Onta dan Larangan Melaknat, Mencaci, Mengutuk, Doa Jelek - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

24 September 2019

Onta dan Larangan Melaknat, Mencaci, Mengutuk, Doa Jelek

Penulis: M, Hizbulloh Al-Haq Al-Fulaini
Selasa 24 September 2019


Atorcator.Com - Hadis sahabat Abi Hurayrah: “Ketika baginda Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wasallama bepergian bersama para sahabatnya. Ada salah satu lelaki melaknat ontanya.
Tak selang berapa lama …

“Mana pemilik onta ini?” tanya Baginda Nabi SAW.

“Saya,” jawab si pemilik.

“Tinggalkan onta ini. Sebab doa laknatmu telah terkabul.”
---

Hadis dari Sahabat Imran bin Khushoin RA: “Ketika Baginda Nabi SAW. disebagian perjalannya. Ada wanita kaum Anshar melaknat ontanya. Beliau Nabi SAW. yang mendengarnya, langsung bersabda:

خذوا ما عليها ودعوها فإنها ملعونة

“Ambil apa yang dibawa onta itu. Tinggalkan dia. Sebab hewan itu telah dilaknat!”

Komentar sahabat Imran: “Seketika itu, seakan wanita tersebut wajahnya kusut berdebu. Ia berjalan diantara manusia, namun tiada satupun yang menghiraukannya.”

Mentelaah hadis ini. Imam Ibnu Hibban berkata: “Alasan Baginda Nabi Shallallahu Alayhi Wasallama melepaskan onta itu. karena Beliau telah yakin doa pelaknat terkabul. Ketika baginda Nabi SAW. yakin terkabulnya doa pelaknat dengan mengutus melepaskan hewan tunggangannya. Sedang zaman sekarang, tidak mungkin untuk mempunyai keyakinan lain sebab terputusnya wahyu. Maka tidak boleh menggunakan laknat untuk manusia, selamanya!”

Ada yang mengatakan: “Baginda Nabi Shallallahu Alayhi Wasallama bersabda seperti itu, karena ingin menjerakan wanita tersebut dan sebagai contoh bagi lainnya. Sebab, dulu Beliau Nabi SAW. pernah melarang dia dan lainnya melaknat, hingga ia dihukum dengan melepaskan ontanya.”

Imam Daamiri berkata: “Yang dikehendaki dengan hadis itu adalah pelarangan membersamai onta di jalan. Sedangkan menjual, menyembelih dan menunggangi diselain jalan dan waktu itu, serta untuk pekerjaan lain yang sebelumnya boleh dilakukan, teteplah berhukum boleh. Karena, larangan itu terjadi ketika berjalan berasam dengan Nabi SAW. hingga hukum-hukum yang lalu, tetap sebagaimana mestinya”.

Banyak sekali hadis yang menjelaskan larangan melaknat:

Seperti Sahabat Abi Hurayrah yang berkata: “Sungguh! Baginda Nabi Shallallahu Alayhi 
Wasallama bersabda:

لا يكون اللعانون شفعاء ولا شهداء يوم القيامة

“Yang suka melaknat, kelak dihari kiamat, tidak bisa menjadi penyafaat dan saksi”.

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال «2» : «لا ينبغي لصديق أن يكون لعانا»

“Sungguh! Baginda Nabi SAW. bersabda: Tidak pantas seorang kawan, pelaknat”

Riwayat dari Sahabat Ibnu Mas’ud:

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ليس المؤمن بالطعان ولا باللعان ولا الفاحش ولا البذي

“Sungguh! Baginda Nabi SAW. bersabda: Mukmin, bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, pembuat kejelekan, dan berkata kotor”.
Sahabat Abi Darda’ berkata:

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إن العبد إذا لعن شيئا صعدت اللعنة إلى السماء, فتغلق أبواب السماء دونها, فتهبط إلى الأرض فتغلق أبوابها دونها, ثم تأخذ يمينا وشمالا, فإذا لم تجد مساغا رجعت إلى الذي لعن, فإن كان أهلا لذلك نزلت عليه وإلا رجعت إلى قائلها»

“Sungguh! Baginda Nabi SAW. bersabda: Sesungguhnya, ketika ada hamba yang melaknat sesuatu, maka, laknat itu akan naik kelangit. Namun, pintu-pintu langit akan tertutup untuknya. Lalu, dia turun kembali ke bumi, tapi, pintu-pintu di bumipun juga tertutup untuknya. Ia lalu mengambil jalan kekanan dan kekiri. Dan ketika dia tidak mendapatkan tempat, maka, ia akan kembali ke orang yang dilaknat, itu kalau memang orang tersebut pantas dilaknat, kalau tidak, ia akan kembali ke pelaknat.”

\Wallahu A’lam bis-Shawaab

Hayatul Hayawan al-Kubra bab an-Naaqah

Catatan penting:

Dalam KBBI:
laknat/lak•nat/ n 1 kutuk; 2 orang yang terkutuk; melaknat/me•lak•nat/ v mendatangkan laknat; menurunkan laknat: Allah ~ orang-orang yang berbuat zalim; melaknati/me•lak•nati/ v 1 mengatakan laknat kepada; mengutuki; 2 mendatangkan laknat; melaknatkan/me•lak•nat•kan/ v mengutuki.

Dari PissKTB:

Laknat adalah penjauhan dan pengusiran dari kebaikan. Waqila, laknat adalah pengusiran dan penjauhan dari Allah, kalau dari makhluk, laknat adalah caci maki dan doa (jelek). Laknat menurut asal bahasa adalah penjauhan, sedangkan laknat menurut urf syar’i adalah penjauhan dari pahala. Laknat  adalah penjauhan dari rahmat beserta adanya penghinaan dan murka,  akibatnya bisa terlihat kelak di akhirat yaitu terhalang dari syurga dan mendapat siksa di janannam. Adapun laknat manusia kepada sesama manusia artinya adalah doa dari mereka sendiri agar Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya dengan ketentuan yang telah disebut. Wallaahu a‘lam. [Mujaawib : Ust. Nur Hamzah, Ust. Muhsin Pemalang] # Rabbi zidna ‘ilman nafi’a #

Refrensi :

– kitab lisanul arob (13/208) :

واللعن : الإبعاد والطرد من الخير ، وقيل : الطرد والإبعاد من الله ، ومن الخلق السب والدعاء ، واللعنة الاسم ، والجمع لعان ولعنات . ولعنه يلعنه لعنا : طرده وأبعده .

– Al-mausu’ah al-fiqhiyah al-kuwaitiyah (273/35) :

لعن
التَّعْرِيفُ: ١ – اللَّعْنُ فِي اللُّغَةِ: الإِْبْعَادُ وَالطَّرْدُ مِنَ الْخَيْرِ، وَقِيل الطَّرْدُ وَالإِْبْعَادُ مِنَ اللَّهِ، وَمِنَ الْخَلْقِ: السَّبُّ وَالدُّعَاءُ، وَكَانَتِ الْعَرَبُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ تُحَيِّي مُلُوكَهَا: ” أَبَيْتَ اللَّعْنَ ” وَمَعْنَاهُ: أَبَيْتَ أَيُّهَا الْمَلِكُ أَنْ تَأْتِيَ مَا تُلْعَنُ عَلَيْهِ (١) . وَلاَ يَخْرُجُ الْمَعْنَى الاِصْطِلاَحِيُّ عَنِ الْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ.

– Tafsir al Qurtuby :

وأصل اللعن في كلام العرب الطرد والإبعاد . ويقال للذئب : لعين . وللرجل الطريد : لعين ، وقال الشماخ : ذعرت به القطا ونفيت عنه مقام الذئب كالرجل اللعين

– Tafsir al Kabir :

أما قوله تعالى : ( أولئك يلعنهم الله ) فاللعنة في أصل اللغة هي الإبعاد ، وفي عرف الشرع الإبعاد من الثواب .

– Tafsir at Tahrir wat Tanwir  (2/68) :

واللعن  الإبعاد عن الرحمة مع إذلال وغضب ، وأثره يظهر في الآخرة بالحرمان من  الجنة وبالعذاب في جهنم ، وأما لعن الناس إياهم فهو الدعاء منهم بأن يبعدهم  الله عن رحمته على الوجه المذكور