Penulis: Halimi
Zuhdy
(Khadim PP. Darun Nun Malang)
Atorcator.com -
Indahnya pelangi, bukan karena menebar wangi, tapi warna-warni yang
mengitari
Warna hijau
hanyalah pilihan, maka janganlah terlalu fanatik pada hijau, bunga yang indah,
warnanya jarang yang hijau. Indahnya bunga, merah yang merekah. Hijau bukan
hanya PKB, ada PPP dan PBB. Dan hijaunya mereka kurang begitu riang, bila
tak ada kontestasi lain, merah misalnya, seperti: PDI, PG, PSI dan PKPI. Atau
Partai Lainnya, dengan warna yang berbeda. Maka, menjadi indah, bila bendera
partai itu berkibar bersama.
Jangan pula
terlalu mati-matian membela merah, ia pun rasa hati, manusia takut melihat
warna peduh darah yang memerah, perang jadi pilihan. Butuh warna kuning, tuk
membau masa tua.
Tapi, janganlah
terlalu pongah pada kuning, kebanyakan yang keluar dan membau keluar dari diri
manusia dan hewan adalah warna itu, nikmatilah kuning sebagaimana ia menikmati
menjadi dedaunan yang akan menua.
Jangan pula kau
terlalu bangga, walau biru selalu di atas langit, biru pun kadang menghempaskan
perahu di lautan menjadi karam. Biru itu pilihan warna, ia tak indah kalau tak
pernah ada awan putih yang mengitarinya.
Putih pun,
janganlah kau sombong dan sok suci, putih itu tak pernah indah, jika mata hanya
dipenuhi warna itu, seperti kematian yang menjemput, pada nafas terakhir pun
warna itu yang membungkusnya. Benar, kau harus suci putih bersih, tapi ingat,
kau tak pernah putih, jika hitam tak pernah ada, dan kau dapat melihat dunia,
karena dalam matamu hitam yang membayang.
Kau pun jangan
terlalu bangga dengan hitam, walau setiap bulu dan rambutmu menghitam, tapi
hitam itu selalu dianggap jelek, karena gelap, tapi dalam gelap itulah kadang
keindahan untuk bersembunyi dari musuh yang menyerang.
Hidup hanyalah
pilihan warna, dan warna itu pun adalah dasar dari pemberian Tuhan, lihatlah
kulit yang tak sama, ada; hitam, kuning, coklat, sawu matang, dan lainnya.
Selalu
nikmatilah perbedaan, walau kadang kita tidak suka tuk berbeda, apakah kau mau
hidup sendirian di dunia?.
Berbeda butuh
hati yang lapang, karena nafsu lebih suka tuk menyatukan rasa, lupa berbagai
rasa itu nikmat yang tak terhingga.
Berbeda mazhab,
partai, haluan. Berbeda negara, kampung, pendidikan, jenis dan lainnya adalah
keindahan.
Indah itu tidak
harus sama, cantik itu juga tidak harus menyatu, perahu bisa bergerak karena
ada yang menjadi nakhoda, gelombang, angin, dan ada pula yang jadi dayungnya.
Kalau Allah
Menghendaki, niscaya kamu Dijadikan- Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
Menguji kamu terhadap karunia yang telah Diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”(Al-Ma’idah 48)
Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari perempuan (yang mengolok-olok).”(Al-Hujurat 11)
Bersatulah
walau kadang berbeda, satu bukan sama. seperti, menyatunya lidi yang berbeda.
Dan janganlah
takut berbeda, kelahiran manusiapun sudah tak pernah sama.
Menghargai
pilihan orang lain, bukti ia sudah dewasa. Mencela pilihan orang, bukti
keangkuhan dalam dirinya. Bukankah, Allah sudah memberikan setiap warna untuk
dipilih. Kalau, merasa pilihannya terbaik, dan ingin orang lain mengikutinya,
ajaklah dengan kalimat baik (Balligh, menyampaikan), bukan mencela, apalagi
menghina, dan memaksa.
Sumber; Facebook Halimi Zuhdy