Kisah Syaikhona Kholil Bangkalan Didatangi Tiga Tamu yang Berbeda - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

14 Oktober 2019

Kisah Syaikhona Kholil Bangkalan Didatangi Tiga Tamu yang Berbeda

Penulis: Muhammad Ismael Kholilie
Senin 14 Oktober 2019


Atorcator.Com - Suatu hari, Syaikhona Kholil Bangkalan kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Mereka bertiga ini beda profesi, ada yang pedagang, ada penganten yang belum punya keturunan, dan ada petani. Mereka bertiga datang untuk meminta nasehat Syaikhona Kholil. Hati mereka merasa nyaman kalau bertemu dengan beliau.
“Sampeyan ada keperluan apa?,” tanya Syaikhona Kholil kepada tamu pertama.
“Saya pedagang, Kiai. Tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus,” jawab tamu pertama.
“Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar!,” tegas Syaikhona Kholil kepada si tamu pedagang.
Kemudian, Syaikhona Kholil bertanya kepada tamu kedua.
“Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,” kata tamu kedua.
“Jika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar!,” jawab Syaikhona Kholil memberikan jawaban yang sama dengan tamu pertama.
“Sampeyan ada keperluan apa?.” Tanya Syaikhona Kholil sama dengan yang ditanyakan kepada tamu pertama dan kedua.
“Saya usaha tani, Kiai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu membayarnya,” ucap tamu yang ketiga dengan raut muka serius.
“Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar!” pesan Syaikhona Kholil kepada tamu yang terakhir, yang ternyata juga sama dengan tamu pertama dan kedua.
Beberapa murid Syaikhona Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu menyuruh memperbanyak membaca istighfar.
Syaikhona Kholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para santri yang penuh tanda tanya itu dengan dibacakan ayat al-Quran

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (١٠) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (١١) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (١٢(
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh ayat 10-12).
Mendengar jawaban kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan.
Doa Tawassul dengan Syaikhona Kholil
يَا شَيْخَنَا يَا خَلِيْل * وَيَا شِفَاءَ الْغَلِيْل
يَا طِبَّ كُلِّ عَلِيْل * فَدَاوِنِي بِالْوِصَالْ
“Wahai Syaikhona Kholil, wahai penyembuh lara. Wahai obat tiap yang sakit, obati aku dengan berjumpa.”
يَا عَابِدَ اللهِ يَا * مُعَلِّماً وَافِيَا
نَادَيْتُكُمْ رَاجِيَا * نَدٰى جَرَى كُلَّ حَالْ
“Wahai yang menghamba pada Allah, wahai guru yang menjanjikan. Kupaggil engkau seraya berharap pertolongan yang mengalir tiap saat.”
أَحْتَاجُ وُدَّكَ لِي * إِنِّي لَذُوْ وَجَلِ
لِلذَّنْبِ يَا خَجَلِي * إِنَّ الذُّنُوْبَ جِبَالْ
“Aku butuh cintamu untukku, sungguh aku takut akan dosa yang kutanggung. Oh betapa malu diriku, besar dosaku bagai gunung-gunung.”
اُدْعُوْا لِيَ اللهَ كَيْ * أَكُوْنَ فِي اللُّطْفِ حَيْ
وَالْعَفْوِ عَنْ كُلِّ شَيْ * مِنَ الْخَطَا وَالْضَلاَلْ
“Berdoalah pada Allah untukku, agar aku hidup dalam kelembutanNya. Dan ampunan atas segala sesuatu yang berupa kesalahan dan kesesatan.”
أَنْتُمْ وَسِيْلَتُنَا * بِكُمْ فَضِيْلَتُنَا
تَضِيْقُ حِيْلَتُنَا * إِنْ تَبْخَلُوا بِالنَّوَال
“Engkau tawassul kami, sebab engkau kemuliaan kami. Rapuh keadaan kami, jika engkau tak memberikan pemberian.”
يَا شَيْخَنَا يَا وَلِي * غَوْثاً وَغَيْثاً جَلِي
عَوْناً لِـأَجْلِ الْعَلِي * دَوْماً بِدُوْنِ زَوَالْ
“Wahai guru kami wahai wali Allah, tolong dan hujani jalan kami. Bantu kami karena Allah Yang Maha Tinggi, selamanya tanpa ada putus-putusnya.”
وُجُوْدُ جُوْدِكُمُ * وَجَاهُ وَجْهِكُمُ
لِيْ سُلَّمٌ سَالِمُ * لِفَضْلِ رَبِّ الْجَلاَل
“Adanya kedermawananmu, dan pangkat luhur dirimu. Bagiku adalah tangga yang aman,menuju anugrah Allah Yang Maha Agung.”
عَسَى بِنَعْمَائِهِ * نُعْطٰى وَآلآئِهِ
نَحْظٰى وَجَدْوَائِهِ * نُهْدٰى فَيَصْفُوَ بَالْ
“Semoga dengan nikmat-nikmatNya kami diberi, dan dengan karunia-karuniaNya kami memperoleh. Dan dengan kemurahan-kemurahanNya kami dihadiahi, kemudian sebab itu hati kami bersih nan shaleh.”
اَللهُ يَكْفِي الْعَنَا * عَنَّا وَيُدْنِي اْلمُنَى
مِنَّا وَيُبْقِي الْهَنَا * بِقُرْبِكُمْ يَا رِجَالْ
“Semoga Allah mencukupkan kesusahan dari kami, dan mendekatkan harapan kepada kami. Dan melanggengkan kebahagiaan, dengan berdekat padamu wahai Rijalallah Waliyullah.” [Source: Facebook Muhammad Ismael Kholil]