Ketika Peringatan Maulid Nabi Menjadi Wajib - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

12 November 2019

Ketika Peringatan Maulid Nabi Menjadi Wajib

Penulis : Nurbani Yusuf
Selasa 12 November 2019
Ilustrasi : Tagar.id
Atorcator.Com - Orang Indoenesia dan kesadaran iman. Kreatifitas kerap dipadankan bid’ah. Ini cara pandang sempit karena tak paham pola pikir dan berkreasi inovatif.

Apa ada korelasi lomba makan kerupuk, balapan karung dan Maulid Nabi ? Tak ada sama sekali—Sebagaimana bingungnya saya memahami bumbu rawon yang terdiri dari kumpulan rempah yang tidak enak bila dimakan sendiri-sendiri atau terpisah. Siapa sangka jika ‘keluwek' yang super sepppett itu menjadi unsur terpenting dan penentu apakah masakan ini bernama rawon atau bukan.

Yang saya pahami dari orang Indoenesia adalah kesukaannya pada simbol-simbol. Dan itu terbawa saat mereka memahami dan mengamalkan Islam. Lihat saja bagaimana orang Jawa memahami konsep tasyakuran.

Beragam cara bisa dilakukan: bisa kendhuri, tumpengan, sepasaran, selapanan atau pendhak. Ini bukan soal teologis tapi tak lebih hanya sekedar kreatifitas dan seni memahami rasa syukur kepada Allah tabaraka wataala. Dan tak perlu dalil karena masuk pada wilayah ghairu mahdhah, dan orang Indonesia punya cita rasa tinggi untuk mencintai nabi Muhamad saw.

Akan halnya Maulid Nabi saw menjadi urgen ketika Islam mulai tenggelam oleh manhaj dan pandangan lain. Islam mulai tertutupi, nabi Muhammad juga mulai tertandingi. Al Quran sebagai bacaan kalah bersaing dengan status dan meme. Artinya orang lebih suka baca status dan meme ketimbang Al Quran. Boro-boro dijadikan tuntunan apalagi pedoman hidup. Al Quran hanya pajangan di rak-rak sempit berdebu.

Realitas umat Islam memprihatinkan—banyak masjid mewah tapi sepi pengunjung. Beberapa sudah shalat tapi jauh dari perilaku Agung Kanjeng Nabi saw bahkan malah berlawanan. Banyak paradoks antara pengakuan Islam dengan realitas umat Islam. Antara ajaran dan realitas kehidupan.

Islam hanya tinggal nama, Al Quran hanya tinggal suhuf, Muhamad saw hanya pembawa risalah. Anak-anak kecil bahkan remaja lebih tau hari ulang tahun pacarnya ketimbang hari kelahiran nabi Muhammad saw

Melihat realitas umat Islam demikian saya malah berpandangan peringatan Maulid Nabi saw menjadi wajib. Untuk kembali mengenalkan Muhamad saw sebagai uswah atau teladan. Kita bergerak bersama mengkampanyekan keteladanan Nabi saw agar tak kalah dengan politisi, artis, pengacara atau lainnya.

Lewat pengajian, halaqah, majelis atau media lainnya. Kita hidupkan kembali sunah-sunahnya yang tertutup oleh takhayul, bid'ah dan khurafat. Kita berpandang bahwa nabi saw adalah satu-satunya. Kita gelora kan semangat cinta nabi kepada semua umat dari anak-anak hingga orang tua.

Kita ramaikan surau dan masjid kita. Agar musuh Islam bergetar. Dibacakan Sirah Nabi di surau, di masjid, di manapun berada. Semoga dengan peringatan Maulid ini ghirah umat Islam kembali bangkit bergelora. Meredam konflik akibat selisih kecil-kecil. Kemudian kita akhiri dengan kendhuri nasi kuning dan opor ayam dimakan bersama .. ..

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar