Bukan Membela Kanjeng Nabi, Tapi Mencari Panggung dari Gus Muwafiq - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

03 Desember 2019

Bukan Membela Kanjeng Nabi, Tapi Mencari Panggung dari Gus Muwafiq

Penulis: Syaefudin Achmad
Selasa 3 Desember 2019
Ilustrasi: indomaritim

Untuk keberkian kalinya, Kyai NU diserang. Sebenarnya bukan hal baru. Sekali saja ada kyai NU yang "terpeleset", langsung menjadi bulan-bulanan kelompok yang notebene berseberangan dengan NU. Alih-alih tabayyun, justru cemooh, hinaan, dan hujatan yang terus dikobarkan. Seolah sudah seperti wakil Tuhan yang bebas melaknat umat manusia.

Seperti halnya pohon yang semakin tinggi, angin yang berhembus akan semakin kencang, setelah beberapa tahun berkibar, ujian datang ke Gus Muwafiq. Beliau dituding menghina dan merendahkan Nabi pada suatu ceramah. Beliau menyebut kelahiran Rasulullah biasa saja, saat kecil kurang terurus karena diasuh oleh kakeknya. Pembaca bisa melihat versi lengkap di youtube. Video-videonya sudah banyak beredar, dan digabung dengan kemarahan beberapa da'i saat menanggapi ceramah beliau. Intinya menuding apa yang dinyatakan oleh Gus Muwafiq telah merendahkan Nabi dan  tidak beradab.

Karena pernyataan beliau ini, tiba-tiba bermunculan orang-orang yang berlagak paling mengerti soal Kanjeng Nabi, berlagak bak pahlawan yang membela kemuliaan Kanjeng Nabi. Seolah-olah Gus Muwafiq sedang menginjak-injak harga diri Kanjeng Nabi dan mereka datang bak pahlawan membela harga diri beliau. Mereka tiba-tiba menampilkan diri sebagai pecinta Kanjeng Nabi yang tidak terima dengan pernyataan apapun yang dianggap merendahkan beliau. Padahal, soal besarnya rasa cinta, barangkali cinta Gus Muwafiq kepada Kanjeng Nabi jauh lebih besar dibanding yang mencemooh.

Jika yang ngomong seperti itu non muslim atau orang yang tidak mengerti agama, mungkin wajar jika reaksi orang-orang yang menampilkan diri sebagai pembela nabi begitu keras. Tapi yang ngomong adalah seorang ulama seperti Gus Muwafiq. Sebelum mencak-mencak mencari panggung di depan jama'ah, alangkah eloknya untuk datang mengunjungi Gus Muwafiq, lalu lakukan tabayyun, apakah perkataan beliau memang berniat merendahkan nabi atau tidak. Ini adalah etika dan tradisi keilmuan yang ada di Islam. Bukan malah memanfaatkan terpelesetnya Gud Muwafiq untuk mencari panggung dan dipuja-puja jama'ah.

Tidak ada yang berniat untuk melakukan tabayyun. Mereka hanya ingin menyalahkan Gus Muwafiq dan melakukan pembunuhan karakter. Harapannya, ummat tidak sudi lagi mendengarkan ceramah beliau. Kenapa Gus Muwafiq? Jawabannya simpel saja. Selama ini ceramah Gus Muwafiq memang mampu membuat "ulama-ulama" sebelah kebakaran jenggot. Sindiran beliau sangat menohok. Kebetulan juga Gus Muwafiq dekat dengan pemerintah dan pernah mengisi ceramah di Istana. Kebetulan juga para pencemooh ini adalah orang-orang yang selama ini kontra dengan pemerintahan Jokowi.

Kalau mereka konsisten, banyak kok da'i-da'i yang mungkin isi ceramahnya lebih parah, lebih merendahkan nabi dibnanding pernyataan Gus Muwafiq. Ada yang menyebut orang tua Nabi kafir dan masuk neraka. Ada juga yang menyebut Nabi tidak mampu menciptakan rahmatan lil 'alamin. Bagiku ini jelas lebih merendahkan Kanjeng Nabi. Tapi kenapa reaksi mereka biasa-biasa saja? Ya karena kebetulan mereka satu kubu, atau minimal tidak pernah menyindir dan membuat mereka kebakaran jenggot. Atau minimal lagi, mereka kebetulan kontra dengan NU.

Sekali lagi saya tekankan, jika benar-benar ingin membela Nabi, jika benar-benar ingin mencari kebenaran, jika memang niatnya baik, datang ke Gus Muwafiq, lakukan tabayyun dan minta klarifikasi. Barangkali ada salah paham, barangkali referensi yang dibaca berbeda. Tapi jika tiba-tiba langsung marah-marah di depan jama'ah, mencemooh dan menghina Gus Muwafiq dengan kata-kata kasar, merasa paling suci, paling tahu soal kanjeng Nabi, berlagak pembela Nabi, saya yakin mereka hanya ingin mencari panggung saja.

Saat ini Gus Muwafiq sudah memberikan klarfikasi atas isi ceramah. Beliau sudah meminta maaf kepada umat Islam jika pernyataannya dianggap merendahkan Kanjeng Nabi. Beliau menegaskan tak ada maksud merendahkan Nabi. Beliau bahkan merasa jika ini teguran dari Allah SWT agar lebih berhati-hati dalam berbicara.

Seharusnya setelah klarifikiasi, tabayyun, dan permintaan maaf, urusan bisa selesai. Jika mereka memamg cinta Kanjeng Nabi, mereka akan meneladani sifatnya, yaitu memaafkan jika ada yang meminta maaf. Namun jika masih ada da'i yang masih terus mengecam, merendahkan Gus Muwafiq dengan hinaan yang kasar, merasa paling suci, paling mengerti soal Islam dan Kanjeng Nabi, dan berlagak sebagai pembela Nabi, saya pastikan orang itu sedang nyari panggung saja. Sebaiknya dicuekin saja, jangan sampai dihiraukan, apalagi didengarkan.
(SA)

Syaefudin Achmad Dosen IAIN Salatiga Asal Purbalingga Jawa Tengah