Penulis:
Akhsan
Ustadhi
Ahad
14 Juli 2019
Foto:Majalah Langitan |
Atorcator.Com
- KH
Tubagus Muhammad Falak bin KH Tubagus Abbas adalah seorang kiai kharismatik
yang dikenal luas oleh kalangan masyarakat sebagai pemimpin rohani dalam
gerakan sufi sebagai mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang
mengambil ijazah langsung dari Syaikh Abdul Karim Banten.
KH
Tubagus Muhammad Falak dilahirkan pada tahun 1842 di Sabi, Pandeglang Banten.
Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan Islam dari orang tuanya. Ayahnya KH.
Tubagus Abbas adalah kiai pemimpin pesantren yang hidup dari hasil bertani dan
sangat aktif dalam melakukan kegiatan dakwah di daerah Pandeglang dan
sekitarnya bersama isterinya, Ratu Quraisyn.
Secara
garis kuturunan, KH Tubagus Muhammad Falak juga berasal dari keluarga
kesultanan Banten melalui ayah beliau, KH Tubagus Abbas. Silsilah keturunan
beliau sampai kepada salah seorang dari sembilan wali yang memiliki putra
bernama Sultan Maulana Hasanuddin Banten yaitu Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Jati). Kebangsawanan beliau diperkuat pula oleh garis keturunannya dari
sang ibu yaitu Ratu Quraisyn yang masih merupakan keturunan Sultan Banten.
Dilahirkan
dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga pesantren di Sabi, Pandeglang Banten
menjadi awal yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup beliau. Selama 15
tahun beliau telah mempelajari al-Qur’an dan beberapa kitab dalam bidang
bahasa, fiqh dan terutama akidah dari orang tuanya. KH. Tubagus Muhammad Falak
yang sejak kecil tergolong anak yang cerdas dalam menyerap pengetahuan Islam
serta pintar dalam menguasai ilmu beladiri. Beliau juga pernah belajar agama di
Cirebon dan beberapa ulama Banten di antaranya Syaikh Abdul Halim Kadu Peusing
atas anjuran KH. Tubagus Abbas.
Belajar di Timur Tengah
Di usia 15 tahun tepatnya pada tahun 1857, Kiai Tubagus Muhammad
Falak diberangkatkan oleh orangtuanya ke Makkah untuk menunaikan lbadah haji
dan menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan agama di sana. Selama mukim di
Makkah beliau bertempat tinggal bersama salah seorang gurunya yang merupakan
ulama besar lndonesia bernama Syaikh Abdul Karim Banten, seorang Wali Agung
yang menetap di Makkah. Bersama Syaikh Abdul Karim, beliau mendapatkan
kedalaman ilmu tarekat dan tasawuf, hingga KH. Falak mendapat kepercayaan
sebagai mursyid (guru besar) Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Mula-mula
KH. Tubagus Muhammad Falak belajar ilmu tafsir Qur’an dan fiqh kepada Syaikh
Nawawi al-Bantany dan Syaikh Mansur al-Madany (keduanya dari Indonesia). Dalam
bidang ilmu Hadist beliau belajar kepada Sayyid Amin Qutbi. Dalam ilmu tasawwuf
beliau belajar kepada Sayyid Abdullah Jawawi. Sedangkan dalam ilmu falak beliau
belajar kepada seorang ahli ilmu falak bernama Sayyid Affandi Turki. Gelar
‘Falak’ yang melekat pada beliau rnerupakan gelar yang diberikan oleh gurunya
ini karena kecerdasan dan keahlian beliau dalam menguasai ilmu hisab dan ilmu
falak.
Khusus
dalam ilmu fiqh, beliau belajar kepada Sayyid Ahmad Habasy, dan Sayyid Umar
Baarum. Setelah dewasa KH. Tubagus Muhammad Falak memperdalam ilmu hikmah dan
ilmu thariqat kepada Syaikh Umar Bajened, ulama dari Makkah dan Syaikh Abdul
Karim dan Syaikh Ahmad Jaha (keduanya dari Banten). Di bidang fiqh beliau
belajar pula kepada Syaikh Abu Zahid dan Syaikh Nawawi Al-Falimbany.
