan
Tebuireng (Jombang). Bahkan ketika di Tebuireng, oleh Almarhum K.H. Hasyim
Asy’ari, beliau sudah diperkenankan menjadi qori` (pengajar) di masjid, yang
kedudukan itu tidak akan diperoleh santri kecuali yang memang sudah mumpuni.
Proses mentashih hafalan Alquran tentu berlangsung
berbulan-bulan. Dan K.H. Muhammad Arwani disuruh ayahnya untuk menunggui
adiknya selama mondok di Krapyak. Berhari-hari menunggu adiknya mentashih
hafalan Alquran, K.H. Arwani kemudian tahu bahwa K.H. Muhammad Munawwir juga
mengaji kitab Matn Syatibiyyah, yaitu kitab panduan mengenai Qiro’ah Sab’iyyah.
Beliau tertarik untuk ikut mengaji.
Niatan itu pun dihaturkan kepada K.H. Muhammad Munawwir. Oleh
Mbah Munawwir keinginannya dipenuhi, asal mau membayar maharnya.
“Apa maharnya?” tanya Mbah Arwani.
“Maharnya (syaratnya), kamu harus hafal Alquran terlebih
dahulu.” Jawab K.H. Munawwir.
Beliau kemudian menyanggupi syarat Mbah Munawwir untuk bisa
ikut ngaji Matn Syatibiyyah, yaitu menghafal Alquran. Dan hanya dalam waktu 1,5
tahun, beliau sudah berhasil hafal keseluruhan Alquran. Sesudah itu beliau baru
ikut mengaji kitab Syatibiyyah.
Di tengah perjalanan mengaji kitab tersebut, K.H. Amin
memanggilnya pulang (boyong) untuk dikawinkan, mengingat usianya yang sudah
cukup tua. Permintaan boyong itu ganti ditolak oleh Mbah Munawwir mengingat
ngajinya belum hatam. Sesudah berembug, akhirnya disepakati kalau pulangnya
sekadar akad nikah, tetapi kemudian langsung kembali lagi ke Pondok.
Singkat cerita, K.H. Muhammad Arwani kemudian berhasil
menghatamkan Qiro’ah Sab’iyyah melalui Matn Syatibiyyah. Simbah K.H. Muhammad
Munawwir bahkan berkata, “Siapa saja yang mau meraup semua ilmuku, silakan
mengaji kepada Arwani.”
Hal itu dilakukan sebagai bentuk pujian kepada muridnya yang
penuh mahabbah, setia, khidmah, tawadlu dan tentu saja cerdas itu. K.H. Arwani
kemudian memang dikenal sebagai satu-satunya santri Mbah Munawwir yang belajar
Matn Syatibiyyah hingga tuntas. Untuk kepentingan itu, beliau mondok di Krapyak
selama 11 tahun. Kalau bacaan tahfidz Qiro`ah Masyhurah (riwayat Imam Hafsh
dari Imam ‘Asim) berhasil beliau selesaikan selama 1,5 tahun, berarti beliau
mengaji Qiro’ah Sab’iyyah selama 9,5 tahun.
Riwayat cerita ini saya (Hilmy Muhammad) dapatkan dari KH.
Harir Muhammad (satu-satunya cucu Syaikh Muhammad Mahfudz Termas, dan murid
Almarhum K.H. Muhammad Arwani Amin, Kudus, yang juga Pengasuh PP. Betengan,
Demak, pada Malam Ahad, tanggal 22 Dzul-Qa`dah 1431 H/30 Oktober 2010 M. Cerita
ini beliau dapatkan langsung dari gurunya, yaitu KH. Muhammad Arwani Amin
Ila ruukhi mbah arwani amin alfatikhah……
(Penulis: KH Dr Hilmy Muhammad, Pengasuh Pesantren Krapyak
Yogyakarta dan Wakil Rais Syuriah PWNU DIY)
Source selengkapnya bisa dibaca di BangkitMedia