Matinya Demokrasi di Tangan Oligarki - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

03 Oktober 2019

Matinya Demokrasi di Tangan Oligarki

Penulis: Nurbani Yusuf
Kamis 3 Oktober 2019
kanigoro News line

Atorcator.Com - Apa yang kini ada di Senayan? Praktik Demokrasi? Bukan. Tapi pembagian kue orang-orang yang berkuasa. Oligarki terbuka.

Oligarki (Bahasa Yunani: OligarkhĂ­a) adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.

Arah politik reformasi memang tak tentu arah--banyak yang lewat termasuk kelompok kecil yang menguasai banyak "taipan". Meski kecil mereka menguasai semua bisnis dan perdagangan--hal mana luput dari reformasi yang digemakan.

Bahkan ironisnya para konglomerat ini justru menemukan bentuknya pada masa orde reformasi. Jika pada rezim Soeharto mereka bemain di belakang layar--tidak demikian halnya. Kekuatan para taipan konglomerat ini sudah menggurita mengakar sangat kuat dan menguasai hajat hidup orang banyak.  Bisnis konglomerat telah menjarah semua termasuk politik dan kekuasaan.

Anderson sebagaimana dikutip Verdy Arif : 'keuntungan terbesar bagi para konglomerat barangkali adalah bahwa proses reformasi terjadi di dalam aparatur negara yang masih didominasi oleh hubungan-hubungan kekuasaan predatoris serta berbagai tokoh yang sama yang pernah mendominasi rezim lama”.

Para pengamat Indonesia, termasuk William Lidle dan kawan kawan menyebut reformasi setengah kamar--terlalu banyak masalah yang diciptakan orde baru dan terlalu sedikit yang mengerti--akibatnya jelas kita hanya sedang berputar dan berkeliling tapi tidak pernah menyentuh substansi. Yang di dapat hanya kulit nya saja : batasan periode masa jabatan Presiden, dan pilihan langsung. Lainnya .. non sens, tidak ada perubahan sama sekali.

Praktik demokrasi menyimpang. Kekuasaan di pilin segelintir elite--mereka inilah yang mengatas namakan rakyat membagi-bagi kekuasaan di depan publik--kita sedang menyaksikan para oligarch yang pongah--demokrasi yang kita bangun kemarin lusa hanya melahirkan kesombongan elite yang mendikte. Bukan nasip rakyat yang dibahas,  tapi : siapa dapat apa ?

Sayangnya kita tak punya pilihan lain selain demokrasi--meski sering menyimpang demokrasi masih dianggap terbaik. Sebab sistem lain belum teruji baik--sistem khilafah pun ditinggal karena berantakan. Khilafah adalah oligarchy dengan cap agama--hakikatnya sama: kekuasaan di tangan elite agama yang disebut syura.

Jadi kita memang harus bekerja keras--kita tak boleh berhenti--sistem apapun belum cukup ampuh membuat keadilan yang mensejahterakan. Sepertinya kita ditaqdirkan berjuang sendirian. Sekeras apapun melawan sekeras itu pula lawan menentang. Ini memang sunatullah dan kita tak bisa lari ... demokrasi menyimpang: khilafah tak cukup bukti ...

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar