Keras Boleh Asal Tetap Beradab - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Kamis, Februari 28, 2019

Keras Boleh Asal Tetap Beradab



Atorcator.Com - Sekeras-kerasnya pejuang Islam garis keras seperti alm. AM Fatwa, beliau tetap beradab dalam statement-statement politiknya. Bahkan beliau pernah marah besar dan hendak melempar microphone ke muka Fahri Hamzah di acara ILC yang disiarkan oleh Tv One pada September 2016, ketika Fahri Hamzah mengatakan sinting pada Jokowi dan KPK yang kala itu Jokowi berjanji hendak menetapkan Hari Santri Nasional jika terpilih menjadi Presiden dalam Pilpres 2014. "Coba katakan ke saya sinting akan saya lempar microphone ini ke muka anda !" Tantang alm. AM. Fatwa pada Fahri Hamzah.

Alm. AM. Fatwa bukanlah pejuang Islam abal-abal seperti yang saat ini banyak berseliweran di panggung-panggung politik Indonesia. Alm. AM. Fatwa pejuang sejati muslim Indonesia yang sudah kenyang merasakan manis dan pahit getirnya perjuangan politik di Indonesia, bahkan di masa Orde Baru alm. AM. Fatwa pernah dipenjara karena ketegasannya melawan Rezim Soeharto. Pun demikian dengan tokoh-tokoh Islam garis keras lainnya seperti alm. Prof. HM. Immaduddin Abdurrahim (Bang Imad) pelopor Gerakan Komando Jihad Islam dan anggota Dewan Pakar ICMI. dll.nya, semuanya itu tokoh-tokoh pejuang Islam garis keras di zamannya, namun beliau semua orang-orang yang sangat santun, arif dan beradab dalam melontarkan pikiran-pikiran dan dalam menunjukkan sikap-sikap politiknya.

Hal yang harus dicatatat atau diingat pula dari perjuangan para tokoh-tokoh Islam garis keras di zamannya itu, adalah beliau semua tidak pernah anti pada umat non Islam, tidak pernah anti keturunan Cina dan tidak pernah memaksakan kehendak politiknya, melainkan hanya terus menerus mengkritisi kebijakan pemerintah (tentu bukan di masa pemerintahan Jokowi), dan selalu siap sedia diajak diskusi secara serius dan gagah berani dalam mempertanggung jawabkan pemikiran-pemikirannya di hadapan rezim pemerintahan yang dilawannya. Beliau semua juga tidak pernah menyebarkan hoax, tidak pernah memfitnah lawan-lawan politiknya. Semua yang dikritisinya berdasarkan telaah politik dan keyakinannya sendiri-sendiri.

Baca juga: Pasar Gelap Ustaz

Pemikiran-pemikiran kritis seperti yang diteladankan oleh tokoh-tokoh kritis seperti alm. AM. Fatwa, Prof. HM. Immaduddin Abdurrahim, Dr. Adnan Buyung Nasution dll. sebenarnya sangat baik untuk dipertahankan, tanpa harus menciptakan situasi gaduh dan menegangkan antar warga bangsa apalagi dengan menjual ayat-ayat al-Quran yang digunakan hanya untuk melegitimasi kebohongan atau fitnah-fitnah yang sangat keji.Pemikiran kritis baik itu mau ditampilkan dengan gaya lembut maupun keras sebenarnya tidak menjadi masalah, sah-sah saja asal keras tidak berarti berwujud kekerasan. Keras harusnya dimaknai sebagai sikap tegas yang memotovasi dan menginspirasi. Tegas yang membangkitkan gelora juang untuk kemajuan berbangsa, bernegara dan beragama, bukan keras yang membangkitkan gelora kebencian ataupun permusuhan pada saudara-saudara sebangsanya sendiri.

Berpikir kritis juga berguna untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan berdemokrasi, karena tanpa sikap kritis sebuah bangsa juga akan jatuh pada sikap fatalis yang pasrah total pada semua kebijakan pemerintahnya, yang belum tentu selamanya pemerintah itu berada di rel atau koridor yang benar dalam menjalankan amanah pemerintahannya. Sikap kritis itu seharusnya dimiliki oleh kelompok oposisi sebagai penyeimbang dalam roda pemerintahan, namun sayang sekali yang sekarang terjadi setiap pergerakan politik dan isu-isu yang dilontarkan oleh kaum oposan justru tidak sesuai yang kita semua inginkan. Mereka kerap melolong-lolong di berbagai kesempatan, bukan karena pikiran kritis yang tergerak untuk memperbaiki keadaan bangsa dan negaranya, melainkan karena ingin mendapatkan kekuasaan semata. Rakyat yang kritispun kemudian berkata:"Lha kalau hanya bisa nyinyir dan marah-marah pada pemerintah saja, orang-orang gila juga bisa, kita pilih Jokowi lagi saja yang sudah terbukti ketangguhan memimpinnya !"...(SHE).
Selengkapnya di sini
Jakarta, 28 Februari 2019.
Saiful Huda Ems (SHE). Advokat dan Penulis, Ketua Umum Pimpinan Pusat HARIMAU JOKOWI.

Sumber Foto: NU.or.id