Selama
mukim pertama di Makkah dan Madinah, KH.Tubagus Muhammad Falak seangkatan
dengan Syaikh Kholil Bangkalan. Di samping itu, nama-nama ulama yang
menjadi guru adalah: Syaikh Ali Jabrah Mina, Syaikh Abdul Fatah Al-Yamany.
Syaikh Abdul Rauf Al-Yamany. dan Sayyid Yahya Al-Yamany. Sempat pula berguru
kepada ulama Makkah yang sedang berada di Baghdad yaitu Syaikh Zaini Dahlan.
Selama kurang lebih 21 tahun lamanya, KH. Tubagus Muhammad Falak kembali ke
Nusantara pada tahun 1878.
Berjuang Bersama Petani Banten
Dalam
konteks pergerakan kebangsaan melawan penguasa kolonial, dalam salah satu
keterangan disebutkan bahwa KH Tubagus Muhammad Falak menjadi salah satu kiai
Banten yang turut aktif dalam pemberontakan petani Banten 1888 yang dimotori
oleh para kiai thariqat, diantaranya Syaikh Abdul Karim, KH. Asnawi Caringin,
KH. Tubagus Wasid dan KH.Tubagus lsmail. Akibat aktivitas politik tersebut
beliau menjadi salah seorang yang menjadi sasaran untuk ditangkap oleh Belanda.
Pada
tahun 1892, KH. Tubagus Muhammad Falak kembali ke Makkah untuk menunaikan
ibadah haji dan kembali memperdalam ilmu di sana hingga menjelang awaI abad
ke-20 dan mengalami masa kebersamaan dalam kurun waktu yang sama dengan KH.
Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan.
Reaksi Pasca Periode Kedua di Makkah
Kemudian
pada awal abad 20 setelah kepulangannya dari Timur Tengah, KH. Tubagus Muhammad
Falak mendapat kepercayaan untuk memimpin pesantren Sabi yang ditinggalkan oleh
ayahnya. Begitu banyak kalangan yang datang kepada beliau dari berbagai pelosok
di Indonesia dan mancanegara untuk menjadikan dirinya sebagai. Bahkan banyak
pula para santri beliau yang telah menjadi birokrat dan politisi di Indonesia.
Khusus dalam konteks pergerakan, aktivitas KH. Tubagus Muhammad
Falak dalam gerakan kebangsaan semakin terlihat mantap ketika beliau semakin
banyak berinteraksi dengan para tokoh pergerakan nasional dari berbagai
kalangan diantaranya H.O.S Cokroaminoto, Ir. Soekarno, dan berbagai tokoh
pergerakan nasional lainnya. Kemudian pada masa sebelum dan masa revolusi fisik
1945-1949, KH. Tubagus Muhammad Falak telah tercatat sebagai salah searang
ulama besar Indonesia yang menjadi tokoh spiritual dalam bidang kerohanian di
laskar Hizbullah yang pelatihannya berpusat di daerah Cibarusa dan pemimpin
spiritual di Bogor yang senantiasa membangkitkan semangat Jihad fii
Sabilillah melawan penjajah untuk membela dan mempertahankan Republik
Indonesia.
Pada
tahun 1953, KH Tubagus Muhammad Falak mendirikan Nahdlatul Ulama di Bogor dan
pada saat pembentukan dihadiri langsung oleh KH Wahid Hasyim. Sejak tahun itu
juga beliau mulai melancarkan aktivitas tablig dan dakwah secara estafet.
Dimulai dari daerah Pandeglang, Banten hingga sampai ke Pagentongan Bogor dan
bermukim di sana hingga wafatnya, Rabu tanggal 19 Juli 1972/08 Djumadil Akhir
1392 H di usianya yang ke 130 tahun.
Selengkapnya bisa dibaca di sini
Akhsan Ustadhi (Sekretaris PCNU Kabupaten Bogor)
*Biografi ini diperoleh dari para anak dan cucu KH. Tubagus Falak
di Pondok Pesantren Al-Falak, Pagentongan dalam acara haul beliau, 5 Mei
2012.
KH
Tubagus Muhammad Falak menjadi salah satu kiai Banten yang turut aktif dalam
pemberontakan petani Banten 1888 yang dimotori oleh para kiai thariqat
Pada
masa revolusi fisik 1945-1949, KH. Tubagus Muhammad Falak tercatat sebagai
salah searang tokoh spiritual di laskar Hizbullah yang pelatihannya berpusat di
daerah Cibarusa