Menelisik Hubungan Pesantren Kajen Dan Sarang - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

27 Agustus 2019

Menelisik Hubungan Pesantren Kajen Dan Sarang

Penulis: Jamal Ma'mur Asmani
Selasa 26 Agustus 2019

Atorcator.Com - Ulama-ulama itu tidak melihat tempat ketika mencari ilmu. Di Mana Ada Mutiara ilmu, di situ Ulama mendatanginya untuk ngangsu kaweruh (thalabul Ilmi). Bangkalan menjadi Pusat ilmu dengan figur Syaikh Chalil Bangkalan Madura. Tebuireng menjadi destinasi keilmuan selanjutnya dengan figur Hadlratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari. Lirboyo dengan figur KH Abdul Karim (Mbah Manaf) menjadi destinasi keilmuan.

Bagaimana dengan Kajen Dan Sarang

Kajen dengan KH Ismail (Pendiri Pesantren Pertama di Kajen Pati) menjadi destinasi keilmuan. KH Ismail adalah kakek KH Ahmad Fayumi Munji Dan ayah KH Munji. Menurut KH Ismail Fayumi, banyak Ulama yang berguru kepada Kiai Ismail. Salah satunya adalah KH Ma'shum Lasem, KH Chalil Bangkalan Madura, Dan KH Siraj, Pendiri Pesantren Salafiyah Kajen.

Kemudian diteruskan KH Abdullah, Ayah KH Abdussalam Dan KH Nawawi. KH Abdullah adalah Pendiri Pondok Kulon Banon. Kedua anaknya (KH Abdussalam Dan KH Nawawi) melahirkan ulama-ulama sampai sekarang. KH Mahfudh Salam, KH Abdullah Salam, Dan KH Mukhtar Salam lahir dari KH Abdussalam. KH Thohir Nawawi, KH Duri Nawawi, dan KH Fakhrurrazi Nawawi lahir dari KH Nawawi.

KH MA Sahal Mahfudh, KH Ahmad Nafi' Abdillah, KH Minan Abdillah, KH Zakki Fuad Abdillah, KH A Muadz Thohir, KH Masyfu' Duri, KH Abdullah Umar Fayumi, KH Ismail Fayumi, Dan KH Mujiburrahman tampil sebagai figur-figur selanjutnya.

Menurut KH Ahmad Nafi' Abdillah dari beberapa sumber mengatakan, Kiai Sarang dulu belajar kepada KH Abdullah, perintis Pondok Kulon Banon, buyut KH Ahmad Nafi'. Oleh sebab itu, ketika KH MA Sahal Mahfudh Dan KH Ahmad Nafi' Abdillah belajar di Sarang, Kiai Sarang berkata : Ilmunya Mbah sampean mau diambil lagi.

Era KH Mahfudh Salam, KH Muhammadun Abdul Hadi, KH Thohir Nawawi, Dan KH Duri Nawawi, rata-rata Ulama Kajen belajar di Tebuireng.

Generasi KH MA Sahal Mahfudh, KH Ahmad Fayumi Munji, KH Ma'mun Muzayyin, KH Ahmad Nafi' Abdillah, KH Muzammil Thohir, dan KH Junaidi Muhammadun belajar di Sarang dengan figur sentral KH Zubair Dahlan Dan putranya KH Maimun Zubair.

Hubungan Kajen - Sarang terus berlanjut sampai generasi sekarang. KH Faishol Muzammil, KH Abdullah Umar Fayumi, dan KH Saifurrahman adalah alumni PP. Sarang, baik yang di Al Anwar, MUS, maupun MIS.

Hubungan Sarang Kajen semakin kuat ketika KH M Aniq Muhammadun menikah Hj. Salamah binti KH Zubair Dahlan yang tidak lain adalah adik KH Maimun Zubair. Banyak putra Kiai Kajen yang thalabul Ilmi di PP Mambaul Ulum Pakis asuhan KH M Aniq Muhammadun.

Tradisi Kitab Kuning

Sarang Dan Kajen adalah poros utama kajian kitab Kuning. KH MA Sahal Mahfudh Dan KH Maimun Zubair adalah Dua figur utama yang mewakili Dua madzhab Kajen Sarang pada masanya.

Mereka berdua representasi Ulama yang menguasai kitab Kuning, aktif dalam merespons persoalan keumatan Dan kebangsaan Serta menjadi rujukan dalam memecahkan persoalan sosial.

Tradisi Kitab Kuning Sarang Kajen ini Harus terus dilanjutkan oleh generasi Penerus supaya Dua poros utama kajian kitab Kuning ini terus berkembang dengan pesat.

Jika Al Anwar Dan MUS Punya Ma'had Ali untuk Pengembangan kajian kitab Kuning, Kajen juga Punya di Pondok Pesantren Maslakul Huda asuhan KH Abdul Ghafar Razin yang meneruskan estafet kepemimpinan KH MA Sahal Mahfudh.

Pondok Pesantren Al Kautsar asuhan KH Ahmad Zakki Fuad Abdillah juga merintis pendirian Ma'had Aly dalam kajian Al Qur'an.

Ranting Nahdlatul Ulama Kajen juga Punya Ma'had Aly sendiri yang bertempat di Perpustakaan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kajen Pati.

Semua usaha ini dalam rangka menjadikan Sarang Dan Kajen sebagai poros utama kajian keislaman yang menjadikan destinasi keilmuan para santri dari seluruh penjuru Nusantara. Masing-masing Punya Ciri khas yang Harus dipertahankan Dan dikembangkan supaya Islam tetap ya'lu Wala yu'la alaih.

Wallahu A'lamu Bis Shawab

Mekah, 24 Dzulhijjah 1440 / 25 Agustus 2019

Jamal Ma’mur Asmani Direktur Lembaga Studi Kitab Kuning (LESKA) Pati Jawa Tengah