Memahami Sampah Lebih Dalam, Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

12 Juli 2019

Memahami Sampah Lebih Dalam, Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap

Penulis: Muhammad Nur khalis
Jumat 12 Juli 2019 14:00
Ilustrasi foto/marketers
Atorcator.Com - Sebuah diskusi panjang tentang buku yang sempat membuat saya shock membuat saya lebih memahami apa itu sampah yang sebenarnya dan lebih mengerti apa yang ingin disapaikan dari sebuah hadist yang berbunyi kebersihan sebagian dari iman.

Buku yang membuat saya shock adalah sebuah buku dari Yuval Noah Harari, Homo Deus. Orang yang berkebangsaan Israel ini secara komprehensif menggambarkan tentang apa yang harus kita siapkan untuk menghadapi masa depan. Sebuah zaman yang digerakkan oleh permainan bernama algoritma. Dengan pertanyaan sederhana, menurut saya, apakah kelak manusia akan ter-eksploitasi oleh ciptaannya sendiri yakni teknologi Artificial Intelegenci?.

Diskusi sangat menarik ketika saya mulai mengajukan tanya tentang apa yang harus dilakukan oleh ummat islam dan ummat manusia untuk menanggulangi hal itu. Saya menjawab sendiri pertanyaan itu dengan jawaban “kita harus mewariskan cinta pada anak cucu kita” sedangkan lawan bicara saya hanya menjawab “kita harus membersihkan sampah-sampah yang berserakan”

Awalnya saya tidak sepakat dan sangat menyesali jawaban sederhana itu. Dikatakannya bahwa harus ada gerakan baik secara individu maupun secara kelompok yang peduli pada sampah. Alasan saya tidak setuju adalah, jika gerakan peduli sampah itu hanya dilakukan oleh segelintir orang dengan keyakinan bahwa dengan gerakan itu akan memancing orang lain untuk peduli sampah, maka kita hanya akan menjadi sekolompok budak untuk mereka yang se-enaknya saja membuang sampah sembarangan.

Kucontohkan lebih dalam, jika gerakan peduli sampah ini tidak mendapat regulasi politik yang baik dari pemerintahan, maka percuma saja. Sebagai contoh, bagaimana dengan sebuah perusahaan lintas negara yang menyumbang sampah terbesar, Unilever? Berbahaya bukan. Maka mewarisi cinta disegala sektor kemasyarakatan, lebih akan memengaruhi untuk kedepannya.

Diskusi agak memanas karena saya tidak mau kalah begitupun lawan bicara saya, tapi berdiskusi memang hal yang sangat unik. Saya mendapatkan pandangan baru terkait sampah.

Jika sampah yang dia maksudkan adalah sampah berupa materi, maka untuk urusan mengatasi masalah di masa depan, mungkin hanya sekian persen dari pemenuhan solusi bagi masa depan. Namun jika yang dimaksudkan adalah sampah non materi, maka hal ini akan mencukupi lebih dari 50 persen pemenuhan solusi bagi masadepan.

Sampah non materi secara sederhana adalah perbuatan, tindakan, atau apapun itu selain materi yang tidak memiliki manfaat bagi manusia dan cenderung menjadi parasit bagi kehidupan ummat manusia. Seperti, informasi sampah, mejadikan waktu sampah dengan menghabiskan waktu dengan hal yang tidak ada manfaatnya. lebih tepatnya “perbuatan nyampah”

Sehingga intinya adalah “perilaku nyampah” harus dibersihkan karena “kebersihan sebagian dari iman” mari kita renungkan apakah hari hari kita sudah bersih atau terlalu sering nyampah?


Wallahu A’lam...

  • Muhammad Nur Khalis Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang