Demo Tolak RUU PKS, Emak-emak Juga Tuntut Pulangkan Rizieq - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Jumat, September 20, 2019

Demo Tolak RUU PKS, Emak-emak Juga Tuntut Pulangkan Rizieq



Atorcator.Com - Massa yang menamakan diri Gerakan Rakyat Menolak RUU PKS menggelar demo di kompleks parlemen, Jakarta Pusat, Jumat (20/9).

Selain agenda utama yakni menolak RUU PKS yang tengah dibahas di DPR, massa juga membawa spanduk tuntutan agar Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Syihab dipulangkan.

Dalam spanduk yang dibentangkan tertulis ""Pulangan Rizieq Syihab Tanpa Syarat" lengkap dengan foto Rizieq.

Demo berjalan tertib. Polisi mengawal aksi dengan memasang pagar kawat berduri di Jalan Gatot Subroto, mulai dari bawah jalan layang di simpang Jalan Gerbang Pemuda-Jalan Gatot Subroto. Akibatnya kendaraan yang bisa melintas di kawasan Jalan Gatot Subroto menuju Gedung DPR/MPR pun terbatas.

Di belakang pagar kawat berduri itu telah siap mobil komando dari kepolisian. Berdasar pantauan CNNIndonesia.com, sekelompok orang beratribut Front Pembela Islam (FPI) tampak bernegosiasi agar kendaraan pengangkut logistik agar para peserta aksi bisa masuk hingga ke depan komplek parlemen.

Terlihat pula mereka yang ingin mengikuti aksi di depan gedung DPR itu memarkir kendaraan mereka, umumnya sepeda motor di Jalan Gerbang Pemuda--bawah jalan layang--sehingga hampir memenuhi badan jalan.

Sementara itu, tepat di depan pagar gedung DPR/MPR telah ada sekitar seratusan orang, mayoritas perempuan paruh baya alias emak-emak, yang mengikuti aksi. Beberapa di antaranya membawa spanduk menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), ada pula yang membawa papan bertuliskan 'Jangan Pelihara Maling'.
Papan lain juga menunjukkan dukungan terhadap KPK dan menolak pelemahan terhadap pemberantasan korupsi.

"Saya tidak mau ada RUU PKS. Karena perempuan yang pulang malam akan didenda 1 juta Rupiah kan. Gelandangan juga," kata salah satu peserta aksi yang enggan disebutkan namanya kepada CNNIndonesia.com.
Poin yang disebutkan itu sebetulnya bukan pada RUU PKS, melainkan salah satu pasal yang masuk dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).

Sebagian massa aksi yang terdiri atas ibu-ibu berseragam putih dan berjilbab merah menyanyikan yel-yel. Mereka mengganti lirik lagu 'Naik-Naik ke Puncak Gunung' dengan tuntutan agar Jokowi tak dilantik.

'Presiden curang, harus turun, jangan dua periode. Tolak tolak tolak pelantikan, jangan sampai dilantik,' demikian nyanyian di depan Gedung DPR/MPR sembari membawa spanduk.

Massa mengatasnamakan Gerakan Rakyat Menolak RUU PKS membawa spanduk tuntutan mereka di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta, 20 September 2019. (CNN Indonesia/Nurika manan)
Aktivis Sri Bintang Pamungkas juga tampak ikut di tengah aksi. Ia mengklaim dirinya terpanggil untuk bergabung di tengah unjuk rasa lantaran menganggap Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ingkar terhadap sejumlah komitmen.

"Kami tidak menuntut apa-apa, pemerintah kayak gini kok dituntutin macam-macam, memangnya bisa dia. Kami ingin menjatuhkan. Sudah setop, nggak ada lagi Jokowi di dalam pemerintahan," kata Sri Bintang di depan Gedung DPR/MPR.

"Sudahlah, kalau memang tidak bisa menjalankan pemerintah dengan baik dan benar, mending mundur saja. Dari pada dipermalukan oleh rakyat," sambung Sri Bintang.

Di depan Gedung DPR/MPR bukan saja terdapat massa aksi yang menyuarakan protes terhadap pemerintahan Jokowi. Ada pula segelintir mahasiswa yang mengenakan jas almamater dan mengklaim berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menyuarakan dukungan terhadap revisi UU KPK dengan dalih demi penguatan lembaga antirasuah. [Source: CNN]