Penulis: Ust. Miftah el-Banjary
Sabtu 31 Agustus 2019
Atorcator.Com - Di Irak, ada seorang pegulat terkenal dan tangguh yang tak
terkalahkan. Namanya Abu Qasim. Tak seorang pun mudah mengalahkan Abu Qasim,
sehingga sulit mencari lawan tandingnya.
Suatu hari, sang Raja mengadakan
sayembara adu gulat dengan hadiah besar melawan pegulat tangguh, Abu Qasim.
Seorang lelaki tua, mendaftarkan dirinya sebagai lawan gulat menantang Abu
Qasim.
Pada hari H pertandingan, Abu
Qasim dengan gagahnya dielukan-elukan pendukungnya. Abu Qasim maju ke arena
pertandingan. Tak dinyana, sebelum pertandingan, lawan tarungnya berkata:
"Wahai Abu Qasim, aku tahu
engkau seorang pegulat tangguh yang tak sembarang orang mudah mengalahkanmu.
Tapi kali ini mengalahlah demi keadaanku?!"
"Apa maksudmu, tanya?"
Abu Qasim keheranan.
"Begini, aku adalah seorang
dzuriat keturunan Rasulullah. Aku dan keluargaku hidup dalam serba kekurangan.
Kami kelaparan. Begitu mendengar ada sayembara yang menjanjikan hadiah besar
dari sang Raja, aku nekat mengikutinya, sebab keluargaku tertimpa musibah. Aku
memohon, agar engkau bersedia mengalah untukku kali ini saja!"
Mendengar penuturan tulus itu,
Abu Qasim terenyuh. Kecintaannya yang besar terhadap Rasulullah mengalahkan
rasa ego dan reputasi kariernya yang bersinar cemerlang.
"Baiklah, aku akan mengalah,
demi cintaku pada datukmu!" sahut Abu Qasim.
Pertandingan dimulai, baru di
ronde pertama, Abu Qasim pegulat tangguh itu bertekuk lutut menyerah kalah.
Semua penonton keheranan. Bagaimana sang pegulat tangguh kalah bertarung dengan
lelaki tua yang tampak tak berdaya?
Akhirnya, hadiah itu diserahkan
pada seorang sayyid yang tua itu demi membantu keluarganya yang sedang tertimpa
musibah.
Hingga sang Raja pun sontak
merasa tak percaya apa yang dilihatnya. Sang Raja memanggil Abu Qasim dan
menanyakan perihal kekalahannya. Abu Qasim menjawab, "Aku memang sengaja
mengalah demi cintaku terhadap datuknya!"
Pada malam harinya, Abu Qasim
bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Dalam mimpinya, Rasulullah mendekap dan
mencium Abu Qasim seraya berkata:
"Abu Qasim, lantaran engkau
telah menolong cucuku, aku mencintaimu dan Allah pun mencintaimu. Sejak malam
ini, Allah angkat derajatmu menjadi wali-Nya, waliyun min auliaillah, golongan
para kekasih Allah."
Begitulah awal kisah seorang
bernama Abu Qasim yang kemudian dikenal sebagai seorang wali dan sufi kenamaan
dengan sebutan Imam Junaid al-Baghdadi.
Semoga hati kita dicintakan
dengan ahlu bait Nabi dan kita bukan menjadi pengikut kelompok-kelompok yang di
dalamnya terdapat orang-orang yang selalu menebarkan kebencian serta fitnah
terhadap para habaib dan ahli dzuriat nabi dengan alasan apa pun itu.
Sebab Allah Swt sendiri telah
memuliakan datuk mereka, Rasulullah. Di dalam al-Qur'an, Allah berjanji
mensucikan keadaan mereka.
Siapa lah kita dibanding mereka,
selain mencintai mereka demi kecintaan totalitas pada datuknya, Rasulullah
shallallahu aalaihi wassalam.
Wallahu 'alam.